15 Desember 2014

Damn You, Ancelotti!!!

Ancelotti membuat saya jadi cukup males buat nulis. Ancelotti berhasil membuat saya cukup malu karena prediksi yang berkebalikan dengan kenyataan. Kesuksesan Ancelotti adalah kegundahan saya.

Musim lalu, saya memperkirakan Bale tidak bisa nge-blend di Madrid. Hasilnya? Decima. Musim ini saya excited dengan kepergian Alonso dan Di Maria. Hasilnya? Tim yang tampak lebih solid daripada musim lalu. Damn banget kan Don Carlo ini?

(source : dailymail.co.uk)

Well, tentu tidak buat madridista, tapi iya buat saya.  Real Madrid di tangan Ancelotti berubah menjadi tim elit yang elegan, dengan kemampuan passing yang cepat dan akurat, counter attack mengerikan, dihiasi kemampuan individu mengkilap, dan squad yang dalam dan variatif. Real Madrid kembali menemukan kehormatannya yang seperti hilang beberapa tahun ini, terlebih ketika ditangani Mourinho. Real Madrid kembali menjadi respectable.

Soal counter attack, Real Madrid memang yang terbaik sejak lama. Kini, Madrid malah bisa mengalahkan Barcelona dalam possession. Anomali.

Dulu, Guardiola berani menyingkirkan Deco, Ronaldinho, dan Eto'o, meskipun nama-nama ini dianggap sebagai dewa di Barcelona, dan kemudian menaikkan nama Busquets, Pedro, Messi, dan Pique. Barcelona menjadi tim paling elegan sedunia. Ancelotti melakukan hal yang pada prinsipnya sama. Menyngkirkan nama besar, dan mendatangkan nama besar lainnya, kemudian menyatukan mereka dengan sangat harmonis.

Tadinya saya tidak terlalu memperhitungkan Ancelotti. AC Milan dan Chelsea tidaklah segahar Barcelona, Real Madrid, dan Bayern Muenchen. Namun sekarang, Don Carlo bahkan sukses melakukan hal yang gagal dilakukan Mourinho. Menyatukan para pemain elit di sebuah tim elit, with dignity. Ancelotti tampak sangat siap untuk menandai sebuah era. 

Apakah kemudian Real Madrid yang ini bisa tercatat sebagai tim yang mampu mengubah sepakbola seperti yang pernah dilakukan Ajax, AC Milan, dan Barcelona?

Saya harap tidak.

08 September 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-5-Terakhir)

Setelah sebelumnya saya nulis serial tentang main prediksi-prediksian Piala Dunia di seri satu, dua, tiga, dan empat, sekarang ini adalah Prediksi-Prediksian terakhir, yang bukan tentang Piala Dunianya, tapi tentang bagaimana musim depan bakal berlangsung setelah Piala Dunia lalu.


Cukup excited saya lihat kiprah Van Gaal di Piala Dunia kemarin, karena memang pelatih berkarakter lah yang dibutuhkan oleh Manchester United untuk menggantikan Fergie yang tak bisa lagi dipertanyakan kekuatan karakternya. Van Gaal memenuhi persyaratan soal karakter itu. Masalah yang selanjutnya akan muncul adalah, apakah karakter itu bisa diterima dengan baik di dalam tubuh United sendiri. Dulu, ketika Fergie mendepak Beckham, Stam, Keane, dan bintang-bintang lain, ga peduli seberapa bintangpun mereka, publik tidak terlalu mempermasalahkan. Dulu, United is Fergie. Fergie lah yang bikin lemari piala United jadi penuh sampe tumpe-tumpe, dengan deretan pemain yang hilir mudik gonta ganti. Kini kondisinya tidak lagi begitu. MU sudah menjadi tim elit yang sebelumnya meraih banyak sekali gelar. Sebagian pemain yang sudah dapat banyak gelar itu, masih ada di daftar pemain aktif. Di dalam pikiran dan mentalitas mereka mungkin ada semacam pikiran bahwa mereka adalah pemain berharga yang pernah memenangkan ini, ini, dan ini.

Lalu Van Gaal datang.

Menggantikan Moyes.

Kita bisa mempertanyakan kapasitas Moyes dalam dunia sepakbola. Sebagai pemain maupun pelatih, prestasi Moyes tidak mentereng. Dalam hal ini, Van Gaal sedikit berbeda. Di CV nya Van Gaal ada tulisan pernah juara di liga Belanda, Jerman, dan Spanyol. Plus jadi 2nd runner up Piala Dunia. Plus bumbu mengorbitkan banyak pemain muda yang sebelumnya relatif kurang terkenal. Ya, meskipun ada juga catatan minor seperti gagal membawa Belanda ke Piala Eropa juga sih. Intinya, harapan dibawa membumbung tinggi.

Lalu apa yang dilakukan Van Gaal ketika awal-awal menangani MU?

Pertama, pemain baru. Sejak Van Gaal datang, MU sudah mendatangkan enam pemain dengan nama besar plus harga yang mahal. Membeli Ander Hererra, Luke Shaw, Angel Di Maria, Daley Blind, Marcos Rojo, dan meminjam Radamel Falcao dengan opsi pembelian di akhir musim. Biaya total mendatangkan mereka kurang lebih 150 juta poundsterling. Well, melihat nama-nama yang masuk ini, tidak ada alasan untuk tidak optimis pada perfirma United.

Kedua, strategi baru. Seperti di Timnas Belanda, Van Gaal tampaknya ingin menjadikan pola 3-5-2 sebagai pola utama United. Di pertandingan pra musim, MU tampil sangat meyakinkan dengan formasi ini. LA Galaxy dibantai, Real Madrid dan Liverpool juga dikalahkan.

Ketiga, pengurangan penumpang kapal United. Cleverley, Chicharito, dan Zaha dipinjamkan. Buttner, Vidic, Ferdinand, Bebe, Evra, Kagawa, dan Welbeck dijual.

Namun seperti transisi pada umumnya, ketidakmulusan terjadi di sana sini.

Pertama, transfer pemain masuk mahal-mahal. Ya saya ga ada masalah sama yang satu ini sih. Namanya juga investasi performa dan bisnis kaos. Cuman yang begini relatif jarang banget dilakukan oleh Fergie.

Kedua, tim ini belum sepenuhnya ter-VanGaal. Masih sisa-sisa Fergie dan Moyes. Artinya, jelas perlu ada penyesuaian sana sini masalah sinkronisasi taktik dan stok pemain.

Ketiga, pemain MU kok ya banyak yang kualitasnya "gitu" ya? Bayangkan saja, sudah begitu banyak pemain yang "dikeluarkan", di skuad inti masih ada Anderson, dan Ashley Young. Belum lagi jika ada yang mengklasifikasikan Fellaini dan Valencia sebagai produk (yang taun lalu) gagal.

Jadi prediksi-prediksian nya adalah : MU kembali ke top four, tapi masih berat berjuang untuk jadi juara. Mungkin tahun depan MU kembali jadi tim top Eropa. Champions League challenger.

-----------------------------------

Sekarang ke Barcelona.

Mengakhiri musim tanpa gelar adalah hal yang langka dari Barcelona di tahun-tahun belakangan ini. Kekecewaan itu membuat Tata Martino akhirnya tidak lagi bekerjasama dengan Barcelona, dan kemudian beberapa waktu lalu ditunjuk sebagai manajer timnas Argentina. Solusi yang cukup bagus untuk kedua pihak.

Dan yang dipilih Barcelona untuk menggantikan Tata adalah : Luis Enrique. Satu lagi Manajer yang sebelumnya adalah legenda tim sebagai pemain, sekaligus eks kapten, dan pernah menjadi manajer Barcelona B. So much Guardiola-esque. Untuk pilihan yang satu ini, banyak pihak menilai sebagai transfer terbaik Barcelona selama liburan kompetisi kali ini. Cukup mengenal dan dikenal klub, bersemangat dan dipenuhi jiwa kepemimpinan, pernah berjaya bersama klub, paham potensi pemain muda asli La Masia, dan pengalaman melatih yang cukup.

Konon perubahan besar yang paling nyata sejak adanya Luis "Lucho" Enrique adalah antusiasme, harmoni, dan motivasi di ruang ganti. Hal yang paling terasa lunturnya sejak akhir-akhir era Guardiola, apalagi Puyol sudah ga lagi jadi kapten.

Hal positif kedua adalah di bagian rekrutmen pemain. Valdes dan Pinto yang pergi digantikan dengan tiga kiper yang punya kelebihan masing-masing. Jordi Masip adalah produk asli La Masia yang cukup kenal pakem permainan Barcelona, dan musim lalu bermain sangat bagus untuk Barcelona B. Marc Andre Ter Stegen adalah kiper muda, bersama Courtois, yang dianggap paling berpotensi di dunia. Dan Claudio Bravo, kiper senior yang memiliki jam terbang sangat tinggi, namun tidak langsung kecewa jika saja dicadangkan, mengingat kalibernya yang ga tinggi tinggi banget. Puyol yang memutuskan pensiun digantikan oleh dua bek yang cukup oke, meskipun tidak ekselen. Jeremy Mathieu adalah bek senior yang besar sekaligus cepat, serta cukup baik dalam memainkan bola. Thomas Vermaelen adalah bek tengah yang punya jiwa kepemimpinan oke, meskipun rawan cidera. Kini, Barcelona akhirnya punya empat bek tengah yang bisa diandalkan.

Yang paling oke adalah lini tengah, dengan dipanggilnya lagi Rafinha, dan rekrutmen pemain kunci Sevilla musim lalu, Ivan Rakitic. Dua pemain ini akan menghadirkan alternatif penyerangan dan kreatifitas lini tengah, meskipun Fabregas telah dilepas, dan Xavi tidak lagi jadi pilihan utama. Sebenarnya Deulofeu juga sempat dipulangkan dari peminjaman di Everton, namun kemudian dipinjamkan kembali ke Sevilla, mungkin untuk mempertajam kemampuan defensifnya.

