03 September 2013

Happy Transfer-Deadline Day !!!



Daaaan, drama seru perebutan pemain lewat episode transfer sudah ditutup. Seperti biasa ada beberapa transfer mendadak yang mengejutkan, tapi overall semua sudah terprediksi.

Yang paling menghebohkan tentunya adalah mega transfer Gareth Bale. Ditransfer seharga 86 juta Pound dari Tottenham Hotspurs, Bale memecahkan rekor transfer pemain termahal sebelumnya, yang kini juga menjadi rekan setimnya, Cristiano Ronaldo seharga 80 juta Pound (meskipun dengan mempertimbangkan inflasi, harga Bale masih di bawah Ronaldo). Bagi saya yang fan Barcelona, ini adalah berita gembira yang sangat menarik. Mahalnya transfer Bale akan menyinggung ego nya yang (apabila dilihat dari sikapnya di Spurs) cukup besar. Di Spurs, dia adalah bintangnya. Semua perhatian tertuju padanya. Transfer termahal artinya adalah afirmasi akan status kebintangannya. Memang, Bale adalah pemain terbaik Liga Inggris versi Para Pemain dan versi para wartawan, yang sekaligus pemain muda terbaik, namun Bale belum mencapai level yang telah dilalui Ronaldo ketika memecahkan rekor transfer tersebut, karena waktu itu Ronaldo telah menjadi juara Liga Inggris, Liga Champion, dan pemain terbaik dunia. Dengan nilai mencengangkan seperti itu, relakah Bale diperlakukan sama dengan pemain lain, sebut saja, Di Maria atau Modric? Siapkah dia tidak menjadi pilihan utama? Dan untuk Madrid nya sendiri, harmoniskah proses penyautan Bale ke tim utama? Jika tidak, siapkah Madrid mencadangkan calon pencetak uang barunya itu? Saya sendiri tidak yakin poros permainan Madrid akan beralih dari Ronaldo, jadi seperti apa Bale akan dipergunakan akan menjadi cerita yang asik. Mari ditunggu apa yang bisa dilakukan Don Carlo dalam menangani Real Madrid. Tentu saja dia memiliki segudang pengalaman dan kemampuan, dan ini adalah tes yang sesungguhnya.

Jika berita Bale ke Madrid adalah menyenangkan, maka berita dijualnya Ozil adalah icing on the cake. Bagi saya, Ozil adalah pemain terbaik Madrid dalam dua tahun terakhir, sedikit diatas Ronaldo. Seperti yang saya tulis di twitter, jika Ronaldo adalah Andhika, maka Ozil adalah Dodhy-nya. Beberapa memprotes perumpamaan ini, tapi lebih kepada contoh figurnya, bukan esensinya, jadi tidak perlu saya ganti dengan nama tokoh lain seperti misalnya HediYunus-YovieWidianto, atau AriLasso-AhmadDhani, atau Sammy-Badai, atau Axl-Slash, dan lain-lain. Ozil adalah maestro kreativitas pergerakan cepat Ronaldo-DiMaria-Benzema. Ozil adalah pemain Madrid pertama yang sangat saya inginkan untuk bergabung dengan Barcelona atau Manchester United. Memang sudah ada Isco, tapi dia bukan Ozil. Madrid akan memiliki gaya yang baru. Sayangnya, Manchester United tidak terlalu bernafsu untuk mengejarnya, sehingga Ozil memilih untuk bergabung dengan Arsenal. Ya, Arsenal. Sekali lagi, Arsenal. Rekor transfer pula. Rekor tim, sih. 42,5 Pound. Bukan bermaksud meremehkan, tapi transfer mahal bukanlah kebiasaan Arsenal. Dengan transfer ini, Arsenal sangat berpeluang untuk kembali garang dan bukan lagi penyemarak peserta Liga Champion musim depan. Smart spend.

Sebagai fans Manchester United, saya sangat menyayangkan tidak direkrutnya Ozil ini. Mungkin karena harga yang terlalu mahal, atau memang Moyes merasa tidak memerlukannya. Namun ada juga kabar baik yang menjadi penghias senyum di kalangan Manchunian, yaitu dengan direkrutnya Belgian International, Marouane Fellaini. Sejak awal tahun ini, saya merasa MU membutuhkan seorang pemain tengah yang berkarakter dan tak kenal lelah, seperti yang cukup ditunjukkan Fellaini di Everton beberapa tahun terakhir. Menarik untuk menyaksikan duet Carrick-Fellaini dalam memimpin lini tengah MU. Semoga ini juga menjadi lecutan semangat untuk Cleverley dan Anderson supaya bisa tampil lebih baik, serta menjadi panutan pemain muda lainnya untuk menjadi semakin matang dan siap dipromosikan ke tim utama.

Dan membicarakan transfer, maka kurang afdol jika tidak membicarakan Barcelona. Barcelona sudah memboyong Neymar jauh hari sebelumnya, dan kemudian hingga Transfer Deadline, Barcelona berhasil memboyong....  

No one!!!

Banyak fans yang berteriak akan pentingnya perekrutan bek tengah yang handal, namun ternyata Tata Martino tidak berpikir demikian, dan merasa sudah cukup untuk mempercayakan lini belakang pada barisan bek yang sudah ada. Pique, Mascherano, Puyol, dan Bartra. Memang cukup membuat fans Barca deg deg ser, karena musim lalu Pique terlihat sangat lamban dan sering salah posisi, Mascherano bukanlah bek tengah asli dan sering kalah duel udara, Puyol makin rawan cidera, dan Bartra belum cukup punya pengalaman. Hingga jendela transfer ditutup, Tata benar-benar tidak melakukan transfer baru lagi. Door closed.

Maka Barcelona pun menjalani musim dengan skuad musim lalu, plus Neymar (dan Cuenca serta Affelay). Tidak langsung diturunkan menjadi starter, Neymar diperkenalkan pelan-pelan pada sistem permainan Barcelona sekaligus menjadi tanda bahwa tim adalah segalanya, berada di atas puja puji pada individu. Ketika dimainkan, Neymar menunjukkan potensi cukup besar untuk menyatu dalam sistem sekaligus menawarkan sesuatu yang baru, dan juga mempertontonkan aksi kreatifitasnya dalam memperoleh kartu kuning yang tidak perlu (sigh!). Dalam tiga laga awal di La Liga, Barcelona memperoleh nilai sempurna dengan catatan 11 gol dan kemasukan 2 gol. Hal positif yang disajikan Tata sejauh ini adalah kembalinya hasrat dan determinasi tim untuk melakukan pressing ketat, kemampuan dan kemauannya untuk melakukan rotasi pemain (bahkan Messi sekalipun), kepercayaannya pada pemain muda, menonjolnya peran Fabregas dalam membagi bola-bola vertikal yang cerdas sebagaimana yang menjadi ciri khasnya, serta munculnya kembali Valdes sebagai kiper kelas dunia yang bisa tetap menjaga konsentrasi penuh meskipun sepanjang pertandingan lebih banyak menganggur. Hasil ini membuat duka akibat tidak adanya transfer bek tengah (dan juga striker murni) menjadi cukup terobati.