27 Desember 2013

Liga Inggris Yang "Berbeda"

Sebelum musim ini dimulai, melalui twitter saya menyampaikan kerinduan saya pada kebesaran Arsenal dan Liverpool, tanpa lupa menyertakan doa untuk kembalinya kejayaan mereka. Hingga boxing day ini, yang terjadi ternyata melebihi ekspektasi saya. Arsenal dan Liverpool justru menjadi kandidat terdepan penguasa liga lokal (so called) terbaik eropa ini. Lesson learned : jangan meremehkan kekuatan doa.


EPL season 2013/2014 memang berbeda. Pertama, Arsenal melakukan pembelian mahal. Sebut saja namanya Özil. O-nya pake titik dua di atas. Katanya itu berarti pengucapannya dengan suara O yang seperti ditelan. Özil (dengan titik dua diatas) ini jadi semacam pembuka cakra di aliran tenaga dalam Arsenal yang selama ini terpendam. Di awal-awal, Arsenal yang dari musim ke musim selalu bermain cantik nan menghibur tapi tidak selalu menang ini sempat memimpin hingga lima poin dari posisi dibawahnya. Dan bintang terang yang mencetak banyak gol adalah : Ramsey.

Kedua, Liverpool jadi kuat lagi. Sebagai kolektor gelar Juara Liga Inggris terbanyak kedua (yang pertama adalah MU. Mungkin sudah pada tau sih, kalimat dalam kurung ini hanya memperjelas saja), Liverpool sungguh tidak layak untuk menjadi tim yang beberapa tahun terakhir seperti tim medioker yang bahkan seringkali susah payah memastikan berada di kompetisi Eropa di musim mendatang. Upaya Rodgers untuk menata sistem permainan Liverpool mulai terasa hasilnya. Suarez semakin ganas. Dan so far jadi top scorer. 19 gol dari 18 pertandingan Liverpool.

Ini adalah saat yang tepat bagi para gooners dan liverpudlian untuk sejenak meluangkan waktu membalas cibiran yang selama ini muncul dalam rangka menyindir minimnya piala yang mampir ke lemari mereka. But above all, yang hingga saat ini masih menjadi Gooners dan Liverpudlian adalah mereka yang telah teruji. Yang masih berdiri di tengah kapal yang limbung. Respek yang tinggi untuk hal ini. Hat off.

Ketiga, Manchester City lolos ke babak knockout Liga Champion. Dua musim terakhir, City selalu gagal lolos babak grup Liga Champion, padahal berpredikat tim papan atas di liga papan atas. Sebelumnya malah lebih sering tidak ikut partisipasi. Dan sekali-kalinya lolos, langsung bertemu Barcelona. Ya, City tahun ini memang punya skuad penyerang yang luar biasa, terbukti dengan 53 gol yang sudah dicetak di Liga Inggris, hanya dari 18 partai. 10 gol lebih banyak dari Liverpool, pencetak gol terbanyak kedua. Tapi untuk melawan Barcelona, sepertinya belum. Tapi cukup seru, mengingat barisan bek Barcelona juga sedang dalam fase diragukan. Tapi, City kurang punya karakter kuat di eropa. Tapi... Ah, kebanyakan tapi...

Keempat, tidak ada lagi Sir Alex Ferguson di EPL.

Kelima, Manchester United tidak ada di empat besar klasemen. Saya rasa ini berhubungan dengan alasan keempat. Setelah berpuluh-puluh tahun dipimpin seorang gaek yang pemarah dan berwajah semu-semu merah, kini MU dipimpin oleh manajer yang musim-musim sebelumnya selalu menyulitkan MU, tapi belum pernah benar-benar meraih prestasi yang nyata. Sebut saja namanya David Moyes. MU sempat terlihat limbung dan bermain dengan mental medioker. Sangat berbeda dengan mentalitas era Fergie yang sangat papan atas, meskipun pemainnya yang medioker. Di twitter saya yang lalu, saya lupa menyisipkan doa untuk kelanggengan kejayaan MU. Tapi tak apa. Ini transisi. Iya, transisi. Betul, transisi. Transisi kan? Transisi bukan sih? Iya deh, transisi.

Keenam, coba diluangkan waktunya sebentar untuk melihat klasemen Liga Inggris saat ini. Jika permintaan saya ini dianggap terlalu berat, ya sudah, saya capture kan klasemen per tanggal 27 Desember 2013 dari soccerway.com.

Ini adalah gambaran ketatnya persaingan Liga Inggris musim ini. Mungkin lebih ketat daripada tanktop Jupe. Empat besar klasemen hanya berselisih nilai satu saja. Sebelum dikalahkan City, Liverpool ada di peringkat dua. Meleng sedikit, bisa jatuh keluar zona Eropa, karena di posisi lima ada Everton yang poinnya berbeda dua saja. Itu kalo hanya meleng. Kalo sempat ketiduran, sudah ada Newcastle, Tottenham, dan (sigh!) MU yang punya potensi untuk kembali menyodok ke atas. Posisi ini mengingatkan saya pada Serie A sekitar tahun 98-an, ketika saya baru saja kenal sepakbola Eropa. Waktu itu ada magnificent seven yang melibatkan Juventus, Inter Milan, AC Milan, Lazio, AS Roma, Fiorentina, dan Parma, bersaing sangat ketat dan seru. Tahun ini, Liga Inggris berpeluang untuk mengalahkan Serie A waktu itu dalam hal ketatnya persaingan. Sebagai Football Fanatic, tentunya saya sangat berharap persaingan ini berlangsung hingga akhir, dan sebagai fans MU, saya berdoa semoga akhirnya Manchester United menyalip di tikungan dan menjadi juara. Kenapa tertawa? Biarin aja, namanya juga doa.

Ketujuh, Mourinho tidak lagi menjadi yang paling sering jadi bahan berita media. Kembali ke rumah yang paling nyaman untuknya, Mou justru bermodal ketidaksuksesan di Madrid, dan Chelsea baru saja mengalami fase gonta ganti manajer pasca peninggalan Mou. Tentu saja ini meninggalkan skuad yang sangat berbeda dibanding Chelsea era Mou dulu. Entah kenapa, sepulang dari Madrid, Mou tidak terlalu sering berkomentar lugas khas Mou. Mungkin karena Chelsea memang sedang perlu pengaturan dan penanganan yang lebih dari sekedar komentar. Ditambah tidak adanya Fergie, seolah tidak ada pertarungan verbal yang seru antar manajer. Chelsea yang tidak terlalu superior baik di pertahanan maupun menyerang, serta manajer lain yang ternyata juga menyita banyak perhatian membuat Mou seperti tidak sedang berada di Inggris.