Yang paling fenomenal adalah pembelian striker. Kali ini pembeliannya ga main-main, karena Barcelona berhasil mendatangkan seorang striker dengan kapasitas sebesar Luis Suarez!!! Membayangkan trio Neymar-Messi-Suarez sungguh membuat football enthusiast seperti saya sudah senyum-senyum sendiri bahkan sebelum musim dimulai. Tiga orang ini adalah pendribble terbaik dunia, finisher tajam, sekaligus playmaker handal. Sungguh tidak sabar melihat bagaimana ketiganya bermesraan di lapangan.

Transfer yang kurang dimengerti adalah pembelian bek kanan Sao Paulo, Douglas. Tidak banya informasi yang saya dapat tentang pemain ini. Hanya saja banyak media mengatakan bahwa di Brazil pemain ini justru banyak disepelekan. Namun, menurut board Barca, Douglas menawarkan gaya permainan yang berbeda dengan Alves dan Montoya. Mari kita lihat saja efeknya nanti.

Ada lagi hal yang kembali membuat fans Barcelona girang, yaitu munculnya harapan atas diorbitkannya pemain muda. Di dua pertandingan awal La Liga, Lucho memberikan kesempatan pada dua pemain Barcelona B untuk menunjukkan aksinya. Dua pemain itu adalah Munir El-Haddadi dan Sandro. Ajaibnya, dua pemain ini sama-sama mencetak gol penting di debutnya. Hebatnya lagi, Munir langsung dipanggil Del Bosque ke timnas senior Spanyol, setelah awal tahun ini baru mulai nongol di timnas U-19. Kemudian, Sandro dipanggil ke timnas U-21 untuk menggantikan Munir. Dan menurut artikel di media pro-Barcelona, Munir dan Sandro tidak sendirian. Banyak pemain dengan kapasitas yang tidak kalah hebat sedang menunggu di tim junior Barcelona untuk antinya diorbitkan. Sebut saja misalnya Traore, Samper, Halilovic, Lee, Bagnack, dll. Absolutely exciting!!!

Munir El-Haddadi. Remember this name.


Dengan perombakan tim secara cukup masif oleh Atletico Madrid, dan dilepasnya Alonso dan Di Maria oleh Real Madrid, saya optimis Barcelona akan melenggang jadi juara La Liga di akhir musim ini. Bahkan termasuk top challenger untuk jadi juara Liga Champion. Top contender di Eropa adalah Chelsea yang semakin berevolusi, dipimpin oleh pelatih spesialis parkir bus yang kini makin hebat dalam menyusun barisan ofensif.

-----------------------------------

Sementara itu....

Lazio masih berkutat di papan tengah. Tidak banyak informasi yang beredar, dan sedikit pertandingan yang disiarkan.

Tapi Jersey ketiga yang kemaren dipake lawan Milan keren banget.


-----------------------------------

Dan di Indonesia...

Arema lolos jadi juara grup barat, dan segera menuju babak 8 besar. Jika dilihat dari performa sepanjang musim, Aremania layak optimis. Tapi jika dilihat di beberapa pertandingan terakhir, Suharno dan anak buahnya patut waspada dan tidak kehilangan konsentrasi.

AREMA JUARA !!!

-----------------------------------

Sekian.

17 Juli 2014

Messi Dan Ribut-Ribut Golden Ball Nya

Ga nyangka Golden Ball nya Messi jadi begitu hebohnya karena saking banyaknya yang ga setuju. Yes, secara statistik banyak yang ada di atas Messi, tapi saya sendiri bisa memahami kenapa Messi yang dapet itu piala.

 
(Kalo diliat dari mukanya sih dia ga pengen-pengen amat)

Pertama, saya fans Barcelona, yang hampir otomatis jadi fans Messi. Sebenernya kemarin pingin banget Messi dapet Piala Dunia biar status Best Footballer Ever nya semakin sah. Tapi ya apa boleh buat, masih belum waktunya.

Kedua, Messi adalah korban. Berkorban sih lebih tepatnya. Messi bermain di posisi yang bukan favoritnya, demi mengangkat performa tim secara keseluruhan. Argentina sekarang kekurangan pemain tengah yang kreatif. Generasi playmaker ini sepertinya sudah habis ketika Veron dan Riquelme pensiun. Dan dari opsi yang ada saat ini, yang paling mumpuni tak lain dan tak bukan adalah Messi. Messi lah yang menjadi missing puzzle untuk meraih kemampuan tim secara optimal. Inilah yang membuat dia lebih baik daripada Schweni, Ronaldo, Rodriguez, dan Robben.

Ketiga, Messi adalah kapten. Well, banyak yang meragukan kepemimpinannya memang, termasuk juga saya. Dalam hal ngomel-ngomel dan membangkitkan semangat lewat kata-kata, Mascherano jauh lebih cocok menjalankannya. Tapi Messi berbicara dan menginspirasi dengan caranya sendiri. Dia menunjukkan kreatifitas, menciptakan peluang, dan menjadi distraksi untuk mencipta ruang bagi rekan-rekannya. Mengorbankan kemampuan utamanya, yaitu finishing, untuk harus rela dilakukan teman yang lain. Muller dan Kroos tidak menjalankan peran ini.

Keempat, Messi dapet 4 Man of The Match di 4 pertandingan awal berturut-turut. Benar memang lawan Argentina di fase grup tidak terlalu berat. Tapi untuk tampil konsisten seperti itu juga tetap tidak mudah. Argentina ada di pundaknya (arguably) sendirian. Tidak ada pemain lain yang menyamainya.

Kelima, peran dan efek Messi secara individu berpengaruh besar pada tim untuk keseluruhan. Jika jerman punya tim yang kompak dan nyaris semua pemainnya memiliki peran besar pada performa stabilnya, Argentina tidak. Jika perlu menyebut kunci, ada dua nama yang paling menonjol. Yang satu adalah Mascherano karena peran vitalnya dalam bertahan, yang kedua adalah Messi sebagai pemula setiap serangan, dan yang mencegah lawan untuk terus2an menyerang karena tetap harus waspada pada kemampuannya. Jika melihat angka, cukup sulit untuk mengukur peran Mascherano, sehingga Messi lebih banyak diapresiasi. Robben, Ronaldo, Neymar, Rooney, dan individu-individu kunci lainnya tidak mampu membawa timnya melangkah sejauh yang telah dilakukan oleh Messi.

Keenam, catatan statistiknya tidak jelek. Gol nya ada 4, dan 1 assist cantik, plus berlaga hingga babak Final. Ya, catatan ini tidak fenomenal, masih kalah dibanding Muller dan Rodriguez, namun jika diperhatikan kelebihan-kelebihan lainnya, Messi tetap layak disebut terdepan.

Saya ga bilang bahwa Muller atau yang lain lebih buruk dari Messi. Jika merujuk ke individu banyak juga yang memiliki berbagai catatan positif nya masing-masing. Tapi jika memang Messi yang dipilih, itu pun tidak terlalu dibuat-buat. Ibarat diving, ini adalah tipe yang memang benar ada kontak, meskipun bukan hantaman keras. Kita bisa menganggap tidak terjadi pelanggaran, tapi wasit pun punya dasar untuk meniup peluitnya.

10 Juli 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-4)

Nhah kan, doa saya terkabul. Beneran yang masuk final adalah Jerman dan Argentina.


Akhirnya kejutan kembali terjadi di semifinal, setelah babak 16 dan 8 besar relatif sepi dari hal-hal yang tidak terprediksi.

Kemenangan Jerman sebenarnya sesuai prediksi, tapi skornya lah yang mengejutkan. 1-7, men!!! Belum sampe menit 30 udah 0-5 aja. Saya yakin kalo intensitas Jerman tetap stabil, bisa aja skornya sampai 2 digit. Mungkin in the name of respect Jerman mulai ogah-ogahan. Itu aja masih nambah 2 gol lagi. Buat hiburan, Neuer ngasih lah satu gol buat Brazil. Duet Dante-Luiz kacau banget. Semacam sama-sama bingung mau kemana. Gampang banget diobrak abrik. Tanpa Neymar, di depan seperti juga ga paham mau ngapain. Mau ga mau saya jadi ngelirik Scolari nih. Sebenernya pemainnya disuruh ngapain sih kok ga kompak banget gitu? Cukup berat juga bagi Brazil untuk bisa mengalahkan Belanda di perebutan tempat ketiga. Goodluck deh.

Hasil yang sangat baik untuk Jerman, tapi sedikit bahaya kalo kondisi mental nya mulai terlena akibat kemenangan mudah ini. Jerman masih jadi tim yang paling balance, siap untuk memainkan bermacam-macam gaya sepakbola. Neuer lebih dari siap untuk memimpin pertahanan dari bawah mistar. Dan dari belakang. Dan dari tengah. Lha ini jatahnya kiper lho, tapi kalo lagi jadi sweeper sampe keluar kotak penalti segala. Bagus pula clearance nya. Lawan Argentina, jika high-line pressure ini meleset sedikit saja bisa jadi berbahaya, dan gap yang jauh bisa dimanfaatkan oleh striker-striker "licik" Argentina. Di tengah sih ga ada masalah. Masalahnya malah justru opsi yang melimpah. Jerman jelas akan memenangkan pertarungan lini tengah. Disokong Gotze dan Ozil di kanan/kiri/belakang dari striker/false9, Low bisa memainkan false 9 ala Muller atau pure 9 ala Klose. Dua-duanya berbahaya. Btw, do you smell some Pep's touch in this Germany national team? Let's talk about it later, then. Tim ini adalah unggulan saya. Have I said that before? How often?


