02 Oktober 2023

Final WNBA 2023 Yang Sudah Diduga

The story has been written all over WNBA's wall.

Sejak awal tahun, WNBA tahun ini diramaikan oleh pembahasan tentang dua supertim yang digadang-gadang menjadi dua tim terbaik, dan ternyata tidak ada kejutan berarti yang menggagalkan pertemuan mereka di final. Final WNBA akan mempertemukan New York Liberty yang diperkuat Breanna Stewart, Sabrina Ionescu, Jonquel Jones, Betnijah Laney, dan Courtney Vandersloot, dengan tim berusia muda Las Vegas Aces yang diperkuat A'Ja Wilson, Chelsea Gray, Jackie Young, Kelsey Plum, dan Candace Parker yang lagi cidera.

New York Liberty mengakhiri musim dengan 32 kemenangan dan 8 kekalahan, plus pentasbihan sang kapten Breanna Stewart yang menjadi MVP. Sementara Las Vegas Aces mengakhiri musim di puncak dengan 34 kemenangan dan 6 kekalahan, dengan A'Ja Wilson yang oleh sebagian orang dianggap lebih layak menjadi MVP.

For the first time ever, saya sangat tertarik menonton Final WNBA karena pertandingan ini menyajikan persaingan pemain-pemain bintang yang memiliki skill tinggi, sehingga akan menyajikan tontonan yang ketat dan sangat menghibur. Pada dasarnya final kali ini auranya mendekati, atau bahkan melebihi, nuansa persaingan WNBA All Star yang seru sepanjang pertandingan.

Game pertama final ini akan dimulai tanggal 9 Oktober 2023, jam 02:00 WIB, dilanjutkan game kedua tanggal 12 Oktober 2023, jam 07:00 WIB, keduanya di kandang Las Vegas Aces. Game ketiga akan dilakukan di New York tanggal 16 Oktober 2023, jam 02:00 WIB. Karena final WNBA menggunakan sistem best of five, maka game keempat dan kelima hanya dimainkan jika diperlukan, yaitu tanggal 19 Oktober 2023 jam 07:00 WIB di New York dan 21 Oktober 2023 jam 07:00 WIB di Las Vegas.

Partai final ini menjadi jembatan yang manis menuju kembali digelarnya NBA musim 2023/2024 yang juga akan semakin seru, terutama dengan hangatnya berita bergabungnya Damian Lillard dengan Giannis Antetokounmpo di Milwaukee, dan Jrue Holiday di Boston.

02 Agustus 2023

Take A Short Look To WNBA 2023, The Battle of Two Superteams

Harus diakui, liga bola basket wanita belum banyak menarik perhatian khalayak ramai, tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Bahkan di Amerika yang jadi pusat sportainment basket dunia pun, pamor WNBA jauh di bawah NBA. Selain karena perbedaan skill-set yang signifikan, tim WNBA (12 tim) juga tidak sebanyak NBA (30 tim). Namun, lambat laun basket wanita makin menyeruak dalam perbincangan para pehobi dan penikmat olahraga bola basket. 

Jika NBA di era sekarang menjadi semakin seru karena banyaknya pemain berlevel superstar yang tersebar di banyak tim, maka WNBA juga semakin menarik karena muncul banyak nama yang mampu menarik perhatian penonton karena kemampuannya yang semakin tahun semakin meningkat. Ditambah lagi bahwa tahun ini secara tidak diduga konflik Rusia-Ukraina berpengaruh kepada dunia basket wanita Amerika, karena salah satu pemainnya, yaitu Brittney Griner, sempat ditahan pemerintah Rusia selama 8 bulan karena kedapatan membawa cairan yang berisi substansi tertentu dalam jumlah tertentu, yang terlarang di Rusia meskipun legal di Amerika. Dilepasnya Griner melalui pertukaran napi ini menjadi salah satu cerita manis untuk memulai WNBA musim 2023.

Yang lebih penting daripada itu, apabila melihat catatan roster dan pencapaian individunya, WNBA musim ini menjanjikan rivalitas seru antara dua tim, yang ternyata sukses mengumpulkan banyak superstar, sehingga bisa kita sebut sebagai super tim. Hal ini mengingatkan kita pada 20-30 tahunan yang lalu, ketika NBA mulai menjadi terkenal secara luas di Indonesia melalui rivalitas "superteam" Chicago Bulls yang berisi Michael Jordan, Dennis Rodman dan Scottie Pippen, melawan Utah Jazz yang diperkuat Karl Malone, John Stockton, dan Jeff Hornacek. Nama-nama besar yang akhirnya menjadi legenda ini kemudian menjadi magnet yang secara masif mampu menyedot perhatian penonton, yang meskipun melalui masa pasang surut, saat ini membuat NBA sangat digemari di dunia secara luas.

Dua supertim WNBA tersebut adalah : New York Liberty dan Las Vegas Aces.

Sebetulnya dua tim ini bukanlah tim tersukses di WNBA, karena jumlah cincin terbanyak masih dipegang merata antara Minnesota Lynx, Houston Comets, dan Seattle Storm, dengan masing-masing 4 cincin juara. New York Liberty sama sekali belum pernah menjadi juara, sementara Las Vegas Aces berstatus juara bertahan setelah di tahun 2022 berhasil meraih cincin juara pertama. Namun, mungkin karena menjanjikan pasar penonton besar dalam jumlah besar, dan keberhasilan manajemen mengatur talent dan salary caps, para pemain bintang ini sepakat berkumpul dan bermain bersama di dua kota yang memang adalah pusat entertainment kelas dunia, yaitu New York dan Las Vegas.

Mari kita lihat susunan pemain kedua tim :

 

1. New York Liberty

 
Roster list nya adalah:



Tim ini berisi dua pemain 1st draft pick, 6 pemain all star, 2 MVP, dan 3 pemain yang pernah menjadi juara.

 

 
Breanna Stewart

Liberty saat ini dipimpin oleh Breanna Stewart yang sudah dua kali juara bersama Seattle Storm, yang dalam 6 tahun karir selalu menjadi starter dengan catatan 20 point per game (PPG) dan 8.6 rebound per game (RPG). Stewart adalah salah satu nama kuat yang ada dalam perbincangan tentang GOAT-nya pebasket wanita, karena dalam usia matangnya dalam berkarir ini, prestasi individualnya sangat lengkap, termasuk Rookie of The Year, Finals MVP, pernah ada di All-Defensive First Team, bahkan pernah jadi juara di Euro League, Turkish Super League, dan Russian Super League. Dia bisa bermain dalam lineup apapun, memiliki size yang versatile, dan skillfull seperti seorang guard. Dia adalah scorer dengan basketball-IQ yang tinggi, yang dilengkapi kemampuan defense mumpuni.

 

 
Jonquel Jones

Stewart ditemani oleh salah satu center terbaik WNBA saat ini, yang bisa dibilang sebagai Joel Embiid-nya WNBA, yaitu Jonquel Jones. Jones yang baru pindah dari Connecticut Sun memiliki frame tubuh yang sangat kuat, sehingga sangat mendominasi ketika menyerang dari dalam, tapi sekaligus bisa mencetak three point yang akan membuat defense lawan lebih renggang. Di tahun 2021 yang merupakan musim terbaiknya bersama Sun, Jones memimpin Sun menjadi tim dengan catatan terbaik WNBA selama musim reguler, dan menjadi MVP nyaris unanimously. Di Liberty, dengan adanya Stewart yang akan mengundang lawan untuk melakukan double-team atau bahkan triple-team, Jones tentunya akan punya lebih banyak ruang untuk menyerang. 

 

Sabrina Ionescu

Sabrina Ionescu adalah sensasi ketika bermain di NCAA, karena menjadi satu-satunya pemain yang mencapai 2.000 poin, 1.000 assist, dan 1.000 rebound. Skill-set lengkap ini mengingatkan kita pada LeBron James yang begitu dominan dalam scoring, tapi juga kuat di rebound sekaligus punya visi ekselen dalam mengeksekusi passing. Maka jadi wajar ketika Ionescu menjadi draft pertama di tahun 2020, tapi sayangnya musim rookie nya terhambat cidera ankle yang memaksanya istirahat semusim. Di musim keduanya, Ionescu menjadi pemain termuda yang mencetak triple-double di WNBA, lalu kemudian terpanggil untuk memperkuat All Star WNBA di tahun 2022. 

Courtney Vandersloot

Dan Ionescu bukan satu-satunya guard hebat di Liberty, karena ada point guard senior yang pernah 6x menjadi assist leader di WNBA, Courtney Vandersloot. Pemain yang menjuarai WNBA ditahun 2021 bersama Chicago Sky ini juga empat kali terpilih dalam gelaran All Star. Sebagai pemain senior yang sudah 12 tahun bermain di WNBA, kehadirannya tentu memberikan veteran presence yang diperlukan untuk mengimbangi energi para pemain muda.