Kedelapan, Liga Inggris hanya tayang seminggu dua kali di tivi gratis nasional. Sangat disayangkan ketika Liga jadi seru-serunya, nontonnya malah dikit. Padahal Big Match nya makin banyak. Langganan tivi berbayar dong!!! Iye dah, bayarin tapi ya. Streaming dong!!! Waduh, lebih sering ga stabil koneksinya. Ya udah, derita lo!!! Iya deh, derita gueh.

Sebagai penutup, selamat menikmati suguhan liga ketat nan menghibur. Harapan saya lainnya, semoga Inggris bisa punya timnas yang bermain keren dan punya identitas kuat seperti Spanyol, Jerman, Brazil, bahkan Italia. Semoga kekuatan modal yang berputar di sekitaran Liga Inggris tidak menjadi bumerang yang pelan-pelan menggerus soliditas pemain lokalnya.

Harapan yang lain lagi, semoga Liga Indonesia bisa jadi sehat, kompetitif dan konstruktif, dan Timnas Indonesia bisa jadi profesional dan membanggakan. Sudah ada harapan di level U-19. Yang di atasnya sudah waktunya didukung tanpa berharap banyak. Lain kali mari kita ngomong sepakbola Indonesia. Nunggu Liga yang baru tapi dengan rasa lama nanti.

Itu juga kalo ga males.

03 September 2013

Happy Transfer-Deadline Day !!!



Daaaan, drama seru perebutan pemain lewat episode transfer sudah ditutup. Seperti biasa ada beberapa transfer mendadak yang mengejutkan, tapi overall semua sudah terprediksi.

Yang paling menghebohkan tentunya adalah mega transfer Gareth Bale. Ditransfer seharga 86 juta Pound dari Tottenham Hotspurs, Bale memecahkan rekor transfer pemain termahal sebelumnya, yang kini juga menjadi rekan setimnya, Cristiano Ronaldo seharga 80 juta Pound (meskipun dengan mempertimbangkan inflasi, harga Bale masih di bawah Ronaldo). Bagi saya yang fan Barcelona, ini adalah berita gembira yang sangat menarik. Mahalnya transfer Bale akan menyinggung ego nya yang (apabila dilihat dari sikapnya di Spurs) cukup besar. Di Spurs, dia adalah bintangnya. Semua perhatian tertuju padanya. Transfer termahal artinya adalah afirmasi akan status kebintangannya. Memang, Bale adalah pemain terbaik Liga Inggris versi Para Pemain dan versi para wartawan, yang sekaligus pemain muda terbaik, namun Bale belum mencapai level yang telah dilalui Ronaldo ketika memecahkan rekor transfer tersebut, karena waktu itu Ronaldo telah menjadi juara Liga Inggris, Liga Champion, dan pemain terbaik dunia. Dengan nilai mencengangkan seperti itu, relakah Bale diperlakukan sama dengan pemain lain, sebut saja, Di Maria atau Modric? Siapkah dia tidak menjadi pilihan utama? Dan untuk Madrid nya sendiri, harmoniskah proses penyautan Bale ke tim utama? Jika tidak, siapkah Madrid mencadangkan calon pencetak uang barunya itu? Saya sendiri tidak yakin poros permainan Madrid akan beralih dari Ronaldo, jadi seperti apa Bale akan dipergunakan akan menjadi cerita yang asik. Mari ditunggu apa yang bisa dilakukan Don Carlo dalam menangani Real Madrid. Tentu saja dia memiliki segudang pengalaman dan kemampuan, dan ini adalah tes yang sesungguhnya.

Jika berita Bale ke Madrid adalah menyenangkan, maka berita dijualnya Ozil adalah icing on the cake. Bagi saya, Ozil adalah pemain terbaik Madrid dalam dua tahun terakhir, sedikit diatas Ronaldo. Seperti yang saya tulis di twitter, jika Ronaldo adalah Andhika, maka Ozil adalah Dodhy-nya. Beberapa memprotes perumpamaan ini, tapi lebih kepada contoh figurnya, bukan esensinya, jadi tidak perlu saya ganti dengan nama tokoh lain seperti misalnya HediYunus-YovieWidianto, atau AriLasso-AhmadDhani, atau Sammy-Badai, atau Axl-Slash, dan lain-lain. Ozil adalah maestro kreativitas pergerakan cepat Ronaldo-DiMaria-Benzema. Ozil adalah pemain Madrid pertama yang sangat saya inginkan untuk bergabung dengan Barcelona atau Manchester United. Memang sudah ada Isco, tapi dia bukan Ozil. Madrid akan memiliki gaya yang baru. Sayangnya, Manchester United tidak terlalu bernafsu untuk mengejarnya, sehingga Ozil memilih untuk bergabung dengan Arsenal. Ya, Arsenal. Sekali lagi, Arsenal. Rekor transfer pula. Rekor tim, sih. 42,5 Pound. Bukan bermaksud meremehkan, tapi transfer mahal bukanlah kebiasaan Arsenal. Dengan transfer ini, Arsenal sangat berpeluang untuk kembali garang dan bukan lagi penyemarak peserta Liga Champion musim depan. Smart spend.

Sebagai fans Manchester United, saya sangat menyayangkan tidak direkrutnya Ozil ini. Mungkin karena harga yang terlalu mahal, atau memang Moyes merasa tidak memerlukannya. Namun ada juga kabar baik yang menjadi penghias senyum di kalangan Manchunian, yaitu dengan direkrutnya Belgian International, Marouane Fellaini. Sejak awal tahun ini, saya merasa MU membutuhkan seorang pemain tengah yang berkarakter dan tak kenal lelah, seperti yang cukup ditunjukkan Fellaini di Everton beberapa tahun terakhir. Menarik untuk menyaksikan duet Carrick-Fellaini dalam memimpin lini tengah MU. Semoga ini juga menjadi lecutan semangat untuk Cleverley dan Anderson supaya bisa tampil lebih baik, serta menjadi panutan pemain muda lainnya untuk menjadi semakin matang dan siap dipromosikan ke tim utama.