Belanda versus Argentina juga sangat mengejutkan. Kejutannya adalah karena tidak ada kejutan!!! Sungguh, saya berharap ada kejutan lagi dari Van Gaal kali ini. Yang terlihat dari tivi, Van Gaal menyusun tembok yang kokoh di belakang untuk mengantisipasi dahsyatnya barisan depan Argentina, dan mengawal Messi begitu ketat. Ya, Argentina tidak cukup banyak membuat peluang berbahaya, tapi juga vice versa. Kelihatannya Van Gaal benar-benar mengandalkan kecepatan Robben untuk melakukan counter attack secepat kilat. Ketika di menit-menit akhir Van Persie diganti Huntelaar, Van Gaal mungkin ingin mengulang kejutan ala lawan Mexico. Tapi kejutan yang diulang tidak lagi mengejutkan. Ketika kemudian Van Gaal melakukan pergantian ketiga kalinya, maka dipastikan tidak ada lagi kejutan ganti kiper untuk penalti. Ketidakadaan kejutan ini lagi-lagi kembali mengejutkan. Dan benar saja, Cilessen terlihat seperti krisis percaya diri, mungkin karena di pertandingan sebelumnya merasa tidak dipercaya Van Gaal dalam urusan penalti. Cilessen gagal membendung seluruh tendangan penalti Argentina, dan secara tidak mengejutkan Belanda gagal ke final. Sungguh mengejutkan. Do it better against Brazil, Van Gaal. Tampaknya posisi ketiga cukup nyaman buat Belanda, meskipun Robben bilang ga terlalu antusias. Tapi kan hadiahnya lebih gede daripada juara ke-empat, Ben...

Argentina adalah Paradoks. Memiliki barisan penyerang yang dahsyat, Argentina justru terlihat sangat bagus ketika bertahan. Kompak, pressing ketat, cepat, dan taktis. Robben yang katanya cepat itupun berhasil dieliminir dengan sangat baik. Masih ingat tackling Mascherano? What a defender!!! Argentina tidak memiliki banyak peluang, tapi dari yang sedikit itu sebenarnya cukup menjanjikan. Hanya saja peluang terakhir tidak jatuh ke pemilik kaki yang seharusnya. Bukan ke Messi, bukan Higuain, bukan Aguero, apalagi Di Maria. Dan ketenangan Romero dalam menggagalkan penalti Vlaar dan Sneijder akhirnya berperan sangat krusial.

Messi adalah kapten, Messi adalah playmaker, Messi adalah inspirator, Messi adalah top skorer Argentina, Messi adalah katalis. Dia menunjukkan hal-hal yang sangat sedikit bisa dilakukan pemain-pemain top dunia. Pernah dapet Balon D'Or ketika lebih sering bermain di sayap, dan kemudian dapet gelar yang sama ketika sering bermain sebagai penyerang tengah, kini Messi sukses mengantarkan Argentina ke Final Piala Dunia ketika bermain sebagai playmaker. Sepertinya future Messi adalah yang seperti ini. Lebih ke otak daripada ke otot, tapi ketika ototnya diperlukan, dia akan melakukan itu dengan sangat baik. What a player He is. Gelar Piala Dunia sebenarnya sangat layak untuknya. Dan kemudian Balon D'Or kelima. 

Melawan Jerman nanti, Sabella pasti akan menginstruksikan pemainnya untuk lebih hati-hati bertahan. Pressing sangat ketat untuk memutus aliran bola, dan bersiap melakukan serangan balik. Mentalitas Argentina terbukti cukup siap untuk meladeni mentalitas Jerman yang sedang matang. Lebih baik lagi jika Di Maria dinyatakan fit untuk bermain di final. Koneksi Real Madrid-Barcelona inilah yang menjadi awal serangan bahaya Argentina. Komunikasi telepatik mereka lah yang paling nyambung.

Saya mendukung Jerman, tapi sebagian hati saya ikhlas jika Argentina juara. Pertama, Messi factor. Kedua, Argentina saat ini adalah underdog. Ketiga, terlalu banyak yang mendukung Jerman. Keempat, we want more drama, for sure.

Yang perlu diantisipasi adalah kelelahan Argentina, akibat pertandingan yang hingga extra time pun masih berakhir seri. Artinya, Argentina telah bermain dengan penuh konsentrasi 30 menit lebih lama daripada Jerman. Tentu saja ini sebuah kerugian dari sisi fisik, namun bisa jadi keuntungan dari sisi mental, jika awareness nya bisa tetap dijaga. Sementara Jerman justru memiliki satu hari lebih banyak untuk recovery, dan ditambah dengan keyakinan akan menang di pertandingan melawan Brazil yang sudah diraih di menit 30, sehingga selebihnya Jerman tidak lagi bermain ngotot. Secara kondisi, para pemain Jerman jauh lebih diuntungkan.

Piala Dunia yang cukup menyenangkan, saya rasa. Kini mari kita tunggu Final bersejarah ini. Bersejarah, karena tidak ada Final Piala Dunia yang tidak bersejarah. Hehehe.

Sampai jumpa di Main Prediksi-Prediksian Bagian terakhir setelah pemenang Piala Dunia ditentukan. Semoga semua stasiun televisi mengumumkan pemenang yang sama.

08 Juli 2014

Masa Depan Timnas Spanyol Setelah "Gagal Total"

Meskipun tidak sepenuhnya ngefans, di antara Sepakbola negara-negara Eropa, pengetahuan saya yang sedikit ini paling banyak tahu tentang Spanyol. Pertama, karena tiap kali main Football Manager, saya selalu sempatkan melatih timnas Spanyol. Kedua, Spanyol merajai sepakbola dunia dalam 6 tahun terakhir. Ketiga, Spanyol juga merajai olahraga-olahraga lain selain sepakbola. Keempat, kesuksesan Guardiola di Barcelona membuat sepakbola Barcelona dibicarakan banyak orang, dan kesuksesan ini merembet juga ke pola permainan Spanyol. Kelima, artikel tentang analisa kekuatan timnas Spanyol ini beredar dimana-mana.

Dari situlah saya melihat, sepakbola (dan olahraga lainnya) Spanyol sebetulnya memiliki masa depan yang sangat cerah. Jika saja boleh, seharusnya Spanyol mengirim dua tim untuk menghadapi Piala Dunia kemarin. Satu tim yang berhasil ga lolos grup itu, plus satu tim lagi yang berisi para pemain muda. Saya yakin dua-duanya punya potensi yang sama besar, bahkan tim B nya bisa jadi lebih bersinar.

Baik dari hasil pengamatan di game FM maupun lihat-lihat di dunia nyata, banyak sekali pemain muda Spanyol yang sudah dan siap bersinar nantinya. Ini adalah beberapa di antaranya :



1. David De Gea (Kiper, 23)


De Gea bukan lagi pemain potensial. Di sudah jadi pemain papan atas. De Gea jauh lebih layak untuk jadi starter di Piala Dunia kemarin daripada Casillas dan Reina. Performa nya hanya kalah sedikit dari Victor Valdes sebelum cidera. Buktinya, dengan barisan bek yang meragukan, De Gea justru jadi pemain terbaik musim lalu di MU. Di usia 23, Spanyol (dan Manchester United) masih punya alasan untuk optimis dan merasa aman di bawah mistar.


2. Marc Bartra (Bek Tengah, 23)


Bartra sejatinya memiliki potensi yang disejajarkan dengan Varane. Hanya saja Varane di masa Mourinho memiliki jam terbang lebih banyak daripada Bartra. Bartra adalah pemimpin Barca B sebelum dipromosikan ke tim inti, sehingga kepemimpinannya telah terbukti menjadi sangat penting untuk melengkapi kemampuan bertahannya. Dengan asuhan Luis Enrique yang sangat mengenalnya di tim muda dulu, Bartra diyakini akan terus berkembang dan menjadi dynamic duo bersama Pique.


3. Daniel Carvajal (Full Back, 22)


Di usia muda, Carvajal sudah dipercayakan menempati posisi inti di Real Madrid, menggusur seniornya di timnas, Alvarao Arbeloa. Sejatinya, Carvajal adalah cadangan dari Martin Montoya di timnas U-21, tapi perbedaan jam terbang membuatnya justru jadi lebih bersinar daripada rival dari Barcelona nya itu.


4. Sergi Samper (Gelandang Bertahan, 19)


Nama ini belum terlalu banyak dikenal, kecuali oleh pemerhati La Masia-nya Barcelona. Pemain ini dibanding-bandingkan dengan seniornya, Sergio Busquets, karena kemampuannya membaca permainan dan ketepatan menyikapinya.


5. Koke (Pemain Tengah, 22)


Jika legenda hidup sekelas Xavi mengatakan bahwa Koke adalah orang yang paling pas untuk kelak menjadi roh permainan Spanyol, maka apa lagi yang bisa kita sangsikan? Kejayaan Atletico Madrid meraih gelar liga musim lalu tidak lepas dari peran si anak muda ini.


6. Thiago (Pemain Tengah, 23)


Thiago ini kapten Spanyol U-21 ketika jadi juara dunia. Jika Koke dianggap seperti penerus Xavi, maka Thiago adalah Iniesta-nya. Yak, memang tidak akan sama, itu adalah gambaran perbedaan peran dua orang ini. Sebagai pemain berdarah Brazil yang besar di Spanyol, Thiago memiliki pergerakan, dribble, ball-keep, dan passing yang sangat baik. Jika seorang Guardiola sangat ngebet untuk membawanya ke Bayern, kemudian "memaksakan" Thiago untuk menjadi sentral permainan Bayern, maka kita bisa ikut melihat potensinya, bukan?


7. Isco (Pemain Tengah, 22)




Musim 2012/2013, Isco adalah nyawa permainan bagus Malaga. Hal itu membuat Real Madrid tertarik untuk membawanya ke Bernabeu. Meskipun kemudian tidak terlalu banyak mendapat jatah sebagai starter, Isco tetap menunjukkan permainan berkelas ketika dipercayakan untuk bermain.