 

Stefanie Dolson

Stefanie Dolson adalah center yang pernah juara bersama Chicago Sky, dan pernah terpanggil dalam gelaran All Star sebanyak dua kali. Musim lalu, Dolson adalah starting center di Liberty dengan catatan 8.1 PPG dan hampir 5 RPG. Musim ini dengan kedatangan Jones, mungkin posisinya akan bergeser dengan mulai dari bangku cadangan, atau bisa combo big(wo)men dengan menggeser Jones ke posisi forward.

 

Betnijah Laney

Satu lagi bintang yang bermain untuk Liberty adalah Betnijah Laney, yang meskipun memulai karir dari draft 17, tapi mampu terus meningkatkan kualitasnya, hingga di tahun 2020 dia meraih gelar Most Improved Player (MIP), termasuk dalam All-Defensive First Team di tahun yang sama, kemudian terpilih masuk dalam All Star di tahun 2021. Di tiga musim terakhir, Laney mencatatkan 15 PPG dan 36,5 3P%, memperlihatkan kualitasnya sebagai seorang scorer.

Ditambah pemain lainnya seperti Kayla Thornton, Marine Johannes dan Han Xu, Liberty tidak hanya memiliki sekumpulan pemain bintang, tapi juga kedalaman yang sangat baik.

Pe er nya adalah bagaimana membangun chemistry yang baik dari para bintang yang relatif belum lama bermain bersama ini.


2. Las Vegas Aces


Las Vegas Aces adalah juara bertahan WNBA. Mungkin hal ini saja sudah cukup untuk menyebut mereka sebagai supertim. Ditambah lagi, musim ini bergabunglah seorang living legend WNBA yang sudah dua kali menjadi juara WNBA dan dua kali pula meraih MVP, Candace Parker. Ini adalah roster lengkapnya:

 

Candace Parker

Candace Parker yang saat ini berusia 37 tahun, adalah 1st draft pick tahun 2008, yang mengawali karir dan kemudian pernah menjadi juara bersama Los Angeles Sparks. Center/Forward yang tingginya 1,9m ini sudah meraih MVP di tahun pertamanya, yang tentu saja sekaligus sebagai Rookie Of The Year. Ketika menjadi juara di tahun 2016, Parker juga meraih MVP Finals. Dengan badan yang besar, Parker tentunya punya bekal cukup untuk menjadi dominan di bawah ring, lalu menjadi lebih sulit untuk dibendung karena Parker juga memiliki akurasi shoot yang cukup baik. Candace Parker adalah salah satu nama terdepan dalam diskusi siapakah GOAT di WNBA, dengan catatan 7x All Star, sekali All Star MVP, pernah jadi DPOY, 3x WNBA rebound leader, bahkan pernah menjadi assists leader di tahun 2015. Ditambah lagi bonus bahwa Parker dua kali jadi NCAA Champion, 5x jadi juara di Liga Rusia, dan sekali meraih juara EuroLeague, Parker di masa jayanya memiliki kemampuan yang sangat lengkap. Kedatangannya di Las Vegas mampu memperkuat posisi 4, untuk melengkapi para superstar yang sebelumnya sudah ada.

 

A'Ja Wilson

Superstar yang memimpin Las Vegas Aces saat ini adalah A'Ja Wilson. Tahun lalu saja, Wilson menjadi MVP, DPOY, Block Leader, All-WNBA First Team, dan All-Defensive First Team. It was a total dominance. Sebagai draft pertama di tahun 2018, Wilson selalu menjadi andalan Aces, hingga memperoleh gelar ROTY. Di game pertamanya bersama Aces, Wilson langsung mencetak double-double dengan 14 point dan 10 rebound, lalu hampir sebulan kemudian Wilson mencetak 35 point dan 13 rebound ketika mengalahkan Indiana Fever melalui overtime, sebuah catatan sangat mentereng untuk "anak baru". Di tahun-tahun berikutnya Wilson selalu menjadi andalan di Aces, dengan meraih catatan 18,1 PPG dan 9,3 RPG, catatan yang luar biasa, padahal ini sudah termasuk catatan buruknya di tahun 2019 ketika mengalami cidera ankle. Sejak Aces ditinggal Liz Cambage, Wilson selalu diposisikan sebagai center, dan kemudian bisa makin menonjolkan dominasinya baik offense maupun defense, memanfaatkan eksplosifitas dan kelincahannya untuk menunjang powernya sebagai big(wo)man.

 

Jackie Young

Superstar berikutnya adalah draft pertama di angkatan setahun di bawah A'Ja Wilson, yaitu Jackie Young, yang sama seperti Wilson, Young bermain di Las Vegas Aces sejak awal hingga kini. Meskipun di awal karirnya lebih sering bermain sebagai Point Guard, di Aces belakangan Young lebih sering menjadi shooting guard, dan terbukti berhasil karena musim lalu Jackie Young mencatat 43% kesuksesan mencetak three point, dan 15,9 PPG. Dengan tambahan rataan 3,9 APG, Young sukses meraih Most Improved Player (MIP), dan terpanggil menjadi starter di All Star pertamanya.

 

Kelsey Plum

Selain Parker, Wilson, dan Young, Aces memiliki satu lagi pemain draft pertama, yaitu Kelsey Plum (draft tahun 2017). Plum adalah Sixth Player of The Year tahun 2021, yang sejak tahun 2022 full menjadi starter untuk Las Vegas Aces. Catatannya di tahun 2022 begitu impresif, yaitu 20,2 PPG, 5,1 APG, 2,7 RPG, dan 42% 3PM, serta terpanggil menjadi starter All Star sekaligus kemudian menjadi All Star MVP. Pull-up shooting Plum begitu mematikan, dilengkapi pergerakan on dan off-the ball yang efektif, membuat Plum menjadi ancaman menakutkan bagi defender lawan. 

 

Chelsea Gray

Jangan lupakan Chelsea Gray, sang Final MVP tahun lalu. Sempat mengalami cidera achilles dan melewatkan musim 2020, Gray kembali di musim 2021 dengan gemilang, menyabet WNBA Sixth Player of The Year sekaligus Most Improved Player. Improvement itu berlanjut di 2022 yang mencatat 20.2 points, 5.1 assists, 2.7 rebounds, dengan 42% 3pt. Gray adalah bagian dari Los Angeles Sparks yang jadi juara di tahun 2016, dalam karirnya sudah 5 kali tampil di All-Star. Jika dilihat dari performanya yang justru naik ketika playoff, yaitu mencetak 14.7 PPG di playoff dibanding 11.9 di reguler, Gray adalah pemain yang memiliki mental baja, yang tahan terhadap pressure dan justru bisa semakin bagus ketika menghadapi tantangan.

--

Sejauh ini kedigdayaan dari status Super-Team Aces dan Liberty sudah terlihat di papan klasemen, dimana New York Liberty memimpin klasemen timur, dan Las Vegas memimpin wilayah barat, meskipun ketika tulisan ini dibuat, Aces masih memimpin cukup jauh dengan catatan 24-2, sementara Liberty mencatat 20-6. Maka menjadi sangat wajar apabila banyak yang memprediksikan kedua tim ini akan tetap bertahan di puncak klasemen masing-masing, lolos ke playoff, dan nantinya akan bertemu di WNBA Finals 2023.

Tim-tim yang bertabur bintang seringkali menjanjikan permainan menarik dan enak ditonton, apalagi jika dua tim yang bertanding memiliki kekuatan yang seimbang. Aces dan Liberty saat ini menjadi magnet utama bagi WNBA untuk terus mengundang penonton yang sebelumnya tidak pernah tertarik untuk menyimak liga basket wanita terbaik di dunia ini, dan semoga nantinya akan menjadi semakin besar, dengan semakin banyak pemain (dan tim) yang enak ditonton, sehingga kita sebagai penikmat olahraga memiliki banyak opsi sportainment. Apalgi mengingat bahwa jadwal WNBA ini dimulai di bulan Mei dan berakhir sekitar bulan September/Oktober, dimana bulan-bulan tersebut adalah bulan sepi hiburan karena liga-liga sepakbola bagus di dunia dan juga NBA sedang menjalani liburan setelah musim berakhir. WNBA adalah alternatif pemuas dahaga hiburan berbasis olahraga kompetitif yang cukup menarik dan relatif murah, karena kita bisa menonton seluruh pertandingannya di web resmi WNBA hanya dengan sekitar 25USD atau kurang lebih Rp. 380.000 untuk berlangganan selama satu tahun, atau jika membandingkan dengan waktu efektif WNBA selama sekitar 6 bulan, maka biaya yang kita perlukan untuk menyimak WNBA adalah sekitar Rp. 63.000 per bulan.


30 Desember 2020

Mencari Penantang Lakers (2) : LA Clippers

Dimulai dari ulasan tentang kedigdayaan LA Lakers, saya ingin mengupas satu persatu tim-tim yang punya potensi untuk menggagalkan upaya back to back Lakers. Setelah sebelumnya saya menulis tentang Brooklyn Nets, sekarang waktunya saya membuat tulisan kedua tentang "Mencari Penantang Lakers". Tim yang akan saya bahas kali ini adalah :
 
Los Angeles Clippers


Di musim 2018-2019, Clippers bisa dibilang minim bintang, tanpa pemain All-Star, tapi bermain dengan intensitas tinggi, sukses menembus Playoff, dan berhasil memberikan perlawanan sengit pada Golden State Warriors meskipun hanya bertahan di 6 game. Karena itulah Clippers kemudian menjadi unggulan tertinggi di musim berikutnya, ketika secara mengejutkan Clippers berhasil mendatangkan Kawhi Leonard dan Paul George, dua orang yang dianggap two-way player terbaik di NBA saat itu.