Dan membicarakan transfer, maka kurang afdol jika tidak membicarakan Barcelona. Barcelona sudah memboyong Neymar jauh hari sebelumnya, dan kemudian hingga Transfer Deadline, Barcelona berhasil memboyong....  

No one!!!

Banyak fans yang berteriak akan pentingnya perekrutan bek tengah yang handal, namun ternyata Tata Martino tidak berpikir demikian, dan merasa sudah cukup untuk mempercayakan lini belakang pada barisan bek yang sudah ada. Pique, Mascherano, Puyol, dan Bartra. Memang cukup membuat fans Barca deg deg ser, karena musim lalu Pique terlihat sangat lamban dan sering salah posisi, Mascherano bukanlah bek tengah asli dan sering kalah duel udara, Puyol makin rawan cidera, dan Bartra belum cukup punya pengalaman. Hingga jendela transfer ditutup, Tata benar-benar tidak melakukan transfer baru lagi. Door closed.

Maka Barcelona pun menjalani musim dengan skuad musim lalu, plus Neymar (dan Cuenca serta Affelay). Tidak langsung diturunkan menjadi starter, Neymar diperkenalkan pelan-pelan pada sistem permainan Barcelona sekaligus menjadi tanda bahwa tim adalah segalanya, berada di atas puja puji pada individu. Ketika dimainkan, Neymar menunjukkan potensi cukup besar untuk menyatu dalam sistem sekaligus menawarkan sesuatu yang baru, dan juga mempertontonkan aksi kreatifitasnya dalam memperoleh kartu kuning yang tidak perlu (sigh!). Dalam tiga laga awal di La Liga, Barcelona memperoleh nilai sempurna dengan catatan 11 gol dan kemasukan 2 gol. Hal positif yang disajikan Tata sejauh ini adalah kembalinya hasrat dan determinasi tim untuk melakukan pressing ketat, kemampuan dan kemauannya untuk melakukan rotasi pemain (bahkan Messi sekalipun), kepercayaannya pada pemain muda, menonjolnya peran Fabregas dalam membagi bola-bola vertikal yang cerdas sebagaimana yang menjadi ciri khasnya, serta munculnya kembali Valdes sebagai kiper kelas dunia yang bisa tetap menjaga konsentrasi penuh meskipun sepanjang pertandingan lebih banyak menganggur. Hasil ini membuat duka akibat tidak adanya transfer bek tengah (dan juga striker murni) menjadi cukup terobati.

30 Juni 2013

Neymar, Football World's Justin Bieber. They said.


Konon kabarnya, Neymar adalah "The most marketable sportperson in the world", bahkan sejak sebelum bergabung dengan Barcelona. Nama Neymar tercatat diatas Lionel Messi, Usain Bolt, Novak Djokovic, dan Cristiano Ronaldo. Sebagai pemain di Liga Brazil, tentu saja tidak banyak yang pernah menyaksikan aksinya, sehingga kebanyakan (termasuk saya) ingin membuktikan siapa-itu-neymar lewat cara yang paling mudah, yaitu youtube.

Ini adalah beberapa yang saya temukan :




Di video-video itu Neymar memang terlihat sangat brilian dalam memperlihatkan skill-nya, termasuk ketika Neymar berhasil menggunakan tekniknya untuk melewati lawan dengan mencungkil bola melalui belakang kepala, atau mirip seperti teknik double heel shoot yang biasa digunakan Kazuhiro Hiramatsu di komik Shoot!

Meskipun demikian, banyak orang meragukan kemampuan Neymar sebenarnya, apalagi jika kelak mengikuti kompetisi di Eropa yang terkenal sangat ketat. Mahalnya nilai transfer, ngototnya Barcelona menggaet si wonderkid yang dianggap berlebihan, over-hyped, ngetop di youtube, tapi belum terbukti kemampuannya, membuat Neymar disamakan dengan Justin Bieber, yang juga sangat ngetop bermula dari internet, dan (dianggap) tidak mempunyai kualitas beneran. Apalagi diperkuat dengan fakta bahwa ketika Santos melawan Barcelona di final Piala Dunia Antar Klub, ternyata Neymar tidak bisa berbuat apa-apa.

Well, saya harus berterima kasih pada Piala Konfederasi, karena disinilah saya bisa menyaksikan apa yang bisa dilakukan Neymar. Sejauh yang saya amati, Neymar memang memiliki kemampuan first touch, teknik, dan footwork yang bagus. Dia juga cepat. Dan yang paling mengesankan adalah kemampuannya untuk mengetahui kapan waktunya kemampuan itu TIDAK digunakan. Di turnamen internasional, Neymar mencetak 3 gol dan assist penting yang membawa Brazil ke final, termasuk di antaranya mengalahkan Italia.

Bekal skill mumpuni, mobilitas tinggi, visi bagus, free kick ciamik, determinasi tinggi, akan menjadi bekal yang sangat cukup untuk bergabung dengan para playmaker di Barcelona, dan akan menjadi nilai lebih yang jika dilihat dari kerendahan hatinya ketika memperkenalkan diri untuk bisa bekerjasama saling menguntungkan dengan Messi. Neymar dan Barcelona akan sama-sama berkembang dengan lebih baik. Paling tidak, pertanda kesana terlihat cukup nyata.

Terlebih lagi jika dicermati kiprahnya sebagai "Atlit Terlaku" di Pasar, maka kehadiran Neymar akan menjadi marketing boost yang menjadi pesaing serius Cristiano Ronaldo di bidang non-sepakbola itu. Neymar juga akan membuat Alexis Sanchez berusaha lebih keras untuk membuktikan bahwa kritikan terhadapnya salah, serta akan mendorong Pedro untuk berusaha kembali pada puncak performanya. Villa? Mungkin akan bisa ditempatkan sebagai True 9. Tello, Cuenca, Deulofeu? Waktunya belajar langsung dari para ahli, dan kemudian membuktikan diri layak menjadi starter, atau harus rela tidak lagi berkostum blaugrana. Tampaknya pembelian Neymar ini akan jadi pembelian besar yang sukses.

Semoga saja.

01 Mei 2013

What Was Wrong With Barcelona?

2012/2013 UCL Semifinal's Aggregate :
Barcelona 0 - 7 Bayern Muenchen

What was wrong with Barcelona?
Nothing new, Muenchen was just a beast.