8. Gerard Deulofeu (Penyerang Sayap, 20)
 

Dulu, media sempat menyebutkan bahwa Barcelona memiliki Cristiano Ronaldo-nya sendiri yang sedang dicetak di akademinya. Orang itu adalah Gerard Deulofeu. Memang ketika melihat gaya Deulofeu, wajar saja ketika orang-orang menyamakan dia dengan Ronaldo. Cepat, skillful, dan sedikit individualistis.


9. Munir El-Haddadi (Penyerang Sayap, 18)


Namanya relatif belum dikenal banyak orang, namun di kalangan internal Barcelona pemain ini digadang-gadang akan menjadi pemain top di masa depan. Bisa bermain di kedua sisi sayap maupun gelandang serang tengah, pemain berdarah Maroko ini punya potensi besar untuk jadi bintang besar.

10. Adama Traore (Penyerang Sayap, 18)


Siapa dia? Seberapa hebat kemampuannya? Ilustrasinya begini : Traore promosi ke Barcelona B hanya setengah musim sejak Januari, lalu di akhir musim menjadi salah satu best XI di Liga Adelante. Menurut beberapa scout talent Barcelona, Traore memiliki potensi yang lebih besar daripada Deulofeu. Bertipe pemain sayap yang senang menyisir pinggir lapangan lalu mengirim crossing manis, Traore adalah tipe yang disukai striker oportunis. Dengan penanganan yang pas, maka barisan depan Spanyol akan dibanjiri pemain-pemain luar biasa.


11. Jese Rodriguez (Penyerang Sayap, 21)


Kata Ancelotti, Jese adalah pemain berbakat yang skilfull dan memiliki visi luar biasa. Di usia dini, Ancelotti sudah memberi kepercayaan cukup besar padanya. Mobilitas tinggi, kuat di kedua kaki, dan kemampuan passing oke membuat Jese bisa menempati semua posisi di depan, baik striker, sayap kanan-kiri, di belakang striker, ataupun false nine.


12. Alvaro Morata (Striker, 21)


Mungkin dia adalah the new Fernando Morientes. Morata merupakan produk asli akademi Real Madrid yang bagus di udara, memiliki pergerakan oke, dan finishing mematikan. Beberapa tahun lagi akan siap bersaing dengan deretan striker Spanyol lainnya.


Beberapa nama di atas masih belum termasuk pemain yang berada di usia emas (24-27) yang saat ini sudah berada di skuad inti Spanyol seperti Sergio Busquets, Pedro, Javi Martinez, Juan Mata, Jordi Alba, Cesar Azpilicueta, Cesc Fabregas, Gerard Pique, dan juga pemain hebat yang menunggu panggilan timnas seperti Asier Illaramendi, Inigo Martinez, Alvaro Negredo, Fernando Llorente, dan Roberto Soldado.

Jika kontrak Del Bosque masih lanjut hingga Euro 2016, layak disimak apa yang akan dia lakukan untuk regenerasi. Tidak lolos babak penyisihan Piala Dunia, padahal memiliki skuat yang hebat, sebenarnya cukup memalukan. Mampukah dia bangkit dari keterpurukan ini?

Saya sebenarnya curiga jangan-jangan sejak menggantikan Aragones, si Del Bosque ini magabut. Dia cuman dateng pas latihan, trus bilang ke pemainnya gini : "Hazlo como Barcelona!!!" alias "Do it like Barcelona!!!". Hasilnya, di 2010 dan 2012, ketika Barcelona lagi bagus-bagusnya, Spanyol juga main keren. Sekarang, ketika Barcelona tidak dalam kondisi terbaik, Spanyol juga kebaca banget strateginya. Sama seperti Barcelona, gaya Spanyol itu well read and well studied.

Sudah bukan lagi waktunya untuk menggantungkan kreatifitas ke pemain-pemain lama. Spanyol harus jadi baru. Eksplosif dan tak terduga. Bisa posession, bisa counter attack. Bisa vertikal, bisa horizontal, atau malah diagonal. Ah, biar Del Bosque aja deh yang mikirin. Saya nonton hasilnya aja.

Sementara itu, Sepakbola dunia kembali menarik lagi. Dulu, nongolnya Spanyol yang membawa identitas pada permainannya membuat sepakbola jadi segar, karena memang sedang minim identitas dan stabilitas. Kedigdayaan Spanyol membuat mereka jadi acuan sepakbola dunia. Kini, para pengacu itu sudah berkali-kali membuktikan bahwa filosofi itu tidak hanya punya kelemahan, tapi menyisakan celah lebar untuk dieksploitasi. Kini kembali lagi hadir dunia sepakbola tanpa identitas dominan yang "baru". Waktunya sepakbola menjadi dinamis tak terprediksi. Brazil pernah menjadi idola dengan aksi individu nya yang cantik. Italia adalah master pertahanan gerendel. Inggris meskipun tidak pernah sukses-sukses amat pernah dicap sebagai tim kick and rush yang sangat vertikal. Belanda konon pencipta total football. Dan kemudian Spanyol muncul dengan filosofi posession-based nya.

And now, what's next?

06 Juli 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-3)

Ah, enggak. Kali ini saya bukan bikin prediksi. Saya maunya berdoa.

Prediksi saya yang terakhir semua benar di hasil, tapi salah di skor. Dan akhirnya saya pun jadi kehilangan semangat untuk berpikir obyektif dalam bikin prediksi. Hasrat saya terlalu besar untuk mendoakan salah dua nya. Saya sangat bersemangat untuk bisa melihat :

JERMAN

dan

ARGENTINA

nanti di final.




Jadi begini...

1. Brazil
Brazil kehilangan Neymar dan Thiago Silva. Ya, memang masih ada Dante dan Ramires yang sangat bisa mengisi posisi keduanya, tapi saya rasa tidak ada pemain yang levelnya setara dengan dua pemain yang saya sebut di awal. Sebagai tim, Jerman lebih balance, sehingga cukup berat bagi Brazil untuk bisa melaju ke final.

Extra self-centered note : Di tulisan pertama, saya mengatakan Brazil adalah unggulan teratas. Jika Brazil juara, maka ramalan saya punya bukti pendukung. Seolah-olah prediksi saya ada benar-benarnya dikit.


2. Jerman
Balance, kreatif, determinan, spartan, punya kiper super. Nuff said.

Extra self-centered note : Ga perlu dijelaskan panjang. Unggulan saya. Titik.


3. Belanda
Belanda hanya meyakinkan lawan Spanyol. Di pertandingan lain, Belanda biasa saja, tapi Van Gaal selalu punya solusi untuk segala kondisi Belanda ketika menghadapi siapapun. Mengganti van Persie dengan Huntelaar? Mengganti kiper untuk persiapan penalti? Kata cerdik tidak cukup mewakili?

Extra self-centered note : Kalo Belanda juara, pujian terbesar layak diberikan pada pelatihnya. Dan pelatih ini juga baru saja diangkat jadi pelatih sebuah klub besar Inggris. Exciting.


4. Argentina
Nhah, di pertandingan lawan Belgia kemarin lah Argentina mulai menunjukkan permainan sebagai sebuah tim. Coba lihat waktu Argentina bertahan. Kompak dan determinan, bro. Kekurangannya adalah lini tengah yang tidak mampu mendominasi, apalagi di semifinal nanti kemungkinan besar tanpa Di Maria. Tapi Belanda juga lini tengahnya ga dominan amat kok. Gerombolan penyerang Argentina punya kans besar untuk meledak lebih kuat kali ini. Apalagi kabarnya Aguero sudah siap comeback.

Extra self-centerd note : Messi juara dunia? The best footballer ever. Affirmative.

01 Juli 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-2)

And here we go now, 2014 world cup's quarter final.

Jadi ceritanya, prediksi-prediksian yang saya buat ternyata belum bisa dibilang berhasil. Yah, seberapa gagalnya silakan dinilai masing-masing, yang jelas presentase kesalahan cukup besar. Perbandingannya silakan dilihat di gambar ini :



FYI, prediksi ini dibuat setelah partai pertama Piala Dunia antara Brazil lawan Kroasia, jadi satu pertandingan itu tidak dihitung, sehingga total ada 47 pertandingan yang saya bikin prediksi-prediksian nya.

Dari hasil tersebut, prediksi menang kalah yang benar adalah 20 pertandingan, atau sebesar 42,55%, dan yang salah adalah sisanya, yaitu sebanyak 27 pertandingan atau 57,45%. Dari 20 prediksi benar itu, hanya ada 2 pertandingan yang skor nya tepat, yaitu Australia-Spanyol dan Italia Uruguay. Prediksi skor ini hanya 10% dari hasil prediksi menang-kalah yang benar, bahkan hanya 4,26% dari keseluruhan prediksi.

Alasan kecilnya kebenaran prediksi ini memiliki tiga kemungkinan. Satu, kemampuan prediksi saya abal-abal. Dua, banyak kejutan terjadi di Piala Dunia ini. Tiga, bisa jadi dua-duanya. Eh, maaf, ada juga kemungkinan keempat, yaitu : Empat, lain-lain .......... (isi sendiri)

Well, saya tidak akan menyangkal bahwa saya bukan pembuat prediksi yang handal. Pengetahuan dan analisa sepakbola saya levelnya sama sekali tidak tinggi. Tapi saya meyakini Piala Dunia kali ini memang banyak kejutan. Paling tidak, saya yang terkejut. Even the predictable matches are unpredictable.

Di grup A, lolosnya Mexico dan bukan Kroasia saya rasa tidak terlalu mengejutkan meskipun awalnya saya anggap Kroasia akan lebih beruntung.