Sayangnya yang terjadi ternyata berbeda dengan apa yang diramalkan, karena di babak Playoff, dimana NBA harus dilanjutkan dalam bubble, para pemain Clippers terlihat kurang terikat dalam sebuah chemistry yang bagus. Apalagi ketika mereka dikalahkan Denver Nuggets dalam tujuh game, setelah sempat unggul 3-1. Banyak yang terkejut, tapi sepertinya tidak lama mengingat apa yang terjadi di sepanjang musim. 

Musim ini, pasti Clippers ingin membalas kenyataan pahit itu. Dengan Kawhi Leonard yang semakin sehat, maka dia akan lebih sering bermain tanpa ada load management, untuk mendapat kepercayaan lebih dari teman-teman setimnya. Dengan Paul George yang banyak dikritik, terutama di babak Playoff, tentunya dia ingin membuktikan kembali dirinya dan membawa permainannya seperti ketika menjadi kandidat MVP. Dan dengan setahun berlalu, chemistry mereka telah menjadi lebih baik apalagi ditambah adanya faktor pembakar semangat akibat kekalahan memalukan musim sebelumnya, terutama dari rival sekota mereka, LA Lakers.

Musim ini roster berubah cukup signifikan, terutama dengan kepindahan pemain cadangan terbaik mereka, Montrezl Harrel ke LA Lakers. Tentu saja ini mengubah proporsi squad Clippers, mengingat Harrel adalah orang lama di Clippers, selalu menghadirkan energi besar, dan sedang menjadi juara bertahan Sixth Man Of The Year. Lebih lengkapnya, ini adalah daftar pemain yang masuk dan keluar di Clippers :

Masuk :
Luke Kennard
Serge Ibaka
Nicolas Batum
Daniel Oturu

Keluar :
Montrezl Harrel
Landry Shamet
JaMychal Green
Maurice Harkless
Joakim Noah
Doc Rivers (Coach)

Tentunya yang akan merombak tim paling mendasar adalah perubahan coaching staff, dimana Doc Rivers akhirnya berpisah dengan tim yang sudah dilatihnya sejak 2013. Di era kepelatihan Doc Rivers, Clippers selalu menjadi contender, tapi tidak pernah melangkah jauh di Playoffs. Kini, Clippers dilatih oleh  Tyronn Lue yang sebelumnya menjabat sebagai asisten Doc Rivers. Ty Lue bukanlah nama yang asing di NBA, karena dialah yang membawa Cleveland Cavaliers empat kali berturut-turut melaju ke final NBA, dan sekali sukses menjadi juara. Jika sebelumnya Ty Lue banyak dianggap sukses menjadi pelatih karena adanya seorang LeBron James di timnya, ini saatnya untuk membuktikan bahwa dia juga bisa sukses ketika melatih pemain superstar, yang tidak bernama LeBron James.

Ini adalah roster LA Clippers musim 2020/2021 :

Gebrakan awal Clippers rupanya cukup meyakinkan, dimana di empat pertandingan awal mereka mencatat 3x menang, salah satunya dari LA Lakers, dan satu kali kalah. Di empat pertandingan itu, Paul George bermain sangat bagus, cukup mendekati masa ketika dia jadi salah satu kandidat MVP. Pun begitu dengan Lou Williams yang sangat efektif dalam menyerang.

Salah satu rekrutmen penting Clippers adalah Serge Ibaka, yang menjadi partner Kawhi Leonard ketika menjadi juara bersama Toronto Raptors. Kehadirannya di Clippers akan menggeser Zubac ke bench, karena pengalaman dan kemampuannya yang lebih komplit. Ibaka adalah center atletis yang memiliki kemampuan screen, shoot, dan passing yang bagus. Bergantian dengan Zubac yang lebih muda, posisi center Clippers menjadi lebih kuat. Musim lalu ada Harrell disitu, yang bagus dalam menyerang, tapi seringkali kesulitan ketika harus menjaga center yang besar dan berpengalaman.

Luke Kennard adalah starter Detroit Pistons musim lalu. Usianya baru 24, dan akan menjadi pengganti Landry Shamet yang pindah ke Brooklyn Nets, untuk berperan menjadi sharpshooter. Meskipun memiliki concern tentang injury, Kennard sedikit lebih baik daripada Shamet dalam hal membawa bola dan membuat peluang untuk rekan setimnya. Tentunya ini akan sangat berguna mengingat minimnya playmaker di Cliperrs.

Nicolas Batum mungkin baru saja menjalani musim yang kurang baik di Hornets, tapi Clippers akan menunggu perannya dalam menjadi katalis serta extra effort nya dalam bertahan. Clippers juga mendapat energi baru dari bigman muda, Daniel Oturu.

Roster Clippers memang tidak banyak berubah. Andalan utamanya tetap duo superstar Paul George-Kawhi Leonard, dengan dukungan yang kuat dari Lou Williams. Jika semua sehat dan terjadi chemistry yang bagus, Clippers adalah tim yang sangat berbahaya. Sayangnya musim lalu banyak masalah non-teknis yang menjadi kendala, misalnya Kawhi yang dianggap terlalu dianakemaskan dengan diberikannya hak khusus untuk beristirahat di game-game tertentu guna memastikan akan sehat dan berada di puncak performa ketika menghadapi Playoff. Di bubble pun, mereka tidak terlihat sebagai satu unit yang bersatu dan berbagi suka duka. Lebih banyak terlihat saling larut dalam pikiran masing-masing ketika berada di bench. Luka-luka dalam dari musim lalu itu tentu akan menjadi pelecut semangat yang bisa dipelajari dan digunakan untuk mengarungi musim ini. Waktunya untuk membalaskan dendam pada Denver Nuggets, dan mengalahkan semua pesaing di wilayah barat, terutama LA Lakers.

Di atas kertas, Clippers punya semua itu. Di atas lapangan, konsistensinya masih menjadi sebuah tanda tanya. Tentu saja, kita semua berharap Clippers bisa memeras saripati potensi mereka untuk menjadi contender yang seru. Siapapun lawannya nanti.

(Mahe, 2020)

17 Desember 2020

Mencari Penantang Lakers (1) : Brooklyn Nets

Sementara ini, kandidat teratas untuk menjadi juara NBA di musim 20/21 adalah sang juara bertahan, LA Lakers, sebagaimana sudah saya elaborasi di artikel sebelumnya. Tapi tentunya tidak akan semudah itu, karena tim lain pasti akan lebih bersiap, baik untuk menghadapi Lakers maupun tim-tim contender lainnya. Secara berseri, dimulai dari artikel ini, saya ingin membahas tim-tim yang menjadi penantang terkuat bagi Lakers dalam mendapatkan back to back NBA champion.
 
Di seri "Mencari Penantang Lakers" yang pertama, saya ingin membahas raksasa baru di wilayah timur, Brooklyn Nets.
 
(source : here)
 
Seharusnya Nets sudah mengerikan sejak musim lalu, dimana squad mereka jadi mewah karena kehadiran Kyrie Irving dan Kevin Durant. Sayang sekali keduanya terkendala masalah cidera, Durant bahkan tidak bermain sekalipun. Namun di musim ini, keduanya sudah sehat, dan siap kembali turun di lapangan. Inilah roster lengkap Nets di musim 2020/2021 :
 
Jika dilihat sekilas, roster ini amat sangat bahaya sekali. Musim lalu saja ketika Durant dan Irving tidak ada, Nets mampu lolos ke playoffs dengan permainan yang meyakinkan di bawah kepemimpinan Levert dan Dinwiddie, serta adanya bang jago blok, Jarett Allen yang jagain ring.

Roster Nets punya gudang senjata yang sangat lengkap dan variatif dalam menyerang. Durant adalah salah satu scorer terbaik di NBA saat ini, yang bisa menyerang dengan segala cara, baik shoot jarak jauh, drive ke dalam, balapan lari, dan tetap dominan under basket, thanks to badannya yang tinggi namun tetap ringan dan lincah. Memang riwayat cideranya memiliki potensi untuk mempengaruhi permainannya setelah ini, tapi fans NBA tentu berharap Durant masih menjadi pemain berbahaya seperti sediakala, atau lebih baik lagi. Kyrie Irving adalah salah satu ball handler terbaik di NBA saat ini. Orang-orang sering membandingkannya dengan sang legenda, Allen Iverson. Irving sangat cepat, bisa berubah arah mendadak, sangat licin, dan bolanya sangat lengket. Dan jangan lupa, Irving pernah menjadi juara 3-pt contest, jadi kemampuan shootnya juga berbahaya. Duet Durant dan Irving sudah dinanti penggemar basket di seluruh dunia, dan juga penggemar dan kolektor sepatu basket, mengingat keduanya punya sepatu signature dari Nike yang laris manis. Secara marketing, kombinasi dua pemain ini sangat berpeluang menjarah pasar yang besar.