Tanpa parkiran bus, Bayern sanggup menghajar gawang Barcelona dan bertahan tanpa kebobolan. Sebuah kejadian yang dalam 5 tahun terakhir tergolong langka. Memang Barcelona tidak benar-benar tak terkalahkan, namun mayoritas kekalahan Barcelona terjadi ketika lawan menggunakan taktik bertahan ketat dan mengandalkan serangan balik cepat. Tapi tidak dengan Bayern Muenchen.

Muenchen mampu mengimbangi possession Barcelona dengan keseimbangan semua lini nyaris tanpa cacat, baik vertikal maupun horizontal. Mario Gomez berhasil mengeksploitasi kelemahan rata-rata tinggi badan pemain Barcelona, Mandzukic berhasil mengganggu tugas Alex Song, Tiga orang di belakang striker bisa melakukan serangan menakutkan baik dari kedua sayap maupun tengah. Duet Schweni-Martinez mampu memutus alur bola secara konsisten, sekaligus memulai serangan dengan akurat, Lahm adalah dirigen di belakang dengan Alaba yang tak canggung bertahan dan menyerang meskipun masih sangat muda, duet Dante/Boateng dan van Buyten sangat tangguh yang membuat tak ada satupun serangan Barcelona menjadi berbahaya, dan Neuer yang nyaris tidak terancam secara signifikan.

Yes, Muenchen was just a beast. Nuff said.

Hasil terburuk Barcelona dalam paling tidak 7 tahun terakhir. Seharusnya tidak berhenti disini, karena sesuai pesan almarhum Uje, selalu ada hikmah di balik musibah, atau dalam kasus ini, hikmah itu harus dicari.

First of all, Barcelona still holding their philosophy which is recently well-known and well-studied. Ketika disebut-sebut sebagai salah satu tim terbaik yang pernah ada, Barcelona mengejutkan dunia dengan filosofi yang sebenarnya tidak baru, bahkan selalu dilakukan sejak di akademi, yaitu memaksimalkan possession dan menerapkan high pressing line, namun diperbaiki melalui tangan Pep Guardiola. Barcelona memiliki sekumpulan pemain dengan kemampuan mempertahankan bola dan melakukan passing yang sangat bagus. Kemudian dunia terkena wabah Barcelona Effect.

Tiga tahun setelah Pep memperlihatkan kapabilitasnya dengan meraih semua gelar yang ada di musim pertamanya, Barcelona harus kehilangan gelar liga domestik, dan kemudian ditinggalkan oleh Pep yang merasa kehilangan passion. Era Barcelona dianggap telah berakhir. Sejarah juga menceritakan, tim hebat memiliki siklus empat tahunan. Hanya saja "berakhir"nya era Barcelona itu terjadi ketika Barcelona sedang menjadi juara dunia, plus meraih satu gelar Copa Del Rey. Sebuah "akhir era" yang benar-benar berstandar tinggi. Jika keluarnya Pep adalah masa-masa ketika Barca-era dianggap berakhir, maka era Tito adalah "sisa-sisa" kejayaan Barcelona. Dan di sisa-sisa era tersebut, Barcelona (baca: Messi) memecahkan banyak rekor. Sayangnya, rekor itu termasuk rekor kekalahan terbesar di semifinal Liga Champion. Dengan tersingkirnya Barca dari Piala Raja, maka peluang terbesar gelar yang akan didapat hanya tinggal La Liga. Sangat mungkin didapat, meskipun peluang untuk tergelincir masih ada.

Sejak ditangani Tito Villanova, muncul beberapa kelemahan yang membuat Barcelona tidak lagi menjadi tim dominan di Eropa, bahkan juga kehilangan dominasi atas rival abadi, Real Madrid. Barcelona terlalu bergantung pada Messi, tidak memiliki variasi serangan beragam, dan tidak lagi berbahaya dari kanan dan kiri. Hanya Messi. Trio genius Iniesta-Xavi-Busquets dipaksa untuk sampai pada tepi-tepi kejeniusannya. Yang paling terlihat, kelemahan Barcelona terletak di lini belakang. Ketika dua fullback menyerang, tersisa lubang besar di belakang mereka. Rentetan cidera dan menurunnya performa Pique membuat Barcelona menjadi tim bagus, tapi tidak hebat. Karena Vince Lombardi pernah mengatakan "Good offense will win you games, but good defense will win you championships". Terlihat juga hilangnya peran pemimpin di belakang ketika Puyol tidak ada.

Tapi yang paling vital dari semuanya adalah : hilangnya motivasi dan rasa lapar gelar.

Mayoritas pemain Barcelona saat ini sudah merasakan semua gelar yang bisa diraih, baik dalam level klub, maupun di negaranya. Nyaris tidak ada lagi yang bisa digantungkan 5cm di depan mata mereka untuk dikejar. Pressing para pemain tidak se agresif dulu, dan pergerakan tanpa bolanya tidak setaktis dan se mobile 2-3 tahun lalu. Clean sheet juga lantas menjadi hal yang cukup langka.

Kekalahan telak dari Bayern Muenchen seharusnya bisa menjadi wake up call terbesar untuk Barcelona. Harus diakui dan dihormati bahwa Muenchen tadi pagi memang lebih baik, dan banyak hal yang bisa diperbaiki Barcelona untuk meraih kembali dominasi di Eropa. Humiliation ini seharusnya bisa diubah menjadi pemberi motivasi terbesar untuk meraih kembali prestasi-prestasi besar di masa yang akan datang, sekaligus menjadi bahan evaluasi yang mendasari strategi belanja pemain musim depan. Lini belakang jelas paling mendesak, dan menambah opsi penyerangan yang bisa melebur dalam permainan khas Barcelona tanpa harus merombak filosofi. Siapa saja seharusnya? Biar board dan staf manajemen Barcelona yang mengevaluasi. Sepertinya kali ini akan benar-benar dipertimbangkan secara serius, mungkin saja akan mengejutkan, lebih dari isu Hummels-Neymar.