Kejutan pertama ada di Grup B. Oke, mungkin Spanyol sudah diramalkan tidak akan hebat-hebat amat, tapi saya cukup terkejut ketika ternyata mereka payah amat. Tanpa semangat juang, tidak ada ide, pertahanan rapuh, dan regenerasi yang kurang oke membuat Spanyol dipermalukan Belanda dan Chili. Awalnya saya kira kekalahan lawan Belanda adalah wake up call, ternyata yang terjadi malah jadi pass out hit.

Meskipun salah, saya tidak terkejut sama sekali dengan apa yang terjadi di Grup C, karena bagi saya ini adalah grup neraka karena sama-sama medioker, namun kehebatan Kolombia patut diapresiasi, karena meskipun tanpa Falcao pun, mereka mampu lolos hingga paling tidak babak 8 besar, dengan menyingkirkan Uruguay yang tanpa Luis SUarez.

Kejutan terbesar saya rasa terjadi di Grup D. Prediksi-prediksian saya tepat ketika meramalkan Uruguay jadi runner up grup, tapi salah besar ketika meremehkan Kostarika. Kenyataannya negara dengan sejarah sepakbola yang panjang macam Uruguay, Italia, dan Inggris tidak ada yang sanggup mengalahkan Kostarika. Negara yang saya kesampingkan sejak awal ini justru jadi juara grup. Dan malah lolos ke 8 besar mengalahkan Yunani.

Grup E dan F harus saya skip, karena prediksi-prediksian saya benar.

Grup G menyelipkan USA yang lolos, menyingkirkan Ghana dan Portugal. Meskipun keliru, saya cukup puas. Portugal seperti one-man team, tidak layak lolos grup.

Grup H mirip seperti grup D. Aljazair yang sama sekali saya remehkan ternyata sukses menemani Belgia menembus babak 16 besar. Russia yang diasuh Capello justru tampak melempem.

Tentu saja kejutan-kejutan seperti ini sangat menyenangkan untuk penikmat hiburan reality show terbaik di dunia yang diberi nama Sepakbola ini. Drama-drama menegangkan menyisakan adrenalin yang membuat kita bisa tetap terjaga dan betah membicarakannya bahkan hingga berhari-hari. Jauh lebih menyenangkan daripada membicarakan dua kubu Calon Presiden yang pendukung fanatiknya makin lama makin memprihatinkan ngawurnya.

Dua hari lagi, babak perempat final akan dimulai. Ternyata, semua peserta babak 8 besar adalah juara grup di babak penyisihan. Sungguh hasil yang fair. Yang akan bertanding adalah :

1. Prancis vs Jerman, 4 Juli, 23.00 WIB
2. Brazil vs Kolombia, 5 Juli, 03.00 WIB
3. Argentina vs Belgia, 5 Juli, 23.00 WIB
4. Belanda vs Kostarika, 6 Juli, 03.00 WIB

Nhah sekarang, waktunya kita main prediksi-prediksian lagi.

Sejak awal, jagoan teratas saya adalah Jerman. Bukan karena faktor teknis segala macem, tapi karena saat ini adik saya sedang ada di Jerman. Silakan tertawa sebentar kalo perlu. Jadi, saya ingin Jerman lolos ke semifinal, menyingkirkan Perancis. Saya rasa dengan skuad yang sangat seimbang, Jerman akan bisa mengatasi permainan Perancis yang ternyata stabil nya lebih bagus daripada yang diperkirakan. Saya perkirakan, tepatnya. 2-0 untuk Jerman.

Brazil agak menurun belakangan ini. Dan jika bukan karena adanya tiang gawang, bisa jadi Brazil dieliminasi Chili yang bermain sangat bagus dengan semangat juang tinggi. Eh tapi, kalo tidak ada tiang gawang, pasti pertandingannya tidak jadi dilaksanakan ding. Oke, lanjut. Kolombia punya wonderkid yang mengaku pernah ditolak MU yang (secara idiot) lebih memilih Bebe. Namanya James Rodriguez. Kata pertama di nama itu konon dibacanya bukan Jems, tapi Hames. Saat ini dia adalah top skorer Piala Dunia dengan 5 gol, mengungguli nama-nama seperti Muller, Messi, dan Neymar. Apa? Kenapa? Ada yang nanya Ronaldo? Ronaldo siapa ya? Oke, lanjut lagi. Meskipun Kolombia tampil luar biasa, saya tetap meyakini mentalitas para pemain Brazil yang main di kandang sendiri dan memiliki para pemain yang memiliki jam terbang tinggi di Eropa akan berbicara banyak. Apalagi Brazil memiliki tradisi kuat dalam memenangkan adu penalti meskipun di babak normal kipernya biasa-biasa saja. Ini jadi modal sangat penting dalam menjalani turnamen knock out seperti Piala Dunia ini. Brazil akan menang, 3-1.

Belgia memiliki pemain yang sangat menjanjikan. Namun kali ini, belum waktunya untuk bisa menyingkirkan penyerang-penyerang dahsyat Argentina. Belgia lebih unggul di belakang, dan tidak beda jauh kekuatan di lini tengahnya dibanding Argentina. Namun Messi-factor, yang meraih 4 gelar Man of The Match di 4 pertandingan Argentina, akan membuat Belgia tidak leluasa mengembangkan permainan. Argentina menang, 2-1. Awas counter attack Belgia.

Jangan remehkan Kostarika. Itulah pelajaran penting minggu lalu. Tapi juga jangan lupakan apa yang bisa Belanda lakukan melawan juara bertahan. Jika Kostarika bisa tetap mempertahankan intensitasnya, saya yakin Belanda bisa tersingkir. Namun dengan adanya Van Gaal di bench, saya masih merasa Belanda akan unggul. 2-0.

Yap, saya punya prediksi hasil dari pengetahuan pas-pasan. Namanya juga prediksi-prediksian buat lucu-lucuan dan asik-asikan. Saya tetap berharap masih banyak kejutan dan drama yang muncul dari sini. Siapa tahu ternyata finalnya malah Kolombia lawan Kostarika. Menarik bukan? Tapi akan jauh lebih mengejutkan lagi jika ternyata final kali ini mempertemukan Brazil lawan Jerman...

Karena ga mungkin.
Kalaupun menang terus, keduanya bakal ketemu di semifinal.
Jerman vs Brazil, dan Argentina vs Belanda.

Jika ini kejadian, sepertinya saya tidak sanggup lagi membuat prediksi. Terlalu seimbang. Apapun bisa terjadi. Yang kita tunggu selanjutnya adalah kejutan, kejutan, dan kejutan. Drama, drama, dan drama.

Yak, di liga eropa, musim ini penuh dengan kejutan. So, kenapa di Piala Dunia tidak?

15 Juni 2014

Akhirnya Aku Mencintaimu, Spurs


Saya tidak pernah ngefans berat ke satu tim tertentu di NBA, tapi saya tetap punya preferensi khusus tiap musimnya. Sialnya, tahun ini Final NBA mempertemukan dua tim yang saya kurang suka. Dulu, San Antonio Spurs selalu bermain dengan defense ketat dan sangat disiplin, yang mengakibatkan permainan menjadi kurang mengalir dan asik untuk ditonton. Bahkan permainan defensif Spurs ini dulu pernah menjadi catatan tersendiri oleh NBA karena ternyata ketika Spurs masuk ke Final NBA, penonton di seluruh dunia cenderung menurun dengan jumlah signifikan. Sejak saat itulah saya selalu mendukung lawan Spurs di Final. 

Tahun inipun begitu. Sejak Final wilayah, ketika Spurs bertemu Thunder, selain memang saya ga suka Spurs, saya juga cukup mengidolakan Thunder dengan Kevin Durant-nya, sebagaimana juga tahun ini saya suka LA Clippers dan Indiana Pacers. Lha kok ndilalah Thunder harus bertekuk lutut di hadapan tim pimpinan Tim Duncan itu.

Sementara itu, di wilayah sebelah, saya juga mendadak ga suka Heat sejak tim ini mengakuisisi LeBron James dari Cleveland Cavaliers. Saya merasa ini seperti tindakan pengecut. LeBron, yang dianggap ikon terbaru NBA yang paling mendekati Michael Jordan di masa jayanya, seharusnya lebih diperlukan Cavaliers untuk membangun tim, bukannya memilih hijrah ke tim lain yang lebih mapan dan memiliki bintang lebih banyak. Jordan setia di Bulls (well, dengan mengesampingkan The-All-New-Jordan yang pernah mampir di Washington Wizards), dan mengangkat rekan-rekan setimnya yang bukan superstar besar di masa itu, hingga akhirnya bisa menjadi pemain legendaris yang dikenang fans NBA di seluruh dunia. Sedangkan James, dia memilih untuk pergi untuk bergabung bersama Dwyane Wade, ikon Heat sebelumnya, dan Chris Bosh, ex superstar Raptors. Seharusnya, dengan label "The Next Jordan", yang juga saya agak akui kebenarannya, James mampu membangun tim di sekitarnya dengan dia menjadi porosnya. Just like Jordan. So, sebenarnya ketidaksukaan saya ini adalah pujian, karena saya hampir menyandingkan dia dengan icon No 1 NBA sepanjang masa. Karena itulah, terasa sangat menyenangkan ketika melihat Heat kalah secara dramatis di Final NBA, seperti yang terjadi di tahun 2011 ketika Dallas Mavericks sukses jadi juara.

Jadi, Final kali ini mempertemukan dua tim yang tidak saya suka.

Tapi apalah asiknya menonton NBA tanpa condong mendukung satu tim?

Saya harus memilih.

Salah satu.

Prabowo atau Jokowi.

Eh maaf, ini kan bukan tulisan politik.

Maksud saya Heat atau Spurs.

Setelah saya menanyakan pada lubuk hati saya yang paling dalam, saya menjatuhkan pilihan pada Spurs. Bukan karena menonton Spurs membuat saya lebih senang, tapi lebih karena melihat Heat juara tidak terlalu membuat saya puas. Heat, dengan James di dalamnya, harus kalah. Titik.