Duo leader musim lalu, Dinwiddie dan Levert, menunjukkan kapasitas mereka yang begitu besar dalam memimpin serangan, sekaligus lethal dalam mengeksekusi. Didukung sharp shooter macam Joe Harris dan Taurean Prince, opsi menyerang mereka menjadi sangat variatif.
 
Nets juga punya pemain bawah ring yang atletis, yaitu DeAndre Jordan dan Jarett Allen. Jordan sudah jadi pemain bintang sejak jaman di Clippers bersama Chris Paul dan Blake Griffin. Jarett Allen juga makin berkembang menjadi rim protector yang cerdik.
 
Yang menjadi pertanyaan adalah masalah chemistry. Musim lalu, rasio kemenangan Nets justru lebih baik ketika Irving sedang cidera. Irving memang pemain yang lebih baik dibanding yang lain secara individu, tapi belum terlihat mempengaruhi tim secara keseluruhan. Hal yang sama terjadi di tim yang diperkuat Irving sebelumnya, baik Celtics maupun Cavaliers, kecuali ketika dia bermain bersama LeBron James. Masalahnya, tipe permainan Durant bukanlah pembagi bola seperti LeBron, tapi lebih berperan sebagai finisher hebat. Bagaimana mereka bisa bersatu, menarik untuk disimak.
 
Pembuktian juga dirasa perlu bagi Durant, karena selama ini banyak yang menganggapnya sebagai "Snake" yang hanya bisa juara ketika bergabung dengan tim yang sudah amat sangat keren, Golden State Warriors. Di GSW pun, meskipun dia meraih MVP Final, yang dianggap sebagai pemimpin adalah Stephen Curry. Ini adalah kesempatan besar bagi Durant untuk membuktikan kapasitasnya sebagai one of the best in history dengan membawa tim yang benar-benar dipimpinnya meraih prestasi yang tinggi.

Dari posisi cadangan, selain yang sudah disebut diatas, Nets punya deretan pemain bernama besar seperti Jeff Green, Landry Shamet, Taurean Prince, Tyler Johnson, dan Timothy Luwawu-Cabarrot. Jika para starter bisa sehat sepanjang musim, dan para pemain cadangan bisa mengeluarkan potensi terbaiknya, maka Nets akan jadi salah satu tim unggulan teratas di wilayah timur, bersaing dengan Celtics, Heat, dan mungkin, Sixers.

Dan berpotensi untuk menjadi main contender bagi LA Lakers.

(Mahe, 2020)


01 Desember 2020

Kita Intip Para Rekrutan Baru LA Lakers

Faktor utama LA Lakers jadi juara NBA musim lalu, selain faktor LBJ-AD, adalah karena versatility tim dalam menghadapi berbagai jenis musuh, terutama ketika Playoffs. Lakers sukses mengalahkan Blazers yang dipimpin playmaker hebat, Rockets yang bermain small ball cepat, Nuggets dengan playmaker hebat plus bigman dominan dan cerdas, plus mengalahkan Heat yang muda, jitu, dan merata. Empat tim itu bermain dengan cara yang berbeda, dan semuanya dikalahkan Lakers dengan dominasi. Di satu titik, saya sendiri ingin berandai-andai bagaimana jika tim ini menghadapi Golden State Warriors di era Durant, karena saya cukup pede tim ini punya kemampuan untuk bersaing, bahkan mengalahkan GSW. Mungkin ini akan dianggap berlebihan, karena Curry-Thompson-Durant-Green di masa jayanya amat sangat susah dihentikan. Tapi Lakers yang ini jauh lebih lengkap daripada Cavaliers nya Lebron, cukup punya senjata untuk menghadapi sistem small ball, dan punya defensive player hebat untuk mengganggu para eksekutor handal GSW. Bagi saya, game itu akan sangat menarik.

Lalu, apa yang akan terjadi jika tim yang saya anggap versatile dan kuat itu mendapatkan modifikasi pemain yang bisa menaikkan level permainannya? Masih mungkinkah tim itu diperkuat? Betulkah memang menjadi lebih kuat?

Well, i must say, it is!!!

Sebelumya, mungkin sebagian pembaca ada yang belum tahu tentang adanya salary cap di NBA, maka ijinkan saya menjelaskan sedikit. Simpelnya begini : dalam rangka membatasi berkumpulnya para pemain bintang di satu tim, sekaligus dalam upaya membuat kekuatan tim di NBA lebih merata, NBA menentukan batasan total gaji maksimal di semua tim NBA. Jadi jika ada yang penasaran, kenapa Lebron gak gabung aja sama Giannis, Harden, Irving, Ingram, Griffin, DeAnder, dll, untuk membentuk supertim biar bisa kalahin GSW, maka perlu diketahui kalau pemain2 itu berkumpul semua, maka jumlah total gaji di tim itu akan meledak sangat besar, melanggar aturan salary cap itu, sehingga mustahil untuk dilakukan.

Oke, kembali ke pembahasan semula, tentang upgrade roster LA Lakers.

Mari kita lihat pemain-pemain yang keluar dan masuk jelang musim 2020-2021 ini :
 
(source : here)
 
Keluar :
Danny Green
Rajon Rondo
Dwight Howard
JaVale McGee
Avery Bradley
Dion Waiters
JR Smith


Masuk :
Dennis Schroder
Montrezl Harrell
Marc Gasol
Wesley Matthews
Alfonzo McKinnie

Yang sangat jelas terlihat dari perbedaan roster itu adalah : scorer.
Musim lalu Lakers tidak memiliki scorer ketiga yang reliable. Seharusnya jadi peran Danny Green, tapi tampaknya entah kenapa dia kehilangan ketajaman. Kuzma levelnya masih biasa saja, belum berada di level yang tinggi. Yang kemudian malah jadi andalan adalah pemain yang lebih sering jadi cadangan dan sebelumnya terkenal karena inkonsistensinya, yaitu Kentavious Caldwell-Pope, alias KCP. Di musim reguler, KCP lebih sering jadi starter ketika salah satu dari Danny Green atau Avery Bradley tidak bisa bermain. Tetapi kemudian KCP berhasil menjalankan tugasnya dengan amat sangat baik, baik dalam defense maupun offense. Kini, Lakers mendatangkan setidaknya dua scorer konsisten, yaitu Schroder dan Harrell. Bisa jadi plus Wes Matthews yang, seperti Danny Green, terkenal karena defense hustle dan kemampuan untuk tetap melebar dan tembakan jitu jarak jauh. Dengan hadirnya tiga orang itu, maka beban untuk mencetak skor menjadi terbagi dengan sangat lebar, upgrade besar dibanding squad taun lalu, baik dari dalam banget, maupun luar banget.

Upgrade signifikan juga ada di area playmaking. Memang, Rajon Rondo menunjukkan kapasitasnya sebagai playmaker dengan visi dan passing ajaib di babak playoff. Tapi jika kita perhatikan, moncernya Rondo terjadi hanya di beberapa pertandingan saja. Di babak reguler Rondo tidaklah konsisten. Rondo tidak bisa jadi playmaker tumpuan yang bisa diandalkan setiap saat. Schroder yang menjadi penggantinya berusia jauh lebih muda, eksplosif, punya visi yang juga bagus, lincah, dan konsisten dalam mencetak angka. Meskipun datang dengan menyandang status "hanya" sebagai runner up sixth man of the year taun lalu, mungkin saja Schroder akan sering diposisikan sebagai starter, mengingat minimnya posisi satu yang dimiliki Lakers. Dengan adanya Schroder, LeBron James mempunyai rekan yang bisa meringankan bebannya dalam memulai serangan, dan bisa sering-sering diandalkan. Mencatat rata-rata 4 assist di musim lalu dari bangku cadangan, Schroder menjaga keseimbangan antara pass first dan score first. Membuat opsi offense Lakers menjadi lebih beragam.