18 April 2013

Akhirnya Lakers Lolos Playoffs Juga

NBA musim ini telah mengakhiri babak reguler, dan menyisakan masing-masing 8 tim dari dua wilayah. Tim-tim yang lolos adalah :

Wilayah Timur :
1. Miami Heat
2. New York Knicks
3. Indiana Pacers
4. Brooklyn Nets
5. Chicago Bulls
6. Atlanta Hawks
7. Boston Celtics
8. Milwaukee Bucks

Wilayah Barat :
1. Oklahoma City Thunder
2. San Antonio Spurs
3. Denver Nuggets
4. LA Clippers
5. Memphis Grizzlies
6. Golden State Warriors
7. LA Lakers
8. Houston Rockets

Di wilayah timur sih sepertinya Miami Heat akan sangat sulit dihadang oleh siapapun. Catatan 27 kemenangan berturut-turut, plus catatan menang-kalah terbaik (66-16) cukup menggambarkan keperkasaan James dkk. Tadinya saya berharap Bulls mampu membayangi persaingan peringkat satu wilayah timur, ternyata ketergantungan Bulls pada Rose masih belum terpecahkan.

Persaingan lebih ketat terjadi di Barat. Lakers yang tadinya sangat diunggulkan karena kedatangan dua superstar anyar, Steve Nash dan Dwight Howard, ternyata tampil sangat melempem dan nyaris saja tidak lolos Playoffs. Kurang terjalinnya chemistry dan skuad yang kurang dalam menjadi dugaan faktor utama penyebabnya. Dengan susah payah, Lakers akhirnya berhasil menyalip Houston Rockets di pertandingan terakhir, dan bertahan dari kejaran Utah Jazz.

Saya sangat menyukai hasil ini, karena Lakers terhindar dari pertemuan dengan Thunder di babak pertama Playoffs. Saya menjagokan Thunder untuk bertemu dengan Lakers di final wilayah Barat untuk kemudian menang dan bertarung melawan juara wilayah Timur, yang mungkin adalah Miami Heat, di NBA Finals. Prediksi saya Heat akan kembali menjadi juara, tapi saya berharap Thunder mampu menjawab keraguan musim lalu.

Sayangnya, tidak ada stasiun tivi lokal yang menayangkan NBA Playoffs ini.

12 April 2013

Jerman Lawan Spanyol, Dan Jerman Lawan Spanyol

Bayern Muenchen vs Barcelona

Borussia Dortmund vs Real Madrid


Bukan skenario yang paling ideal berdasarkan draft saya (yang fans Barcelona ini), karena saya merasa saat ini Bayern Muenchen adalah unggulan pertama di babak semifinal. Muenchen memiliki skuad yang kuat dari belakang sampai depan, dari mas kiper sampai deretan lini depan yang tajam.

Unggulan kedua (di draft saya) adalah Real Madrid, karena kecepatan dan kekuatan serangan baliknya, plus kehebatan Mourinho dalam beradapatasi dengan strategi lawan. Apalagi dengan hasil positif mereka ketika menghadapi Barcelona dalam 4 pertemuan terakhir, maka tadinya saya berharap Barcelona bertemu dengan : Dortmund.

Memang terhitung sebagai partai "aman", sekaligus berharap Madrid menjajal dulu kekuatan Muenchen. Tapi sepertinya skenario yang barusan terjadi ini oke juga.

Muenchen memang kuat, cepat, dan kokoh. Terbayang ketika mereka menyusun rapat barisan pertahanan, kemudian secepat kilat menyusun serangan balik lewat Ribery, Robben, Kroos, maupun Gomez. Untungnya Mandzukic harus absen di leg pertama karena akumulasi kartu, karena peran Mandzukic sebagai defensive forward cukup mengerikan. Lini belakang Barcelona yang belakangan rapuh, kecuali di leg 2 melawan Milan, sangat menggoda para striker cepat yang mematikan. Krisis cidera dan inkonsistensi menjadi concern utama Barcelona dalam usaha merebut kembali piala Champion. Muenchen, adalah tantangan yang sangat jelas kualitasnya. Lolos dari Muenchen, berarti Barcelona sudah menemukan solusi mempertebal baris pertahanan, atau paling tidak mencegah hilangnya possession di detik-detik krusial dengan mempersolid jaringan tiki taka penguasa bola. Barcelona akan kembali menakutkan jika ditambah pertahana tebal dan kokoh.

Jika lolos, sebagai fans Barca saya berharap Barca akan melawan Dortmund, tapi tidak bisa dikesampingkan bahwa El Clasico di final Liga Champion musim ini akan menjadi sangat menegangkan dengan tensi tinggi. Kemenangan Madrid akan menjadi semacam tamparan di muka dan pembalasan dendam atas kekalahan (yang sebentar lagi terjadi) di La Liga. Meraih La Decima dengan mengalahkan rival terbesar akan menjadi kenangan yang sangat manis. Bagi Barcelona, menahan ambisi Madrid meraih gelar Liga Champion ke sepuluh nya akan menjadi kemenangan KO yang sangat telak setelah sebelumnya (akan) mengalahkan perburuan gelar juara Liga Lokal.

Dan jika akhirnya bertemu Dortmund di final, akan menjadi tontonan yang menarik, karena Dortmund yang dalam prediksi saya adalah unggulan terbawah di babak semifinal ini, memiliki banyak hal untuk bisa memberi kejutan bagi Barcelona.

Tapi jika Barcelona tidak bisa lolos dari hadangan Muenchen, yaaaa sudah. Emmm, tapi kayanya lolos sih. Aamiin. Ini lebih ke doa dan harapan ya.

Di tempat lain, pertemuan Dortmund dan Real Madrid adalah pengulangan babak penyisihan grup, dimana Madrid lolos di peringkat kedua, dibawah Dortmund. Meskipun pernah kalah, saya yakin Mourinho akan cepat beradaptasi dan memikirkan strategi untuk memetik hasil positif di semifinal kali ini. Prediksi saya, Real Madrid akan lolos. Doa saya, Dortmund yang melenggang. Suara Fans Barca versus Suara Fans Sepakbola.

Yang menarik lainnya, ini adalah penegasan dominasi sepakbola Spanyol dan Jerman yang memang sangat menjanjikan akhir-akhir ini. Berkembangnya para pemain muda dengan skill, filosofi dan visi bermain yang matang menjadi cerminan proses pengembangan pemain muda yang berhasil di dua negara itu. Sistem yang mungkin perlu ditiru oleh negara-negara besar seperti Inggris, Perancis, dan Argentina. 

Indonesia? Ya kalo mau sih bisa. Tapi yaaa.... Sudahlah...