Dan ternyata, meskipun Spurs sempat kecolongan di game kedua di kandang sendiri berkat defense ketat Heat, Spurs akhirnya mampu menekan tombol ON terus menerus pada shooter-shooter jitunya yang membuat defense ketat Heat itu kedodoran dan kehilangan motivasi.

Heat yang unggul di dalam berkat peran James-Wade-Bosh ternyata kalah dari kepemimpinan trio veteran Parker-Duncan-Ginobili, yang kali ini didukung barisan shoote-shooter handal. Heat jelas kalah di posisi playmaker dan center, dan di Final ini James seperti berjuang sendirian, entah karena egois, atau minimnya determinasi dari rekan-rekan lainnya.

Ya intinya, Miami Heat ga jadi juara NBA 2014. End of story.
Jika seandainya musim depan James balik kucing ke Cavaliers, maka saya akan dengan senang hati melihat Cavaliers jaya kembali, dan akan puas mendukungnya hingga jadi juara. Tapi lebih senang lagi kalau Durant mampu membawa timnya meraih cincin. Kan James udah pernah...

Ya sebenarnya, kalau nonton NBA ini saya labil juga. Dulu, saya seneng banget ketika Kevin Garnett pindah dari Wolves menuju Celtics untuk bergabung dengan Paul Pierce dan Ray Allen. Saya merasa Garnett deserves a ring. Itu saja. Kemudian setelah Garnett jadi juara ya dukung Celtics nya udah ga ngebet-ngebet amat.

Begitu juga ketika Howard dan Nash bergabung ke Lakers. Waktu itu karena merasa Bryant perlu center yang dominan, dan seperti Garnett, Nash juga layak untuk dapet paling tidak satu cincin juara. He's a legend. Mumpung masih aktif, dan supaya nantinya tidak bergabung dengan ring-less legend macam Charles Barkley, Karl Malone, dan Jeff Hornacek.

Well, yang penting tahun ini James dan Heat nya lagi-lagi gagal juara. Dan yang menggagalkan itu adalah San Antonio Spurs. For this reason, I Finally Loves You, Spurs.

Tapi ya cuman sekarang ya. Not quite sure for another season.

Sekian.

12 Juni 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-1)

Waktunya main-main dengan prediksi. Lha namanya juga prediksi, bisa benar dan bisa salah. Kalo salah ya wis, kalo ndilalah bener yang senengnya minta ampun. Sejak mulai nulis di blog ini, Piala Dunia tahun ini adalah Piala Dunia pertama, jadi ya sepertinya kali ini bakal saya asik-asik kan sendiri lewat prediksi saya sendiri yang nantinya juga saya nilai dan koreksi sendiri. Kalau ada yang ikutan baca, trus manggut-manggut atau geleng-geleng, atau tertawa terbahak-bahak, atau jadi bahan bluffing pas nongkrong, atau malah jadi dasar pasang taruhan ya itu komplimen buat saya.

Jadi, mari asik-asikan dan lucu-lucuan dengan main prediksi-prediksian.



Grup A
Brazil, Kroasia, Kamerun, Meksiko.

Berdasarkan tulisan saya sebelumnya, jelas yang lolos pertama adalah Brazil. Berstatus juara grup. Tinggal bicara pendampingnya nih. Karena Kroasia, Kamerun, dan Meksiko relatif punya kekuatan yang tidak berbeda jauh. Jika materi tidak timpang, maka mentalitas, pengalaman, dan strategi pelatih akan memegang peranan penting. Kamerun cenderung punya banyak masalah, seperti berita "lucu" terakhir yang menceritakan bahwa para pemain sempat ngambek tidak jadi berangkat jika permasalahan bonus belum tuntas. Well, masalah sebenernya seperti apa saya tidak benar-benar tahu, tapi jelas nampak bahwa soliditas mereka sangat terganggu. Di Meksiko ada Chicarito dan Rafa Marquez yang cukup menularkan pengalaman kompetitif. Namun, saya memprediksikan Kroasia yang dipimpin duo juara eropa, Luka Modric dan Ivan Rakitic, akan melenggang tidak mulus menemani Brazil.

Grup B
Spanyol, Belanda, Chili, Australia

Juga berdasarkan tulisan sebelumnya, maka Spanyol akan lolos sebagai juara grup. Dan dari tiga yang tersisa, Australia saya rasa memiliki materi paling lemah, sehingga menyisakan Belanda dan Chili untuk bertarung memperebutkan posisi runner up. Untuk yang ini my vote (or hope?) goes to Chili. Yang sangat penting, Spanyol di Grup B dan Brazil di Grup A harus menempati peringkat yang tidak sama, misal : sama-sama juara grup atau sama-sama runner up, supaya tidak langsung bertemu di babak selanjutnya, dan menjaga posisi untuk adanya final ideal.

Grup C
Kolombia, Yunani, Pantai Gading, Jepang

Saya rasa ini adalah tim neraka, karena terdiri dari empat tim yang memiliki kemampuan merata. Sama-sama menengah. Kolombia memang melemah dengan alpanya Falcao. Yunani terkenal punya pertahanan kuat. Pantai Gading adalah tim afrika yang diisi pemain-pemain elit macam Toure bersaudara dan Didier Drogba. Dan Jepang bisa jadi adalah tim terkuat di Asia. Agak berat saya memprediksikan ini, tapi ya sudahlah, secara asal-asalan saya mengajukan Pantai Gading dan Jepang untuk maju terus ke babak selanjutnya di posisi 1 dan 2.

Grup D
Uruguay, Kosta Rika, Inggris, Italia.

Pertama saya merasa perlu untuk (dengan penuh rasa hormat) mengesampingkan Kosta Rika dari persaingan tiga tim lainnya. Inggris sama sekali tidak pernah membuat saya percaya mereka bisa melakukan hal yang di luar ekspektasi. Meskipun memiliki Liga yang dianggap paling borjuis sedunia, timnasnya selalu melempem dalam beberapa turnamen penting terakhir, bahkan ketika Scholes, Beckham, Gerrard, dan Lampard yang waktu itu dianggap kuartet paling top sedunia masih bermain bersama. Entah karena terlanjur sok artis, infleksibilitas strategi, kecapekan setelah ber liga setahun penuh, atau kekurangcakapan pelatih, Inggris yang dihuni pemain berlabel harga tinggi tidak pernah tampil meyakinkan di turnamen Internasional. Tapi kalo untuk lolos grup ya, masih mungkin lah. Saya rasa Inggris bakal lolos sebagai juara grup, ditemani Uruguay. untuk Italia, ya gimana ya, Liga nya belum benar-benar pulih jadi Liga elit, pemain muda yang muncul tidak banyak, dan permasalahan internal organisasi nya sepertinya terlalu pelik untuk diuraikan. Yang mungkin menolong Italia adalah faktor tradisi. Juara dunia 4 kali, gitu loch. Tapi ya tetep, prediksi saya Italia ga lolos fase grup. Eh, tapi kemarin-kemarin biarpun Italia tidak meyakinkan di partai-partai ujicoba, akhirnya tetap berprestasi bagus ketika turnamen benar-benar berjalan. Jadi, gimana dong?
Btw, kalo sebelumnya saya males bahas Inggris, kenapa kali ini Inggris dapet jatah dibahas paling panjang ya?

Grup E
Swiss, Ekuador, Perancis, Honduras

Jika dilihat bahwa di musim ini banyak anomali, maka bukan tidak mungkin itu berarti Honduras akan menjadi juara dunia. Tapi itu lebay. Maaf. Saya memperkirakan Honduras akan tersisih tanpa meraih kemenangan. Perancis lah yang akan lolos sebagai juara grup, ditemani Swiss. Waktunya bagi Perancis untuk mengembalikan reputasi mereka, dan waktunya bagi Swiss untuk berbicara lantang di level dunia melalui kiprah Valon Behrami, Gokhan Inler, Xherdan Shaqiri, dan kawan-kawan. Valencia, maafkan aku yang menyepelekanmu ya, Bro...

Grup F
Argentina, Bosnia-Herzegovina, Iran, Nigeria

Yes, Argentina akan melaju tanpa terkendala banyak. Meskipun barisan bek nya ga hebat-hebat amat, performa Argentina sangat meyakinkan di babak kualifikasi. Jadi kalo melewati fase grup ya masih belum sulit lah. Tim yang paling berpeluang untuk menemani Argentina adalah Nigeria.

Grup G
Jerman, Portugal, Ghana, USA

Ini juga cukup seru. Jerman masih tangguh, Portugal diberkahi CR7 factor, Ghana diisi pemain-pemain berotot yang besar di Eropa, dan USA mulai menata soccer-nya dengan lebih baik. Jerman masih terdepan, dan lawan terberatnya adalah Portugal, selama CR7 tidak menanggung beban berat itu sendirian. Ya, Ghana punya Michael Essien, tapi cukup berat untuk bisa meletakkan posisi klasemen diatas Jerman dan Portugal. Begitu pula USA.

Grup H
Belgia, Aljazair, Rusia, Korea Selatan

Belgia adalah calon raksasa baru eropa, meskipun tampak belum se stabil Rusia. Korsel mungkin baru akan berjaya lagi ketika jadi tuan rumah. Aljazair? Good luck, bro...


(bersambung)

10 Juni 2014

Piala Dunia Lebih Seru Daripada Black Campaign

Oke, mari kita lupakan sejenak pilpres, hayuk ngobrol tentang Piala Dunia.