Yang mungkin menjadi perdebatan adalah upgrade di sisi center. Musim lalu JaVale McGee dan Dwight Howard menghadirkan extraordinary athletism di bawah ring. Banyak sekali blok-blok atraktif dan alley-oop dunk yang mereka lakukan. Howard yang tadinya dianggap sudah ada di penghujung karir, ternyata mampu memainkan peran signifikan ketika diturunkan, terutama ketika berhasil mengganggu Nikola Jokic di final wilayah barat, dan lantas menjadi kesayangan fans Lakers. Kini mereka berdua keluar, dan diganti oleh center senior yang juga mantan All-Star dan pernah menjadi juara NBA, Marc Gasol. Sama seperti Howard, Gasol pernah menjadi dominan di eranya, dan pernah meraih penghargaan sebagai Defensive Player of The Year. Bedanya, Howard pernah mencapai titik karir yang sangat tinggi, tapi tidak konsisten. Sementara Gasol cenderung memiliki karir yang bagus, tapi tidak sampai setinggi Howard, namun dia selalu konsisten dari tahun ke tahun. Jika Howard-McGee menghadirkan atletisme luar biasa, maka Gasol menjanjikan kemampuan defense yang lebih kokoh, konsisten, cerdik, sekaligus memiliki kemampuan offense yang lebih komplit dan pas untuk Lakers, karena Gasol memiliki kemampuan passing yang bagus dan shooting yang bisa diandalkan. Jika Howard-McGee bisa dgambarkan dengan kata eksplosif, maka Gasol saya gambarkan dengan kata cerdas. Mirip dengan Rondo, kehadiran Howard dan McGee tidak bisa dibilang konsisten. Di babak Playoff menit mereka sangat sedikit, terutama ketika menghadapi small ball Houston Rockets. Marc Gasol akan menghadirkan dimensi permainan yang berbeda, melengkapi gaya defense dan offense duet LBJ-AD. Dan jangan lupa, Montrezl Harrell juga bisa menempati posisi center. Dibanding Howard-McGee, Trez lebih memiliki agresifitas dan energi, meskipun diragukan juga kemampuannya untuk meredam bigman dominan seperti Embiid dan Jokic. Tapi itu nanti urusan Gasol.
Bagi saya, posisi center Lakers mengalami upgrade yang juga signifikan.
 
Gasol (and The Raptors) Held Embiid to Zero Point

Selain versatility, bekal utama Lakers musim lalu adalah defense. Separah2nya Green melakukan shooting, kemampuan defense nya tetap memiliki peran yang sangat penting. Kuzma dan Caruso menjadi penting dari bangku cadangan, salah satunya dari kemampuan defense nya yang membaik. Hilangnya Green dan Bradley akan bisa tertutupi oleh kehadiran Matthews, ditambah harapan bahwa kemampuan defense Schroder akan menjadi semakin baik.

Saya amat sangat kagum dengan roster LA Lakers kali ini, karena amat sangat dalam dan balance. Mereka memiliki variasi yang banyak sekali. Mereka bisa main cepat, main lambat, serang ke dalam, serang dari luar, main ISO, banyak passing, dan tetap menjaga pertahanan secara kolektif. Tidak mudah membentuk tim se rata ini di NBA, mengingat adanya batasan salary cap. Tentu saja keyakinan ini berdasarkan prediksi di atas kertas, yang semuanya tergantung apa yang akan terjadi nanti di lapangan. Apakah sistem mereka akan bisa berjalan bagus, apakah chemistry mereka bisa berjalan dengan baik, dan apakah ego mereka bisa di manage sedemikian rupa, akan terbukti di pertandingan sesungguhnya yang tidak lama lagi.

Hingga saat ini, Lakers adalah unggulan teratas.
 
(Mahe, 2020)

28 September 2020

Take A Look At LA Lakers 19-20

Sebenarnya saya sudah beberapa kali nulis tentang LA Lakers musim ini, salah satunya adalah di artikel "NBA Ceria Lagi", dimana saya menjelaskan kekaguman saya pada lengkapnya roster Lakers, dan banyaknya opsi yang bisa mereka lakukan. Juga di artikel yang mengupas Denver Nuggets, dimana saya singgung di paragraf terakhir tentang match up yang akan terjadi di Final Wilayah Barat.
 
Tapi tampaknya kurang sahih jika tim yang paling membuat saya excited di musim ini tidak saya buatkan artikel khusus. Dengan sedikit mengulang beberapa ulasan saya sebelumnya, inilah dia : LA Lakers.

 
 
Ini adalah daftar roster nya :


Playoffs ini menunjukkan bahwa Lakers punya kemampuan untuk adjust permainan tergantung lawan yang dihadapi. Mereka berhasil mendominasi ketika melawan Blazers, padahal Damian Lillard sedang panas-panasnya. Lalu mereka meladeni permainan small ball Houston Rockets yang menghajar mereka di game pertama, dengan memainkan Markieff Morris sebagai center, dan nyaris mengistirahatkan duo center mereka, McGee dan Howard, sepanjang series. Tim yang paling identik dengan small ball itu pun dikalahkan Lakers dengan menggunakan strategi andalan lawannya, small ball. Dan yang paling akhir, Lakers berhasil mengeliminasi "The Comeback Kids" yang punya salah satu the best center NBA saat ini, Denver Nuggets.

Apa yang membuat mereka istimewa?

Yang paling utama, tentu saja, adalah LeBron James. Silakan dilihat ke belakang, tim manapun yang dibela LBJ akan langsung seketika menjadi title contender. Di periode pertamanya bersama Cavaliers, dengan squad seadanya LBJ membawa mereka menjadi tim relevan di timur, bahkan hingga ke final NBA tahun 2007. Pindah ke Heat, LBJ 4x ada di Final NBA, dan dua kali juara. Kembali ke Cavaliers, LBJ berhasil memenuhi takdirnya untuk membawa mereka juara, mengalahkan supertim Golden State Warriors. Lalu ketika hijrah ke Lakers, LBJ diharapkan membawa semangat yang sama, meskipun ternyata di musim pertamanya Lakers belum berhasil menembus Playoffs, salah satunya karena cidera yang dideritanya. Musim ini adalah musim penebusan dari kegagalan itu.
Bukanlah hal yang biasa ketika seorang atlet profesional masih menjadi salah satu yang teratas di usia 35 tahun. Dia masih berotot, powerfull, menit bermainnya paling banyak, pencetak poin dan assist terbanyak, dan rebounder terbaik kedua di tim. Dia juga masih relevan dalam pembicaraan tentang MVP tahun ini, dengan menjadi runner up di bawah Giannis Antetokounmpo. Dengan skill yang masih berada di level atas, dengan pengalaman dan ketenangan ala veteran, permainannya menjadi sangat komplit. Sekadar membandingkan, draft angkatan LBJ dan beberapa di bawahnya ada Dwyane Wade, Chris Bosh, Carmelo Anthony, Luol Deng, Andre Iguodala, Deron Williams, Chris Paul, dan Dwight Howard. LeBron dikenal sangat cerdas di lapangan, dia memiliki visual memory yang sangat tajam, mampu mengingat kondisi di lapangan meskipun terjadi dengan sangat cepat. Dia juga tau bagaimana seharusnya posisi tiap orang di dalam permainan, baik kawan maupun lawan.

Superstar satu lagi adalah Anthony Davis. Mirip dengan LBJ, AD juga datang dari draft pick nomor 1, tapi dengan selisih angkatan 9 tahun. Sejauh ini AD berhasil membuktikan kapasitasnya sebagai top pick, secara konsisten menampilkan permainan yang hebat, bahkan sejak masih di New Orleans Pelicans. Karirnya cukup cemerlang dengan 7 kali menembus All Star, dan 4 kali masuk All-NBA First Team (termasuk tahun ini). Dalam menyerang, AD sangat dominan di paint karena faktor kelebihan pada badannya yang tinggi dan atletis, tapi cukup lincah dan dilengkapi kemampuan shooting yang bagus. Selain sebagai offensive juggernaut, AD juga deffensive monster. Tahun ini dia jadi runner up Deffensive Player Of The Year, dengan total 577 rebound dan 143 block. Urusan block, dia adalah ahlinya, terbukti pernah 3 kali menjadi block leader di NBA. Bigman yang jago defense ini, mencatat rata-rata 3,5 percobaan 3pt dengan sekitar 33% masuk. Jika kemampuan offense adalah etalase koleksi skill, maka kemampuan defense adalah outlet kecerdasannya dalam membaca sistem dan pergerakan lawan. Kombinasi keduanya membuat seorang pemain menjadi lebih komplit.