30 Maret 2013

Mengidolakan Figur, Cara Termudah Menyukai Dunia Baru

Saya rasa, cara paling mudah untuk mulai menyukai sebuah olahraga yang menurut kita baru, adalah dengan mengidolakan figur atlit nya. Pertama kali saya suka basket karena melihat aksi Michael Jordan di Chicago Bulls. Pertama kali suka badminton karena kesuksesan Susi-Alan mengawinkan emas olimpiade. Pertama saya menyukai Formula 1 karena ketangguhan Mika Hakkinen menghadang Michael Schumacher. Pertama kali benar-benar tertarik pada MotoGP karena kiprah Valentino Rossi yang menjanjikan duel ketat meskipun start dari posisi tengah. Awal-awal saya menikmati tontonan sepakbola juga karena figur. Beberapa diantaranya adalah Ronaldo dan Zinedine Zidane.

Ketika SMA, cukup banyak teman-teman cewek saya yang melek bola. Bahkan beberapa diantaranya justru jadi tempat saya bertanya. Mayoritas karena mengidolakan figurnya. Saat itu yang paling terkenal adalah tiga orang bernomor punggung tujuh yang memang level kegantengannya hanya sedikit di atas saya. David Beckham di Manchester United, Raul Gonzales di Real Madrid, dan Andriy Schevchenko di AC Milan. Jarang sekali saya temui teman cewek yang mengidolakan Ronaldo atau Ronaldinho.

Dari kekaguman personal ini ada yang sangat fanatik sehingga kemudian menyukai setiap tim tempat sosok tersebut bergabung. Seperti misalnya ada fans Chelsea yang kemudian memperhatikan Inter Milan dan Real Madrid ketika Jose Mourinho pindah kesana. Atau sebagian fans Manchester United yang ikut mengidolakan Real Madrid karena faktor David Beckham atau Cristiano Ronaldo.

Namun banyak juga yang memulai dengan menyukai figur lalu kemudian tergiring perhatiannya untuk sedikit demi sedikit mencari hal-hal yang berhubungan dengannya, seperti latar belakang, riwayat masa kecil, interests-nya, dan di klub mana dia dikontrak serta alasan kenapa dia ada disana. Figur menggiring pada klub, sehingga kemudian mulai muncul fanatisme pada klub atau tim tertentu. Fanatisme itu bisa berupa mencintai, bisa juga membenci. Seperti saya yang dulu begitu mengidolakan Manchester United dan membenci Inter Milan. Ketika mulai mencintai sebuah klub atau tim, maka hampir secara otomatis akan ikut mengidolakan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Those who loves Michael Jordan will loves Scottie Pippen, Dennis Rodman, and Phil Jackson too. Fans MU mungkin pernah merasakan kehilangan Jaap Stam dan David Beckham, dan mungkin juga pernah "terpaksa" menyukai Cristiano Ronaldo.

Bisa juga kesukaan pada figur selanjutnya membawa kita menyukai bidang yang dia geluti lebih dari sekedar fanatisme pemain atau klub. Betapa nikmatnya pernah menyaksikan pertarungan Rooney dan van Persie yang kemudian justru menjadi teman satu tim. Betapa asiknya menyaksikan Cristiano Ronaldo ditangani eks pelatih tim rivalnya. Luar biasa rasanya melihat tim yang diisi Veron dan Nedved bersaing ketat dengan enam tim lainnya dalam memperebutkan Gelar Juara Liga Italia. Betapa manisnya romantisme juara di menit akhir ala MU-Muenchen atau getirnya kehilangan gelar, juga di menit akhir ala rivalitas MU-City. Rasa bahagia sepanjang masa ketika Ahmad Bustomi dan teman-teman Arema-nya menjadi juara Liga Super Indonesia. Dan mungkin saja suatu saat akan ada sebuah legenda kisah epic keruwetan pengurusan sepakbola yang berhasil terurai, dan Indonesia akhirnya lolos ke Piala Dunia.

Kemanapun akhirnya rasa suka itu terbawa, menyukai figur adalah cara termudah memasuki sebuah dunia baru. Apalagi sepakbola, dunia yang sangat menarik tidak hanya bagi para pelaku, tapi juga penggemar dan analis.

United, Semoga....

Sejak kuartet Giggs-Scholes-Keane-Bechkam tidak lagi menjadi kerangka utama Manchester United, bisa dibilang lini tengah MU kehilangan gemerlap dan dominasi. Memang MU masih berprestasi di Inggris, termasuk mengambil alih tahta pengkoleksi gelar juara EPL terbanyak dari Liverpool, tapi jika dibandingkan dengan klub-klub lain, baik di Inggris maupun di eropa lainnya, MU terbilang tidak terlalu menakutkan. Sebagai contoh, Chelsea. Sejak Chelsea memasuki era sugardaddy-nya, lini tengah Chelsea tergolong seram. Dikomandani sang kapten legendaris Frank Lampard, pernah didampingi nama-nama seperti Makelele-Essien-Robben atau sekarang Mata-Hazard-Oscar-Ramires. Belum lagi jika dibandingkan dengan klub tetangga, Manchester City yang tidak kalah mahalnya. Kurang mengkilap apalagi kombinasi Silva-Toure-Nasri-Barry? Belum lagi nama seperti De Jong, Vieira, dan Wright-Philips. Belum termasuk jika dibandingkan dengan tim-tim rival MU di eropa seperti Bayern Munich, Barcelona, dan Real Madrid.

Memang, MU pernah membeli Juan Sebastian Veron, Owen Hargreaves, Kleberson, Djemba-djemba, tapi semuanya gagal bersinar. Bintang paling gemerlap pastilah lahir dan berkembangnya si monster Cristiano Ronaldo, yang justru kemudian membuat MU menjadi Ronaldo-sentris. Beberapa tahun belakangan, MU seringkali tidak bermain indah dan penuh semangat seperti dulu, bahkan kadang terlihat cukup puas dengan kemenangan tipis tanpa bernafsu lagi untuk menambah gol. Tapi si Jekyll United juga punya sisi Hyde. Dalam kondisi tertentu, MU bisa berubah menjadi tim dengan determinasi sangat tinggi dan permainan menyerang yang menakutkan. Terutama ketika dalam posisi tertinggal. Jekyll United bisa susah payah melawan Southampton untuk kemudian Hyde United menang besar lawan Chelsea.