Saya rasa, unggulan teratas Piala Dunia kali ini adalah Brazil. Selain faktor tuan rumah, keberhasilan mereka menjuarai Piala Konfederasi tahun lalu cukup membuat publik melek tentang kekuatan mereka yang sebenarnya. Skuat yang merata, minim superstar yang menonjol dominan sendirian, dan kekuatan tradisi membuat Brazil kembali berada di garis terdepan calon juara. Memang kali ini tidak lagi ada pemain yang benar-benar merajai eropa seperti dulu ada Ronaldo, Ronaldinho, atau Rivaldo, namun skuat yang muda ini memiliki potensi besar yang siap meledak. Andalan terdepannya adalah Neymar. Memang belum selevel tiga nama berawalan R yang baru saja saya sebut, tapi terbukti di Piala Konfederasi perannya sangat vital dalam mengkreasikan serangan. Lupakan sejenak tentang kiprahnya di Barcelona, yang sebenarnya juga tidak jelek, tapi Neymar dalam baju kuning akan menjadi orang yang berbeda. Yang terbilang paling mewah di timnas Brazil adalah barisan pertahanannya. Thiago Silva, Dante dan David Luiz termasuk dalam jajaran bek elit eropa. Belum lagi ditunjang dengan eksplosifitas Marcelo/Maxwell dan Maicon/Dani Alves di posisi fullback. Kekuatan pertahanan mereka ditunjang dengan kecepatan barisan penyerang sangat pas untuk kompetisi yang pendek dan padat seperti Piala Dunia ini. Apalagi dengan dukungan para pemain tengah seperti Oscar, Ramires, Paulinho, Fernandinho, Hernanes, dan Willian, Brazil saat ini sudah siap menghadapi tim manapun dengan gaya apapun.
Brazil, paling favorit.

Tapi tunggu dulu, jangan dulu remehkan Spanyol. Berstatus juara bertahan Piala Dunia yang sekaligus pemegang dua Piala Eropa terakhir berturut-turut tentu menggambarkan situasi timnas Spanyol saat ini. Lihat saja deretan pemain tengahnya. Mari kita sebut satu-satu. Iniesta, Xavi, Busquets dan Fabregas adalah pemain-pemain inti Barcelona yang bertahun-tahun menjadi tulang punggung permainan timnas Spanyol dalam meraih banyak gelar bergengsi. Memang saat ini pola permainan possession-based ala Barcelona tidak lagi berada di puncak kejayaan, sehingga dominasi lini tengah Barcelona di timnas Spanyol mungkin akan tergeser. Jadi mari kita lihat siapa saja kandidat penggantinya. Xabi Alonso adalah jenderal Real Madrid sekaligus pemegang posisi penting di depan bek-bek timnas Spanyol yang hingga saat ini sepertinya masih tak tergantikan. Javi Martinez adalah puzzle penyeimbang format tim Bayern Muenchen yang begitu digdaya musim lalu. Juan Mata sebelum pindah ke MU adalah pemain terbaik Chelsea. Koke adalah jantung permainan si juara liga spanyol, Atletico Madrid. David Silva adalah kunci kreatifitas si juara liga inggris, Manchester City. Santi Cazorla adalah aktor penting dibalik kebangkitan Arsenal. Untuk urusan lini tengah, Spanyol lah yang paling mewah. Dan jika kita sempat melihat ke pemain-pemain juniornya, maka kita akan masih melihat timnas Spanyol yang sangat kuat hingga bertahun-tahun ke depan.
Barisan penyerang Spanyol memang tak sementereng lini tengahnya, namun sekarang bisa dibilang adalah kombinasi terkuat dibanding 6 tahun terakhir. Sejak diberi kepercayaan lebih di Atletico Madrid, David Villa seperti meraih kembali energi nya sebagai salah satu striker terbaik Spanyol sepanjang sejarah. Fernando Torres bisa saja disebut flop di Chelsea, tapi Torres terbukti selalu moncer di sebuah turnamen. Pedro adalah penyerang versatile yang sangat militan dan bisa bergerak dari mana saja. Dan yang melengkapi tiga pemain ini adalah adanya Diego Costa, seorang striker petarung yang memiliki determinasi tinggi dan kemampuan finishing sangat bagus.
Awalnya saya menyayangkan timnas Spanyol yang hanya membawa enam orang untuk mengisi barisan pertahanan, namun rupanya justru ini bisa menggambarkan kecerdasan taktik Del Bosque. Dalam turnamen yang berlangsung tidak lama, barisan pertahanan menjadi daerah yang paling rigid karena tidak membutuhkan rotasi yang sering dan tidak memerlukan fleksibilitas taktis yang tinggi. Duet bek tengah tentu saja akan diisi Pique dan Ramos dengan di backup Raul Albiol. Fullback kiri hampir pasti jadi milik Jordi Alba yang di backup juga oleh Albiol. Fullback kanan akan menjadi rebutan untuk Juanfran dan Azpilicueta yang sama-sama tampil luar biasa setahun terakhir di tim masing-masing. Jika diperlukan, Busquets dan Javi Martinez juga siap turun ke belakang untuk mem backup bek tengah. Pemain belakang yang sedikit artinya banyak pemain tengah dan depan dengan berbagai variasi yang bisa dipilih Del Bosque.
Sektor kiper juga menarik. Seharusnya, tahun ini adalah tahun emas untuk Victor Valdes untuk menjadi pilihan utama di bawah mistar, mengingat kiprah emasnya di Barcelona musim ini dan seringnya Cassilas duduk di bangku cadangan. Sayangnya, cidera parah membuat Valdes kehilangan kesempatan emas ini. De Gea-lah kemudian yang dipanggil untuk menjadi kiper ketiga. Yang saya rasa sebenarnya justru cukup layak untuk menjadi pilihan pertama. Perlu diingat, De Gea adalah pemain terbaik Manchester United musim ini.
Spanyol, unggulan kedua dengan selisih sangat tipis dengan Brazil.

Jika Brazil memiliki barisan bek yang mewah, dan Spanyol diberkahi kemewahan itu di tengah, maka negara yang memiliki barisan penyerang paling mewah adalah : Argentina. Dianugerahi Lionel Messi, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Rodrigo Palacio, dan Ezequiel Lavezzi, siapapun yang diturunkan akan menjadi ancaman serius bagi bek manapun. Mereka adalah sekelompok penyerang-penyerang terbaik dunia, bahkan sebenarnya masih ada Carlos Tevez yang entah mengapa selalu dikesampingkan oleh Sabella. Sayangnya Argentina tidak memiliki rombongan dirijen lini tengah yang istimewa. Dikendalikan utamanya oleh trio Mascherano-Gago-Di Maria, sebenarnya sudah cukup kreatif untuk menyuplai bola ke para striker gila itu, namun terasa timpang jika dikomparasi baik dengan kekuatan lini depan maupun dengan lini tengah tim negara lain. Yang paling timpang adalah mengenai barisan belakangnya. Argentina tidak memiliki "Messi" di belakang. Sebuah hal vital yang menjadi concern terbesar atas kekuatan Argentina secara keseluruhan. Piala Dunia adalah gelar yang paling sering menjadi bahan pembahasan mengenai kekurangan Messi dibanding Maradona. Seharusnya, di usia 26 sekarang ini, di usia ketika Maradona pertama kali meraih Piala Dunia, adalah momen terbaik bagi Messi untuk tidak saja sekedar menyudahi pembahasan tadi, tapi juga untuk melengkapi koleksi tropi mayor yang ada di lemari rumahnya. Sebuah alasan utama yang membuat Messi tidak akan pernah menerima tawaran negara manapun, termasuk Spanyol, untuk menjadi warga negara, kecuali tanah kelahirannya, Argentina.
Argentina, unggulan ketiga saya, semoga lini lain bisa sekuat lini depan.


( sumber : http://www.brazil-wc-2014.com/ )

Unggulan kuat berikutnya adalah : Jerman. Ketika tahun lalu Bayern Muenchen meraih treble dengan Borussia Dortmund menjadi pesaing terberatnya, maka Jerman otomatis menjadi salah satu tim unggulan tertinggi di dunia. Para pemain kunci dua tim ini adalah para pemain timnas yang langganan berada di posisi starter. Di paling belakang ada kiper yang dianggap terbaik di dunia saat ini, Manuel Neuer. Cepat, kuat, berpengaruh, dan nyaman dengan bola menjadikan posisi ini sulit digeser siapapun. Philip Lahm adalah salah satu bek terbaik dunia yang tidak hanya matang secara taktik dan skill, namun juga dari sisi kepemimpinan. Jerman juga memiliki bek tengah yang cukup oke, yaitu Matt Hummels, Jerome Boateng, dan Per Mertesacker. Kemewahan lini tengah juga dimiliki oleh Jerman, meskipun belum semahal Spanyol. Sami Khedira, Bastian Schwensteiger, Mesut ozil, Toni Kroos, Thomas Muller, Julian Draxler, Mario Gotze dan Andre Schurlle menjanjikan kekuatan lini tengah yang tactillay flexible, spartan, technical, dan cerdas. Sayangnya Jerman hanya membawa satu striker murni pada diri Miroslav Klose, karena Mario Gomez yang lebih sering mengalami cidera di musim ini. Dan yang lebih sayang lagi, Bundesliga player of the year tahun ini, si dinamis Marco Reus, harus absen di detik-detik terakhir menjelang keberangkatan ke Brazil karena cidera ketika melakukan uji coba melawan Armenia.
Jerman, masih lawan yang kuat.