Selain LBJ dan AD, ada satu lagi (mantan) superstar yang juga berasal dari draft pick nomor satu, yaitu Dwight Howard. Di awal karirnya, cukup sulit untuk tidak membandingkan Howard dengan Shaquille O'Neal, selain karena mengawali karir di Orlando Magic, Howard adalah center yang kuat dan dominan di bawah ring, mirip seperti Shaq. Hanya saja memang Shaq memiliki kemampuan offense yang lebih baik, tapi lama kelamaan Howard makin meningkatkan kemampuan defense nya, sehingga secara statisik menjadi lebih baik daripada Shaq. Awal karir Howard dilalui dengan pemecahan banyak rekor. Dia jadi pemain termuda yang mencetak rata-rata double-double sepanjang musim reguler, pemain pertama yang masuk langsung dari sma dan bermain full di 82 pertandingan, menjadi Defensive Player of The Year termuda, pemain pertama yang menjadi DPOY tiga tahun berturut-turut, sukses membawa Magic pertama kali ke Final NBA dalam 14 tahun terakhir, dan menjadi juara slam dunk contest yang disebut-sebut sebagai salah satu yang memorable dan kembali menggairahkan Dunk Contest sebagi hiburan karena kreatifitasnya dalam melakukan dunk dan menyusun gimmick yang keren. Karirnya begitu cemerlang, sampai cidera punggung mulai menghambat progress karirnya. Banyak yang menganggap awal mula titik balik mundurnya karir Howard adalah ketika bergabung dengan Lakers untuk pertama kali dan membentuk supertim bersama Kobe Bryant, Pau Gasol, Steve Nash, dan Metta World Peace (Ron Artest). Howard merasa bola seharusnya lebih banyak diberikan ke dia, sekaligus menganggap Kobe terlalu banyak menembak. Superteam yang gagal ini, ditambah dengan berbagai cidera yang menghantam Howard membuatnya secara perlahan-lahan tidak lagi dianggap sebagai superstar. Kehadiran Howard di Lakers ini seperti menjadi sebuah angin segar, baik untuk Howard secara pribadi maupun untuk Lakers secara tim. Dengan bersedianya Howard bermain dari bangku cadangan, serta tidak menjadi pemimpin tim membuatnya bisa mengoptimalkan apa yang dia punya untuk kepentingan tim. Bagaimanapun juga, Howard masih cukup atletis, memiliki kemampuan block yang hebat, dan bukanlah pemain yang lambat. Bergantian dengan JaVale McGee dia menjadi tembok yang cukup menakutkan bagi lawan yang berniat untuk drive ke dalam. Block dan rebound nya masih ada di level yang sangat tinggi. Howard harus berterimakasih pada cidera DeMarcus Cousin yang membuat Lakers terpaksa mencari bigman alternatif dan kemudian memilihnya. Setelah menurunkan intensitasnya dalam membuat ulah (meskipun masih ada sedikit), Howard terbukti menjadi sangat berguna terutama ketika menghadapi Nuggets yang dipimpin oleh Jokic, salah satu center terbaik NBA saat ini. Kemauannya untuk bertarung bisa menghambat laju Jokic dan membuatnya kerepotan dan jadi lebih sering berada di bangku cadangan karena berurusan masalah foul trouble. Ketika Davis, McGee dan Morris tidak sanggup menahan superioritas Jokic, Howard muncul untuk menyelamatkan Lakers.

Pemain dengan gaji tertinggi ketiga di Lakers adalah Danny Green. Danny Green mungkin belum bisa disebut superstar karena dia tidak pernah masuk All-Star, dan juga tidak pernah betul-betul memimpin sebuah tim NBA, tapi bagaimanapun juga Green adalah pemegang dua cincin juara yang memiliki peran vital bersama Spurs dan Raptors. Green bukan playmaker handal, bukan pula rebounder hebat, bahkan belakangan shoot nya pun sering dianggap mengecewakan, tapi jangan lupa bahwa Green pernah memegang rekor pencetak three point terbanyak di NBA Finals (sebelum akhirnya dipecahkan oleh Steph Curry), mencatat 40% 3pt field goal sepanjang karirnya, serta memiliki kemampuan bertahan yang amat sangat baik. Keahlian three and D nya menjadi faktor penting bagi tim manapun yang diperkuatnya.

Pemain dengan minute play terbanyak ketiga justru dipegang oleh pemain cadangan serba bisa, Kentavious Caldwell-Pope, atau biasa disebut KCP. Mengawali karir di Pistons, dia adalah pemain bintang yang berduet dengan Reggie Jackson menjadi andalan Pistons sekaligus menjadi perimeter defender yang kokoh. Di tahun 2015, KCP mencetak 153 three point, setara dengan Kevin Love. Di musim reguler bersama Lakers, KCP seringkali menjadi opsi pertama ketika Avery Bradley tidak bermain karena cidera. Ternyata posisi itu bisa dijalankannya dengan sangat bagus, padahal tidak mudah menggantikan posisi Avery Bradley yang memiliki kemampuan bertahan yang sangat baik. Ketika Avery Bradley memutuskan untuk tidak bergabung bersama Lakers di masa lanjutan NBA pasca break pandemi covid atas alasan keluarga, maka pilihan pertama untuk mengisi posisi itu jatuh ke KCP. Dan di Lakers pelan-pelan kepercayaan dirinya membaik, terlihat dari shooting three point nya yang bagus. Digabung dengan kemampuan bertahannya, memiliki KCP yang tidak rewel ketika dicadangkan menjadi aset berharga untuk Lakers.

Lalu ada satu lagi pemain Lakers yang pernah terpilih menjadi All-Star (sebanyak 4 kali), yaitu Rajon Rondo. Rajon Rondo menjadi makin dikenal dunia ketika menjuarai NBA bersama Boston Celtics, menemani trio superstar : Kevin Garnett, Paul Pierce, dan Ray Allen. Sebetulnya waktu itu Rajon Rondo berada di level yang tidak jauh dari mereka, jadi sebenarnya Celtics memiliki empat superstar. Rondo adalah pemegang bola utama, yang menginisiasi permulaan serangan. Dengan melihat permainannya, kita tahu seberapa cerdik dia di dalam lapangan, memiliki visi yang bagus, termasuk licin dan lincah, sekaligus memiliki leadership meskipun dikelilingi para lelaki alpha, padahal dia baru memasuki tahun kedua di NBA. Untuk urusan assist dan steal, Rondo termasuk superior, tiga kali menjadi top assist leader. Dan meskipun dia banyak dikritik karena kemampuan shoot nya yang biasa-biasa saja, di masa mudanya Rondo adalah pemain bertahan yang bagus, dua kali terpilih sebagai NBA All-Defensive First Team. Kehadirannya di Lakers awalnya ditujukan untuk menjadi mentor dari playmaker potensial, Lonzo Ball. Tapi pindahnya Lonzo Ball untuk ditukar dengan Anthony Davis membuatnya menjadi playmaker murni terbaik di tim, sekaligus menjadi reuni dengan mantan teman setim di Pelicans itu. Meskipun hampir selalu mengawali perannya dari bangku cadangan, peran Rondo menjadi sangat penting karena mengurangi beban LeBron James dalam mengatur serangan, dengan visi bermain dan passing-passing nya yang tak kalah ajaib itu. Di Playoffs ini pula, jiwa kompetitifnya tampak seperti terbakar kembali, karena dia begitu ngotot dalam bertahan, mampu mencetak poin penting di masa krusial, dan dengan kemampuan passing nya yang selalu konsisten. Some say, Playoff Rondo is real.

Tahun lalu, Lakers adalah tim muda penuh potensi. Tapi demi Anthony Davis, Lakers melepas hampir semua pemain muda potensialnya. Satu-satunya yang tersisa adalah : Kyle Kuzma. Tahun 2017, Kuzma disebut sebagai steal of the year, karena meskipun ada di draft ke 27, performanya di lapangan begitu bagus, bahkan melebihi pick ke dua yang jadi rekan setimnya, Lonzo Ball. Kuzma sangat berenergi, pandai menerobos pertahanan, dan memiliki shoot yang bagus. Tahun ini adalah tahun pembuktiannya, apakah Lakers mengambil keputusan yang benar untuk mempertahankannya. Sejauh ini, Kuzma memang tidak dominan, mengingat begitu banyak bintang di Lakers, namun dia menjalankan perannya dengan cukup baik. Dia penyumbang poin terbanyak ketiga di tim, dengan peran untuk menggantikan posisi LeBron James ketika dia istirahat.
 
Keluarnya Lonzo Ball membuat opsi playmaker Lakers menjadi tidak banyak. Tapi jangan kuatir, masih ada : Alex Caruso. Join di Lakers sejak tahun 2017 dari Undrafted, rencananya untuk backup Lonzo Ball ketika cidera, ternyata Caruso kemudian berkembang menjadi jack of all trades. Dia bisa jadi playmaker, defender yang bagus, dan seperti kata komentator di salah satu game : "Carushow dunk like MJ, shoot like Bird, steal like Payton, lay up like the Iceman". Caruso adalah role player yang relevan, sekaligus menjadi semacam anak bawang kesayangan, memiliki minute play terbanyak kedelapan di tim. Selain koleksi top picks, Lakers juga sukses mengembangkan seorang Undrafted player.

Di tengah musim, Lakers melakukan tiga akuisisi penting untuk memperdalam roster. Tiga-tiga nya adalah pemain dengan nama cukup terkenal, yaitu Dion Waiters, JR Smith, dan yang paling sukses, Markieff Morris. Dion Waiters direkrut untuk jadi backup point guard karena Rondo cidera. Lalu ketika Avery Bradley memutuskan untuk tidak ikut ke bubble, Lakers memutuskan untuk membangkitkan JR Smith dari status teamless. Dan keputusan untuk mendatangkan Markieff Morris adalah brilian. Pertama, karena Morris yang adalah kembarannya sudah lebih dulu bergabung bersama tim LA yang satunya, sehingga tadinya diperkirakan mereka akan berhadapan di Final Wilayah Barat, meskipun Nuggets menggagalkannya. Kedua, Markieff terbukti menjadi sangat penting perannya ketika menghadapi small ball Rockets, thanks to atletisme dan kemampuan shooting 3pt nya. Dengan menggeser AD ke posisi center dan memasang Markieff di posisi 4, maka Lakers juga memainkan small ball yang sukses mengeliminasi Rockets.

