16 Mei 2012

Ah, Prediksi Apaan Ini?

Sekitar sebulan lalu, dengan penuh percaya diri dan disisipi doa serta pengharapan yang kental, saya menuliskan prediksi atas apa yang akan terjadi di akhir musim liga-liga top Eropa. Kesimpulannya, di tulisan itu saya memprediksikan Juventus, Barcelona dan Manchester United akhirnya keluar menjadi juara. Memang rasanya lebih banyak berisi keinginan subyektif daripada prediksi obyektif. Namanya juga fans, bias seperti itu tidak aneh. Hanya ramalan atas Juventus yang terbukti benar, tapi saya bukan fans Juventus. Saya Laziale yang bersyukur Lazio masih bisa finish di urutan keempat, meskipun lagi-lagi harus kecewa karena gagal meraih posisi ketiga, dan tidak bisa berkiprah di Liga Champion musim depan.

Lazio
Sempat menjanjikan di awal musim dengan rekrutmen Djibril Cisse dan Miroslav Klose, namun hanya Klose yang akhirnya tampil meyakinkan dan menjadi pemain kunci. Saking kuncinya, permainan Lazio jauh menurun ketika Klose tidak hadir. Cisse juga dijual di tengah musim ke QPR, yang kemudian memulai debutnya dengan kartu merah. Gosip transfer mengatakan, Lazio akan kembali memulangkan sang pangeran, Alessandro Nesta, dari AC Milan, dan akan menjual beberapa pemain, termasuk Hernanes. Intinya, belum terlihat upaya serius dari board untuk kembali mengangkat Lazio menjadi klub elit Italia, Eropa dan dunia. Sebagai fans, saya hanya bisa menunggu kejutan yang mungkin akan terjadi di musim depan. Sebuah penantian panjang yang belum juga kesampaian sejak era Hernan Crespo.

Barcelona
Berhasil merekrut Alexis Sanchez dan Cesc Fabregas, serta mengkilapnya beberapa pemain muda ternyata tidak mampu diimbangi dengan konsistenti motivasi para pemain lama yang mayoritas adalah juara dunia dan juara piala-piala lainnya. Beberapa kali Barcelona harus merelakan poin terlepas ketika melawat ke kandang lawan, dan yang paling krusial adalah kekalahan di Nou Camp pada El Clasico di masa-masa menentukan. Selain itu, cideranya beberapa pemain penting juga mempengaruhi performa tim secara keseluruhan. Messi-Xavi-Iniesta-Alves seperti kehabisan nafas karena kelelahan menjalani musim yang panjang dan menuntut konsentrasi penuh. Apalagi dengan mundurnya Guardiola yang sangat mengejutkan, maka apa yang akan terjadi di musim depan masih menjadi misteri yang abu-abu. Di saat yang sama, Real Madrid pasti akan semakin solid dan termotivasi untuk meraih lebih dari "sekedar" gelar juara Liga Spanyol. Meskipun begitu, gemilangnya Messi, berkembangnya Sanchez, makin padunya Fabregas, sehatnya Pedro-Affelay, banyak belajarnya Cuenca-Tello-Montoya, serta masih adanya kemungkinan untuk membeli pemain baru menyisakan banyak alasan untuk optimis, meskipun ditangani pelatih baru yang ga baru-baru amat. Ditambah dengan gemilangnya penampilan Atletico Madrid dan Athletic Bilbao, plus pengharapan akan membaiknya Tim Kaya Baru, Malaga, semoga musim depan menjadi musim yang membuat Liga Spanyol menjadi menarik, lebih dari sekedar pertarungan dua raksasa saja.

Manchester United
Ehm, yang ini agak berat nulisnya, karena masih dalam suasana berduka. Kesuksesan MU mengkudeta City dan kemudian berlari meninggalkan jauh di depan, ternyata "dibayar" dengan keteledoran, terutama ketika unggul 4-2 atas Everton. Memang dasar Fellaini sialan. Keteledoran itu membuat persaingan gelar juara harus ditentukan hingga pertandingan terakhir. Dari sisi ini, Liga Inggris menjadi bagus secara kompetisi. Tapi jika dilihat tim yang bersaing, Liga Inggris terasa menurun, karena hanya dua tim yang balapan mencapai garis finish. Ah, Spanyol dan Italia juga begitu, jadi biarkan saja. Yang jelas, kedahsyatan permainan City membuat MU tertinggal selisih gol cukup banyak. Lebih menyesakkan dada ketika mengingat bahwa dari banyaknya selisih gol itu, terdapat unsur 1-6 disana. Oh, no.... Singkat cerita, perebutan tahta Manchester ini dimenangkan si biru dengan cara dramatis, unggul di injury time ketika Manchester United siap berpesta. Plus mungkin ditambah dengan dugaan peran QPR yang sudah merasa aman dari degradasi karena Bolton yang gagal menang, sehingga otot-otot konsentrasinya mengendur menjelang akhir laga. Intinya, Manchester City juara Premier League, merebutnya dari juara bertahan yang juga peraih gelar juara Liga terbanyak Liga Inggris. City berpesta, United berduka.
Bisa dikatakan, materi MU tahun ini adalah yang terburuk di era Ferguson. Cidera terjadi kepada banyak pemain inti, terutama para pemain bertahan secara bergantian. Tidak ada pemain bintang baru yang benar-benar bersinar. Superstar bisa dibilang hanya Rooney. Pemain paling stabil adalah Antonio Valencia. Bahkan Scholes pun harus kembali dari masa pensiun. Malas dia kalo cuman ternak teri. Tapi, bibit-bibit pemain muda potensial justru sangat berlimpah. Rata-rata usia tim intinya cukup rendah. Kegagalan musim ini tentunya akan menjadi lecutan sendiri bagi Fergie untuk melakukan sesuatu. Semoga ada banyak hal positif yang akan terjadi pada Manchester United dan Liga Inggris musim depan.


Musim reguler hampir berakhir, sekarang waktunya beristirahat sejenak dari konsentrasi liga, dan mempersiapkan diri untuk menikmati gelaran Piala Eropa. Siapa jagoan anda? Siapa jagoan saya? Nanti saja itu. Kurang cihuy dong kalau ditulis disini. Judulnya aja ga nyambung. Kita bahas nanti di posting lain, biar artikelnya banyak. Demikian.

0 komentar:

Posting Komentar