Sebagai fans dari sebuah tim besar Inggris yang stabil dari sisi performa, prestasi, basis fans, dan keuangan, tentunya saya berharap MU bisa kembali memiliki skuad lini tengah yang menjanjikan dominasi dan keindahan permainan. Cleverley menjanjikan permainan cepat dengan passing pendek akurat, tapi perlu lebih banyak jam terbang. Kagawa sepertinya akan diusahakan Fergie untuk bisa didapuk pada posisi false 9. Carrick memang sudah menjadi destroyer dan pemula serangan. Valencia adalah pemain sayap klasik yang kadang tidak stabil. Young punya kecepatan menyisir pinggir lapangan. Dan Giggs memiliki segudang pengalaman. Namun semuanya belum membentuk sebuah unit sempurna ala Iniesta-Xavi-Busquet atau Alonso-Ozil-Ronaldo atau Schweni-Robben-Ribbery.

Dengan memiliki Rooney-RvP-Welbeck-Chicharito, saya rasa stok lini depan MU cukup garang. De Gea pun semakin menanjak. Deretan bek-bek muda MU juga makin matang. MU perlu memperhebat Cleverley, mengeluarkan potensi Kagawa, atau membeli pemain tengah yang berkarakter kuat, seperti misalnya Fellaini-nya Everton atau Alonso-nya Madrid dengan harapan akan terjalin stabilitas attack-defense yang menggaransi rekan-rekan lain untuk berkreasi maksimal. Sebuah peran yang dulu dilakukan dengan sangat baik oleh Roy Keane.

Semoga kelak MU kembali menjadi tim paling dominan dunia, dan berhasil membalaskan dendam atas kekalahan menyakitkan atas tim besar seperti Barcelona dan Real Madrid, tanpa harus menunggu masa kejayaan mereka berakhir. Serta kembali menghasilkan pemain-pemain bintang berusia muda yang mengkilap, gemerlap, dan dominan.

24 Februari 2013

Arema, Jersey Simpel, Dan Kelebihan Stok Strikernya

Pertama kali melihat jersey Arema ISL waktu launching nya di TV, saya sempat kecewa. Kecewa karena desainnya yang menurut saya terlalu simpel, plus logo utama di bagian depan yang dalam pandangan saya cukup mengganjal. Anker Sport. Hampir semua orang tahu apa itu Anker. Jika belum tahu, gunakan google.

Ganjalan ini sempat saya sampaikan langsung ketika saya pergi ke Ultras untuk beli jersey asli Arema tersebut, dan bagusnya, ditanggapi dengan sangat positif karena dianggap sebagai masukan. Toh meskipun saya kurang suka, saya tetap beli jersey asli sebagai bentuk dukungan saya terhadap Tim Kebanggaan kota (dan kabupaten) saya ini. Dua kali datang langsung ke Ultras, dua kali itu pula saya kecewa karena stok sedang kosong. Jersey tersebut akhirnya jadi milik saya atas bantuan seorang teman lama yang sekarang punya Toko Jersey sepakbola yang rupanya semakin maju dan tampaknya terpercaya, bahkan punya dua outlet, di Palangkaraya dan di Malang. Lama kelamaan, saya jadi sangat suka dengan desain simpel ini. Terkesan elegan dan kombinasi biru dan sedikit merahnya lama-lama manis juga. Jadi cukup menyesal ketika sempat terbersit pikiran bahwa mungkin desainer kaos kali ini adalah amatiran. Rupanya saya yang justru jauh di bawah level amatiran.

Terlepas dari masalah kaos, materi Arema ISL juga sedikit mengecewakan. Memang diisi banyak sekali nama besar baru seperti Victor Igbonefo, Thiery Gatussi, Egi Melgiansyah, Greg Nwokolo, Cristian Gonzales, Alberto Goncalves, Keith Kayamba Gumbs. Empat nama terakhir adalah barisan striker asing kelas atas di Liga Indonesia, dua diantaranya telah berubah menjadi WNI. Nama besar ini menjadi berkah dan jaminan atas kualitas personal di lini depan, sekaligus menjadi ancaman instabilitas, karena ternyata tidak ditunjang dengan lini tengah yang gemerlap.

Jika kita flashback ke era Sam Trebor, alias Mas Robert (Rene Albert), Arema memiliki materi pemain yang bisa dibilang tidak terlalu mengkilap di awal musim. Bustomi belum gemilang tingkat endonesa, Chmelo masih orang baru, duet Ridhuan-Along tidak sekelas Zah Rahan-Boaz Salossa. Meiga adalah kiper muda yang abis kena sanksi. Dan Purwaka itu siapa? Hasilnya, ekspektasi tidak tinggi, para pemain tidak berlaku dan diperlakukan bak diva, malah justru dibayar dengan permainan super di lapangan.

Oke, sebut saja saya belum bisa move on dari euforia juara Indonesia. Tapi memang ada yang jauh berbeda.

Lini tengah yang tersedia saat ini seperti belum bisa menjanjikan stabilitas permainan yang mampu mengalirkan bola ke depan sekaligus memotong serangan lawan. Playmaker paling oke nampaknya ada di peran yang dimainkan Egi Melgiansyah, namun sayangnya entah karena ciri khas atau memang instruksi pelatih, Egi lebih sering mengirim umpan lambung jauh, yang sayangnya lagi, lebih sering tidak tepat sasaran. Gaya ini terasa sekali ketika partai tandang dimana Arema gagal menghubungkan alur bola dari tengah ke depan, sehingga set-up yang dibangun seringkali gagal sebelum masuk kotak penalti lawan. Rekrutmen satu orang di lini tengah yang punya wibawa dan kemampuan kaliber nasional mungkin bisa jadi satu titik yang menghubungkan serangkaian potensi besar yang dimiliki Arema namun belum tersaji sempurna ini. Mau tidak mau nama pertama yang saya sebut ya Ahmad Bustomi. Tidak lain karena faktor performa plus ke-Malang-annya. Nama selain Bustomi yang ada sepertinya harus menyebut nama pemain asing. Tapi ya paling oke tarik Bustomi lagi lah. Jika musim ini sulit ya musim depan lah, kan kontraknya habis di Kukar. Sekalian menyusun lagi tim yang sempat terbangun sebelum era dualisme. Bahkan dengan lini depan yang jauh lebih garang. Malah bisa bicara banyak di Asia. Kalo disahkan federasi, sih.