Masalah nama besar personil, Lakers bisa dibilang cukup istimewa. Tapi ketika melihat tim-tim yang lain, sebenarnya Lakers bukanlah yang terdepan. Di awal musim, unggulan pertama jelas adalah Clippers, sebuah tim yang musim lalu begitu solid meskipun tanpa superstar, musim ini diperkuat Kawhi Leonard dan Paul George sekaligus. Bucks adalah unggulan kedua karena faktor The MVP, Giannis Antetokounmpo, di sana. Belum lagi ada duet Harden-Westbrook, Dono-Gobert, Jokic-Murray, hingga juara bertahan Lowry-Siakam. Yang membuat Lakers berbeda adalah : CHEMISTRY.
Kita sudah melihat bagaimana Clippers begitu berat berjuang di game 7 melawan Nuggets, terlihat lemas tanpa tenaga. Kita juga cukup kaget ketika Bucks disingkirkan dengan cukup mudah oleh Heat. Sekaligus kita menyaksikan ketangguhan mental Nuggets yang mampu unggul meskipun sempat tertinggal 3-1. Faktor pembeda dari semua itu adalah tentang ada dan tidaknya chemistry. Disinilah Lakers memiliki keunggulan dibanding tim-tim yang lain. Para superstar dan mantan superstar ini bisa bersatu bahu membahu dengan meminimalisir ego satu sama lain, sekaligus bersedia menjadi badut-badut yang tanpa henti memompa semangat dari bangku cadangan, bahkan dengan melakukan hal-hal yang konyol. Dengan chemistry yang kuat, akan lebih mudah bagi pelatih untuk menyusun sebuah sistem, baik offense maupun defense. Juga akan saling mendukung, bukannya saling menyalahkan. Chemistry akan membuat konflik menjadi sarana untuk menjadikan tim lebih baik. Lakers unggul di sisi ini, dan mau tidak mau kita harus memberikan kredit kepada para senior berpengalaman, terutama LeBron James, yang mampu mengelola itu.

Kelebihan ketiga bagi Lakers adalah, sebagaimana sudah dibahas di awal artikel ini, kemampuannya untuk melakukan adjustment. Personil tim yang beragam dengan spesialisasi masing-masing membuat Lakers memiliki banyak pilihan untuk menghadapi berbagai karakteristik lawan. Lakers memiliki bigman yang dominan, Howard, McGee, AD, dan juga Morris. Lakers juga punya playmaker handal, Rondo, Caruso, dan James. Tak ketinggalan para sniper (meskipun kadang lagi off juga), KCP, Green, Caruso, Kuzma, Morris, dan AD. Dan mereka punya barisan defender kuat, AD, KCP, Green, Caruso, Howard, dan James. Banyaknya pilihan itu membuat Frank Vogel punya berbagai opsi untuk beradaptasi pada pola penyerangan lawan, dan menganalisa cara paling efektif untuk membunuh mereka.

Bagi saya pribadi, saat ini Lakers memiliki hampir semua unsur untuk menjadi tim yang paling menyenangkan untuk ditonton.
 
Individual Skills ✔️
Team Offense ✔️
Tight Defense ✔️
Alley Oops ✔️
Rim Attack ✔️
Three Points ✔️ 😅
Fastbreak ✔️
Small Ball ✔️
Playing Big ✔️
Blocks ✔️
Smart Pass ✔️
Some Concentration Lapse ✔️ 😁
Dominant ✔️
Beatable ✔️😁
Antics ✔️

They had it all...

- maheinberg, 2020 -

17 September 2020

Take A Look At Denver Nuggets 19-20

Sebelum NBA musim ini dimulai, para ahli menempatkan LA Clippers sebagai unggulan terkuat meraih juara. Bukan hal yang mengherankan, karena musim lalu ketika Clippers terhitung minim bintang bisa cukup perkasa di wilayah barat, apalagi di musim ini Clippers kedatangan dua orang yang amat sangat jagoan. Yang pertama adalah pemegang 2 MVP finals, Kawhi Leonard, dan satu lagi adalah superstar yang terkenal sebagai salah satu two-way player terbaik di NBA, Paul George. Maka bergabungnya mereka dengan tim yang sudah solid diramalkan akan berpotensi membentuk dinasti baru.
Sayangnya sejauh ini ramalan tersebut bisa dibilang meleset, karena di babak reguler Clippers "hanya" menempati peringkat 3 di NBA, di bawah Bucks dan Lakers. Bukan hal yang cukup untuk bisa disebut membentuk dinasti, meskipun juga tidak bisa dibilang gagal. 
 
Tapi artikel ini bukan dibuat untuk membahas Clippers. Justru untuk mempelajari kulit-kulit dan sedikit kupasan di bawahnya tentang tim yang secara cukup mengejutkan mampu mengalahkan mereka di babak semifinal wilayah, dan (lagi-lagi) mengubur impian mereka untuk tembus ke final wilayah barat.

Tim kejutan itu adalah : Denver Nuggets.
 
(source : clutchpoints.com)
 
Yes, sebelumnya saya juga menulis tentang tim kejutan yang lain dari wilayah timur, yaitu Miami Heat, dan tampaknya kejutan serupa juga menular ke wilayah barat. Jika Miami Heat adalah tim peringkat ke 5 di timur, Denver Nuggets adalah tim peringkat 3 di barat. Memang terhitung dekat dengan Clippers yang ada di peringkat kedua, namun sejak awal Clippers dan Lakers dianggap berada di dimensi yang berbeda dengan tim lain di wilayah barat, maka ketatnya semifinal wilayah barat ini tetap menjadi mengejutkan, paling tidak buat saya.

Denver Nuggets tidaklah lolos dengan mudah. Di babak pertama Playoffs mereka menghadapai Utah Jazz yang juga diperkuat duo maut. Game ini berlangsung amat sangat seru, pertama karena mereka memiliki matchup yang serupa. Dipimpin oleh playmaker muda, yaitu Donovan Mitchell vs Jamal Murray, dan diperkuat oleh dua center terbaik NBA, Rudy Gobert dan Nikola Jokic. Nuggets yang memenangkan game 1 harus deg-degan karena di 3 game berikutnya mereka kalah. Baru di game 5 Nuggets mengambil alih secara tim, karena pemain cadangan mereka juga turut berperan besar dalam memutar balikkan keadaan sehingga berakhir 4-3 untuk Nuggets. Perjuangan yang ketat dan terlihat melelahkan.

Nuggets yang tampak lelah itu lalu harus berhadapan dengan Clippers yang konon kabarnya memiliki skuad yang dalam dan merata, tidak terlalu jauh beda kualitas antara starter dan pemain cadangan, padahal Kawhi Leonard dianggap top three NBA Player saat ini, maka cukup tergambar kedalaman skuad mereka. Nuggets makin tampak terlihat tak berdaya ketika di game 1 dibantai dengan selisih 23 poin. Mungkin beberapa cukup terkejut ketika di game kedua Nuggets ternyata bisa menyamakan skor menjadi 1-1 dengan kemenangan 110-101. Tapi kemudian Clippers menjawab keraguan publik dengan dua kali kemenangan, menjadi 3-1. Nuggets dianggap sudah habis, tidak punya jawaban, dan akan segera angkat koper keluar dari bubble.

Tapi bukan itu yang terjadi. Jokic dan Murray membuktikan bahwa mereka bukanlah pemain yang memiliki mental sembarangan. Secara bergantian mereka menjadi alpha dan memimpin Nuggets untuk memberikan perlawanan sengit pada Clippers. Silakan menganggap Jokic sebagai center kegendutan yang lambat, tapi kecerdasannya dalam memanfaatkan tubuh, ball handling, melihat garis passing dan mengeksekusinya, serta kemampuan shooting jarak jauh akan membuat kita memahami bahwa dia adalah salah satu center terbaik dunia saat ini. Dia bukan pemain paling atletis, tapi kelebihan utamanya ada di otak. Kecerdikannya dalam membaca permainan, meramalkan arah pergerakan kawan, dan mengantisipasi pola serangan Clippers membuat para pemain Clippers frustrasi. Duet maut sekelas Paul George dan Kawhi Leonard saja dibuat tak bisa bicara banyak, hanya mencetak 24 poin digabung. Jamal Murray juga tampak sama sekali tidak gentar ketika harus melawan defender elite sekelas mereka berdua, atau para "tukang pukul" Clippers seperti Patrick Beverley dan Montrezl Harrell. Dia akan meledak di saat yang tepat, ketika Nuggets membutuhkannya. Dua kali bangkit dan berbalik unggul dari ketinggalan 3-1 bukanlah hal yang sepele. Itu menggambarkan kekuatan mental dan semangat juang yang besar. 

