24 Februari 2013

Arema, Jersey Simpel, Dan Kelebihan Stok Strikernya

Pertama kali melihat jersey Arema ISL waktu launching nya di TV, saya sempat kecewa. Kecewa karena desainnya yang menurut saya terlalu simpel, plus logo utama di bagian depan yang dalam pandangan saya cukup mengganjal. Anker Sport. Hampir semua orang tahu apa itu Anker. Jika belum tahu, gunakan google.

Ganjalan ini sempat saya sampaikan langsung ketika saya pergi ke Ultras untuk beli jersey asli Arema tersebut, dan bagusnya, ditanggapi dengan sangat positif karena dianggap sebagai masukan. Toh meskipun saya kurang suka, saya tetap beli jersey asli sebagai bentuk dukungan saya terhadap Tim Kebanggaan kota (dan kabupaten) saya ini. Dua kali datang langsung ke Ultras, dua kali itu pula saya kecewa karena stok sedang kosong. Jersey tersebut akhirnya jadi milik saya atas bantuan seorang teman lama yang sekarang punya Toko Jersey sepakbola yang rupanya semakin maju dan tampaknya terpercaya, bahkan punya dua outlet, di Palangkaraya dan di Malang. Lama kelamaan, saya jadi sangat suka dengan desain simpel ini. Terkesan elegan dan kombinasi biru dan sedikit merahnya lama-lama manis juga. Jadi cukup menyesal ketika sempat terbersit pikiran bahwa mungkin desainer kaos kali ini adalah amatiran. Rupanya saya yang justru jauh di bawah level amatiran.

Terlepas dari masalah kaos, materi Arema ISL juga sedikit mengecewakan. Memang diisi banyak sekali nama besar baru seperti Victor Igbonefo, Thiery Gatussi, Egi Melgiansyah, Greg Nwokolo, Cristian Gonzales, Alberto Goncalves, Keith Kayamba Gumbs. Empat nama terakhir adalah barisan striker asing kelas atas di Liga Indonesia, dua diantaranya telah berubah menjadi WNI. Nama besar ini menjadi berkah dan jaminan atas kualitas personal di lini depan, sekaligus menjadi ancaman instabilitas, karena ternyata tidak ditunjang dengan lini tengah yang gemerlap.

Jika kita flashback ke era Sam Trebor, alias Mas Robert (Rene Albert), Arema memiliki materi pemain yang bisa dibilang tidak terlalu mengkilap di awal musim. Bustomi belum gemilang tingkat endonesa, Chmelo masih orang baru, duet Ridhuan-Along tidak sekelas Zah Rahan-Boaz Salossa. Meiga adalah kiper muda yang abis kena sanksi. Dan Purwaka itu siapa? Hasilnya, ekspektasi tidak tinggi, para pemain tidak berlaku dan diperlakukan bak diva, malah justru dibayar dengan permainan super di lapangan.

Oke, sebut saja saya belum bisa move on dari euforia juara Indonesia. Tapi memang ada yang jauh berbeda.

Lini tengah yang tersedia saat ini seperti belum bisa menjanjikan stabilitas permainan yang mampu mengalirkan bola ke depan sekaligus memotong serangan lawan. Playmaker paling oke nampaknya ada di peran yang dimainkan Egi Melgiansyah, namun sayangnya entah karena ciri khas atau memang instruksi pelatih, Egi lebih sering mengirim umpan lambung jauh, yang sayangnya lagi, lebih sering tidak tepat sasaran. Gaya ini terasa sekali ketika partai tandang dimana Arema gagal menghubungkan alur bola dari tengah ke depan, sehingga set-up yang dibangun seringkali gagal sebelum masuk kotak penalti lawan. Rekrutmen satu orang di lini tengah yang punya wibawa dan kemampuan kaliber nasional mungkin bisa jadi satu titik yang menghubungkan serangkaian potensi besar yang dimiliki Arema namun belum tersaji sempurna ini. Mau tidak mau nama pertama yang saya sebut ya Ahmad Bustomi. Tidak lain karena faktor performa plus ke-Malang-annya. Nama selain Bustomi yang ada sepertinya harus menyebut nama pemain asing. Tapi ya paling oke tarik Bustomi lagi lah. Jika musim ini sulit ya musim depan lah, kan kontraknya habis di Kukar. Sekalian menyusun lagi tim yang sempat terbangun sebelum era dualisme. Bahkan dengan lini depan yang jauh lebih garang. Malah bisa bicara banyak di Asia. Kalo disahkan federasi, sih.

Masih dengan doa semoga dualisme segera berakhir, baik dualisme federasi, dualisme kompetisi, maupun dualisme Arema sendiri, Arema ISL cukup menjanjikan hiburan dan performa yang oke. Arema kembali menjadi penantang juara, meskipun belum menjadi kandidat utama.

Apapun yang terjadi, Arema selalu menempati posisi yang berbeda di hati.