Masih dengan doa semoga dualisme segera berakhir, baik dualisme federasi, dualisme kompetisi, maupun dualisme Arema sendiri, Arema ISL cukup menjanjikan hiburan dan performa yang oke. Arema kembali menjadi penantang juara, meskipun belum menjadi kandidat utama.

Apapun yang terjadi, Arema selalu menempati posisi yang berbeda di hati.

29 Januari 2013

Ternyata Valdes Bakal Batal Pensiun Di Barcelona

Secara mengejutkan, Victor Valdes melalui agennya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontraknya yang berakhir tahun 2014. Keputusan ini jelas mengundang beragam komentar, bahkan dari kalangan fanbase Barca sendiri. Mulai dari yang bersyukur, yang menyayangkan, bahkan banyak spekulasi tentang siapa yang akan jadi penggantinya.

Ibarat sebuah titik hitam di tengah kertas putih, Valdes jauh lebih diingat karena kegagalannya mempertahankan bola sehingga diserobot Di Maria pada salah satu El Clasico dan beberapa kali Valdes gagal menghalau bola tendangan Ronaldo di tiang dekat, daripada serangkaian penyelamatannya yang membuatnya memperoleh Tropi Zamora hingga lima kali berturut-turut. Padahal, sebagai pemain binaan Barca sejak kecil, Valdes adalah salah satu kiper tersukses Barcelona yang mampu bertahan hingga bertahun-tahun, sebuah hal yang gagal dilakukan Roberto Bonano dan Rustu Recber sekalipun. Valdes mampu menjaga konsistensi dan konsentrasi meskipun bola terbilang tidak sering menghampiri gawangnya akibat gaya possession football yang diterapkan Barcelona.

Valdes adalah orang yang paling sering dituding menjadi titik lemah Barcelona oleh para fans, sehingga banyak yang bersyukur ketika Valdes memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak. Bagi sebagian fans, Keputusan Valdes adalah win-win solution bagi kedua belah pihak. Namun banyak juga yang menyayangkan hal ini, karena bagaimanapun juga Valdes adalah salah satu pilar penting dalam kesuksesan Barcelona selama bertahun-tahun. Ketika Barcelona sedang mengalami siklus sangat positif tak terkalahkan di 19 pertandingan Liga, muncul sebuah potensi pengganggu stabilitas dengan adanya cerita ini. Entah berhubungan atau tidak, kemudian Barcelona meraih hasil tidak memuaskan dengan hasil seri di kandang sendiri melawan Malaga dan kemudian dikalahkan Real Sociedad di partai tandang.

Entah apa yang menjadi alasan Victor Valdes sebenarnya, tapi berbagai media mulai memunculkan analisa tentang calon kiper pengganti yang layak untuk mengisi posisi penting di Barcelona, posisi yang tidak hanya diharuskan untuk memiliki skill ekselen sebagai seorang kiper, tapi juga harus bisa menjadi sweeper di belakang barisan bek, sekaligus memiliki kontrol, passing dan visi bagus sehingga menjadi orang paling belakang dalam memulai konfigurasi possession football khas Barcelona.

Sehubungan dengan keputusan Guardiola untuk membesut Bayern Muenchen mulai musim depan, maka muncul pula dugaan bahwa Valdes bisa saja akan ditarik Guardiola. Meskipun Muenchen sudah memiliki Neuer yang juga merupakan salah satu kiper terbaik dunia, Valdes dianggap akan lebih cocok dengan gaya permainan yang akan diperagakan Guardiola. Jika memang benar demikian, maka Neuer akan terganggu karena tidak lagi menjadi opsi utama di posisinya. Ini akan membuat Barcelona punya peluang untuk mencurinya dan menjadikannya Barca's number 1.

Kemudian muncul juga nama David De Gea dan Thibaut Courtois. Dua-duanya adalah kiper muda yang dimiliki oleh tim elit Liga Inggris dan sedang mengalami performa menawan. De Gea adalah kiper utama Man Utd, Courtois adalah aset masa depan Chelsea yang sedang dipinjamkan ke Atletico Madrid. Ditambah dengan fakta bahwa keduanya telah mengenal dengan baik atmosfir sepakbola Spanyol, maka proses adaptasi akan menjadi lebih mudah.

Ada pula nama Victor Guaita yang sudah muncul bahkan sebelum Valdes belum membuat keputusan tentang kontrak. Kehebatannya di Valencia yang saat ini justru seringkali menjadi pilihan kedua dibawah Diego Alves mampu mengambil hati fans Barca. Awalnya banyak yang meminta Guaita didatangkan untuk menjadi pesaing Valdes di dalam tim, sehingga Valdes mampu tampil lebih kompetitif, namun sekarang Guaita justru bisa menjadi pilihan utama.

Yang relatif kurang dikenal dibanding yang lain mungkin nama Marc-Andre ter Stegen. Kiper jerman yang dimiliki Moenchengladbach ini masih berusia sangat muda, 21 tahun, namun mampu mendapatkan apresiasi positif dari berbagai media karena penampilan konsistennya ditambah kemampuannya untuk mengorganisir lini belakang yang kerap kali diidentikkan dengan idolanya, Oliver Khan. Skill dan karakternya dianggap akan bisa sesuai dengan gaya Barcelona meskipun perlu proses penyesuaian.

Yang paling hot berhubungan dengan isu yang berkembang di tim rival sebelah, setelah Cassllas-Ramos-Alonso meminta kepada presiden klub untuk memilih antara mereka atau Mourinho, seperti diberitakan harian Spanyol, Marca. Meskipun menjadi kiper yang sekian lama mengabdi pada tim rival, Casillas cukup mendapatkan respek tinggi di kalangan penggemar Barcelona, mengingat kiprahnya di Timnas Spanyol, dan persahabatannya dengan para punggawa Barcelona asal Spanyol lainnya, serta sikap elegannya dalam menghadapai rivalitas El Clasico yang jauh berbeda dengan pilihan sikap pelatihnya sendiri. Casillas juga dianggap memiliki skill lebih cakap di bawah mistar daripada Valdes, terbukti dengan perbedaan caps international kedua kiper tersebut.

Bagaimanapun juga, sedikit banyak keputusan Valdes memang menimbulkan riak di dalam dan di luar. Sekali lagi ini menjadi ujian stabilitas performa Barcelona dalam mengarungi musim yang diawali dengan hampir sempurna ini.