Selain peran besar duet Jokic-Murray itu, yang tidak kalah penting dan sering diremehkan adalah peran supporting cast nya. Mari kita lihat dulu bagaimana isi Denver Nuggets ini (urut berdasarkan minute play terbanyak) :

No Name Age G GS MP Pos. Ht (m) Wt (kg) Draft Pick FG% 3P% Reb Ast Pts
1 Nikola Jokić 24 73 73 2336 C      2.13        129 2014 41 52.80% 31.40% 711 512 1456
2 Will Barton 29 58 58 1916 G      1.96           82 2012 40 45.00% 37.50% 365 212 874
3 Jamal Murray 22 59 59 1904 G      1.93           98 2016 7 45.60% 34.60% 236 284 1091
4 Jerami Grant 25 71 24 1892 F      2.03           95 2014 39 47.80% 38.90% 248 88 851
5 Gary Harris 25 56 55 1780 G      1.93           95 2014 19 42.00% 33.30% 163 118 581
6 Monte Morris 24 73 12 1636 G      1.88           83 2017 51 45.90% 37.80% 137 255 660
7 Paul Millsap 34 51 48 1240 F      2.01        117 2006 47 48.20% 43.50% 293 83 591
8 Torrey Craig 29 58 27 1072 F      2.01        100 2014 Und 46.10% 32.60% 189 47 315
9 Mason Plumlee 29 61 1 1057 F/C      2.11        115 2013 22 61.50% 0.00% 317 154 437
10 Michael Porter 21 55 8 903 F      2.08           99 2018 14 50.90% 42.20% 259 46 512
11 PJ Dozier 23 29 0 412 G/F      1.98           93 2017 Und 41.40% 34.70% 55 63 168
12 Keita Bates-Diop 24 7 0 98 F      2.03        104 2018 48 46.40% 33.30% 17 0 37
13 Bol Bol 20 7 0 87 F/C      2.18        100 2019 44 50.00% 44.40% 19 6 40
14 Troy Daniels 28 6 0 76 G      1.93           91 2013 Und 35.70% 30.00% 6 3 26
15 Vlatko Čančar 22 14 0 45 F      2.03        107 2017 49 40.00% 16.70% 10 3 17
16 Noah Vonleh 24 7 0 30 F      2.08        117 2014 9 83.30% 100.00% 8 2 13
17 Tyler Cook 22 2 0 19 F      2.03        116 2019 Und 50.00%   4 0 4

Dari data diatas, terlihat bahwa kemampuan shoot di tim Nuggets sangat merata. Field Goals ada di range 45% an, dan 3pt percentage di sekitar 35%, menyebar di hampir seluruh personil. Dalam hal shooting percentage, tidak jauh beda antara starter dan cadangan. Dari total point yang dicetak, selain Jokic dan Murray, Will Barton dan Jerami Grant adalah penyumbang poin terbanyak di tim, dengan Monte Morris, Paul Millsap, Gary Harris, dan Michael Porter Jr ada di belakangnya.

Will Barton bisa dibilang cukup underrated, karena meskipun kurang dikenal, kontribusinya dalam defense, rebound, dan assist sangat signifikan. Begitu pula dengan Jerami Grant yang di Playoffs ini sering tiba2 muncul lewat shot pentingnya, dan defense yang begitu ketat.

Paul Millsap adalah veteran berpengalaman dan seorang pemain All Star di masanya dulu bersama Atlanta Hawks. Di umur 34, Millsap menghadirkan veteran presence yang biasanya menghadirkan ketenangan ketika yang lain sedang terburu-buru dan kurang hati-hati. Dia pun sukses menghadapi sekaligus mengcounter psywar para "preman" Clippers, sehingga meminimalisir gangguan faktor non teknis.

Jerami Grant memang lebih sering memulai dari bangku cadangan, tapi di usia matangnya ini sumbangan poin, energi dan kemampuan atletis nya sangat berguna dalam bertahan dan menyerang. Di Playoffs ini berkali-kali defense nya yang kuat dan shoot jarak jauhnya mampu menjaga ritme permainan ketika Murray dan Jokic menemui jalan buntu.

Monte Morris, Gary Harris, dan Torrey Craig juga tidak begitu menonjol dan jauh dari sorotan, tapi peran mereka sebenarnya setara dengan supporting cast yang lain baik dari peran defensif maupun akurasi tembakannya. Dengan Jokic yang sering di dalam dengan visi cemerlang, banyaknya rekan yang siap di berbagai sudut dengen kemampuan setara membuat pemain bertahan lawan sangat kesulitan antara memutuskan untuk double team Jokic atau menutup pemain lain yang siap di kejauhan. Belum lagi ada Murray yang siap menyerang menusuk masuk kapan saja.

Jika Jokic sedang butuh istirahat, Nuggets punya backup center yang sebenarnya lebih atletis dan punya kemampuan fisik lebih bagus, yaitu Mason Plumlee. Meskipun tidak secerdas Jokic, adanya Plumlee menghadirkan kekuatan fisik yang lebih baik, dan memberikan waktu istirahat yang cukup bagi Jokic tanpa mendatangkan rasa kuatir.

Dan ada satu lagi anak muda yang sebenarnya sangat potensial, dan konon dulu adalah calon 1st pick di masanya, namun sayangnya musti turun peringkat karena faktor cidera. Orang ini adalah Michael Porter Jr. Memang dia sering cidera, tapi kepercayaan yang diberikan Nuggets rupanya dibayar dengan perfora menjanjikan meskipun performanya kadang labil, sebuah kesalahan wajar di usia muda.

Salah satu faktor penting yang terlihat selama Playoff ini adalah chemistry yang kuat diantara pemain-pemain Nuggets. Mereka saling mepercayai satu sama lain, dan terlihat selalu saling mendukung. Hal yang tidak terlihat di Clippers, terutama di quarter 4 game ke 7 itu. Kawhi menjadi semakin down ketika dia tahu sedang off, tapi tidak bisa mempercayai teman-temannya yang lain. Sementara Jokic terlihat begitu yakin bisa membagi bola ketika dia sedang di double team di dalam, karena rekan-rekannya terus bergerak dan berada di posisi yang siap menerima passingnya untuk kemudian dieksekusi. Dan berhasil.

Denver Nuggets adalah tim yang relatif tidak sering berubah, sebagian besar mereka sudah bersama-sama dalam jangka waktu yang lama. Gary Harris, Will Barton, Nikola Jokic, Jamal Murray, Paul Millsap, dan Mason Plumlee sudah bermain bersama sejak tahun 2017. Tiga nama pertama bahkan sejak 2015. Maka tidak heran ketika mereka bisa menjalin komunikasi yang sangat baik, karena bagaimanapun juga chemistry di luar lapangan akan sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri yang akan tertuang pada permainan di lapangan. Tahun lalu Nuggets nyaris lolos ke Final Wilayah, tapi kalah di game ketujuh dari Blazers. Kepahitan itu sudah terbalas di tahun ini. Seberapa jauhpun mereka musim ini, tidak mengurangi kehebatan pencapaian mereka yang luar biasa.

Di Final Wilayah Barat, Nuggets akan menghadapi Lakers. Bukan lawan yang mudah, tapi Nuggets sudah terbukti punya kemampuan melewati hadangan yang berat. Jika Jokic pernah sukses menang lawan Gobert yang merupakan lawan sepadan, lalu kemudian begitu dominan melawan Clippers yang tidak punya bigman dominan, dia tampaknya harus berkeringat lebih banyak menghadapi Lakers yang punya banyak bigman berpengalaman. Anthony Davis adalah All-NBA first team tahun ini, punya offense yang dahsyat, dan juga runner up DPOY. Davis lebih komplit dibanding Gobert, sekaligus lebih dominan dibanding semua bigman Clippers. Tapi Davis tidak selalu bermain di posisi center, jadi tidak selalu match-up dengan Jokic. Jika Jokic tidak dipegang Davis, dia harus menghadapi salah satu dari McGee atau Howard. Mungkin mereka tidak secerdas Jokic, tapi duo bigman ini punya banyak pengalaman untuk meredam pemain-pemain hebat sebelumnya. Plus jika mereka yang dipasang, mereka bisa full konsentrasi mematikan Jokic, tanpa beban untuk menginisiasi penyerangan.
Jamal Murray pun juga harus berusaha lebih keras, karena Lakers sudah sukses dua kali meredam tim dengan playmaker dan guard kelas atas di NBA. Dame di Blazers dan Harden-Westbrook di Rockets dibuat tidak berdaya ketika Lakers sudah menemukan ritmenya. Well, "tidak berdaya" mungkin terasa berlebihan, terlebih Lakers juga kalah di game 1, tapi coba lihat kembali di game ke 5 Lakers melawan Blazers dan Rockets, mereka dibuat sedemikian frustrasi, terlihat dari ekspresi para pemainnya yang tampak seperti bingung mau berusaha dengan cara apa lagi.
Pengalaman Nuggets untuk comeback dari tepi jurang 3-1 sebanyak dua kali ini menunjukkan mental luar biasa, yang jadi bekal penting untuk menghadapi Lakers yang juga calon juara. Cukup berat sebenarnya, tapi saya menunggu banget kejutan yang mereka hadirkan melalui ledakan Murray, kecerdasan Jokic, dan chemistry para supporting cast lain untuk bersatu padu mengalahkan Lakers yang lebih diunggulkan.

-maheinberg, 2020-