Tim yang tidak banyak diperhatikan namun cukup layak untuk disimak kiprahnya di Piala Dunia kali ini adalah : Belgia. Entah apa yang dilakukan federasi sepakbola Belgia sehingga tiba-tiba bisa memunculkan sedemikian banyak nama mentereng yang mendadak menjadi nama-nama top di sepakbola eropa. Thibaut Courtois adalah kiper impian semua tim sepakbola saat ini. Muda, cepat, kuat, berani, handal. Dua gelar Zamora berturut-turut adalah buktinya. Chelsea sangat beruntung memiliki pemain ini. Paling tidak jika Chelsea tidak mampu menahan pemain ini untuk stay di London, jika dijualpun harganya selangit. Toby Alderweireld, Thomas Vermaelen, Vincent Kompany, dan Jan Vertonghen? Barisan belakang yang cukup meyakinkan, bukan? Di tengah ada Kevin Mirallas yang jadi andalan Everton, ada Marouanne Fellaini yang juga jadi (mantan) andalan Everton, disokong oleh Kevin De Bruyne dan Axel Witsel, serta ditambah kedinamisan andalan Chelsea yang kini berharga sangat mahal, Eden Hazard, dan youngster MU, Adnan Januzaj. Di ujung depan sana, Romelu Lukaku siap meledak dan siap untuk membuktikan diri menjadi striker top eropa nantinya. Well, mungkin Piala Dunia kali ini belum jadi sarana mereka untuk benar-benar ke puncak, tapi menjadi kesempatan emas untuk mematangkan generasi emas ini, sehingga bisa berbicara lebih banyak nanti.
Belgia, mari kita tunggu Piala Eropa dua tahun lagi.

Negara yang sedang mengalami tren menanjak adalah Perancis. Paul Pogba, yang secara bodoh dibuang oleh MU, telah berubah menjadi pemain tengah komplit sejak menjadi kunci lini tengah Juventus. Yohan Cabaye, Blaise Matuidi, Moussa Sissoko, dan Remy Cabella adalah punggawa lini tengah yang memang di atas kertas tidak sekelas para dirijen Jerman dan Spanyol. Dengan Hugo Lloris sebagai kiper, rombongan bek Raphael Varane, Patrice Evra, Mamadou Sakho, Eliaquim Mangala, dan Laurent Konscielny, dan tombak depan sekaliber Karim Benzema, Olivier Giroud, dan Loic Remy, Perancis cukup seimbang dan dalam dari belakang hingga depan. Memang disayangkan batalnya kemunculan nama Franck Ribery di daftar nama squad akibat cidera, namun hadirnya Antoine Griezmann dianggap cukup layak untuk mengisi kekosongan itu.
Perancis, The Dark Horse.

Berdasarkan tren performa tim-tim di liga lokalnya, Italia tidaklah terlalu menyeramkan. Nama-nama yang mengisi lineup mereka pun tidak lagi sekaliber -sebut saja- Del Piero, Filpo Inzaghi, Christian Vieri, Paolo Maldini, dan Alessandro Nesta. Living Legend yang masih bermain adalah Gianluigi Buffon dan Andrea Pirlo, ditunjang dengan duo bengal Mario Balotelli dan Antonio Cassano, serta si debutan yang menjanjikan, Ciro Immobile. Namun, Italia tetaplah negara dengan tradisi sepakbola yang kuat dengan identitas permainan yang sangat terkenal. Meskipun bukan unggulan, kurang tepat rasanya jika Italia dipandang sebelah mata.
Italia, hormati tradisi mereka.

Dan, ada Belanda. Terus terang saya tidak banyak kenal dengan deretan nama di barisan belakang Belanda, namun Michel Vorm dan Tim Krul bukanlah kiper ecek-ecek, terutama jika mampu tampil konsisten. Meskipun begitu, trio Nigel De Jong-Wesley Sneijder-Arjen Robben punya segudang pengalaman untuk tampil di laga-laga penting kelas dunia. Tentu saja Robie Van Persie tetap menakutkan di lini depan, apalagi dengan konfidensi yang meningkat seiring dengan diangkatnya pelatih Belanda saat ini menjadi pelatih di timnya juga.
Belanda, harus berjuang keras melawan Chili untuk menemani Spanyol lolos dari grup B.

Tim-tim lain seperti Uruguay, Pantai Gading, dan Portugal mungkin juga cukup diunggulkan, tapi saya tidak terlalu tertarik untuk membahas mereka, mungkin karena selama ini saya kurang memperhatikan mereka. Maybe they will go far, but not too far.


Dan kita tidak perlu membahas Inggris, kan?

---------------------------------------------------------

Bonus :

1. Daftar panjang pemain hebat yang terpaksa absen di Piala Dunia 2014 baik karena tidak lolos, tidak terpilih, maupun cidera :

- Tidak lolos : Ibrahimovic (Swedia), Gareth Bale (Wales).
- Cidera : Victor Valdes, Thiago (Spanyol); Holger Badstuber, Ilkay Gundogan, Mario Gomez, Marco Reus (Jerman); Kevin Strootman (Belanda); Theo Wallcot (Inggris); Riccardo Montolivo (Italia); Franck Ribery (Perancis); Radamel Falcao (Kolombia); Christian Benteke (Belgia).
- Tidak terpilih : Carlos Tevez (Argentina), Samir Nasri (Perancis).

2. Jadwal Lengkap Piala Dunia


(sumber : nastopo.com)

31 Mei 2014

Ocehan Akhir Musim

Tidak banyak hal yang membuat saya termotivasi untuk menulis di musim ini. Opini saya untuk MU sudah mentok di tulisan terakhir saya. Tentang Lazio juga tidak banyak karena saya jarang nonton Lazio bermain akibat jarangnya ditayangkan di tivi. Yang sebenarnya cukup dramatis adalah tentang Barcelona. Sempat menyiapkan tulisan ketika Barcelona kalah 3 beruntun sekaligus di tiga kompetisi, namun kemudian niat saya kembali hilang dan lebih tenggelam dalam nuansa muram penuh kesedihan dan menyiapkan bendera setengah tiang. Harapan sempat muncul di partai terakhir La Liga, namun tidak disahkannya gol Messi akhirnya meresmikan kegelapan musim ini bagi Barcelona.

Yang paling cerah di musim ini adalah mengenai kiprah Arema. Bermaterikan pemain yang lebih seimbang dan dalam, Arema berhasil memuncaki klasemen, paling tidak hingga paruh musim. Belakangan, skema permainan Arema rupanya makin bisa dibaca para lawan, dan terlihat tidak lagi setaktis dan secerdas di awal musim. Hal seperti sangatlah wajar dan biasa dalam mengarungi satu musim penuh, sekaligus menghadirkan deg-deg-ser dan adrenalin setiap kali menonton pertandingan-pertandingan ISL, terutama Arema.

Sekarang, sangat menarik menunggu bergulirnya Piala Dunia yang kira-kira dua minggu lagi bakal dimulai, karena selain memang seru, Piala Dunia selalu menjadi etalase para pemain yang siap mempertontonkan keahliannya untuk membawa negaranya berprestasi, dan jika beruntung kapasitas individualnya bisa saja menggoda tim besar Eropa untuk dipinang. Sebuah pinangan yang juga berarti oportuniti popularitas dan kemewahan duniawi. Kelak, semoga saja saya tetap semangat, saya ingin menulis khusus tentang Piala Dunia kali ini ditambah tentang preferensi unggulan saya.

Di tulisan ini saya ingin sejenak ngoceh ngalor ngidul tentang musim yang baru berlalu sekaligus harapan buat musim depan.

Well, musim ini cukup jadi anomali. Messi ga dapet Ballon D'Or dan tidak ada di tim terbaik La Liga, Arsenal dapat gelar, MU ga lolos liga eropa, Real Madrid dapat gelar Liga Champion, tim yang mengalahkan Barcelona tidak juara Champion, juara La Liga bukan Barcelona atau Real Madrid, Liverpool bersaing jadi juara hingga partai terakhir, dan akankah serangkaian anomali ini nantinya diakhiri dengan kesuksesan Inggris menjadi juara dunia? Silakan tertawa sejenak jika memang pingin.

Ini adalah musim terbaik untuk para MU Haters, karena entah mengapa begitu susahnya bagi seseorang yang sebut saja namanya Moyes untuk mengajak para pemain MU rela berjuang untuk cari kemenangan. Skuad yang nyaris sama persis dengan musim lalu itu tampil melempem di sebagian besar pertandingan Liga. Padahal ini skuad juara bertahan. Moyes pun mencatat banyak sekali rekor. Rekor yang sebaiknya tidak perlu lagi diingat-ingat. Rekor yang saya yakin tidak akan lagi ada musim depan, karena MU telah menunjuk pelatih yang lebih teruji. Orang itu adalah Van Gaal. Lebih ada harapan yang bisa digantungkan, mengingat CV Van Gaal cukup tebal. Saya harus mengakui bahwa di musim ini pendapat saya mengenai Fellaini tidak tepat. Entah apa yang akan dilakukan Van Gaal pada si kribo ini, semoga saja di piala dunia dia bisa menemukan lagi semangat dan niat main bolanya yang kemarin-kemarin mungkin nyebur di kali deket merseyside. Jika melihat track record Van Gaal, harapan untuk melihat MU kembali bermain atraktif, kuat, dan mengorbitkan banyak pemain muda jadi kembali melambung tinggi. The old Manchester United is soon arriving.

Dan Barcelona.

Ah, banyak sekali yang ingin saya ocehkan tentang Barcelona ini. Sempat bagus banget di paruh pertama kompetisi, eh kemudian mlempem dan sering banget bermain tanpa intensitas dan seolah tidak terlalu ingin menang. Memang ini adalah musim yang berat, mengingat banyak hal terjadi di dalam dan, lebih lagi, di luar lapangan. Pelatih baru, banyak cidera, Neymar si pemain baru, berkolaborasi dengan serangkaian kasus hukum, presiden mundur, transfer ban, hingga kematian Tito Villanova. Bisa saja ini menjadi alasan terdepan, namun tetap saja sebagai penonton saya tetap berharap lebih. Namun ya begitulah adanya, Barcelona hanya meraih Piala Super Spanyol di awal musim menyingkirkan Atletico Madrid, tim yang tidak pernah dikalahkan Barcelona di enam kali pertemuan musim ini. Perasaan paling mendominasi ketika musim ini berakhir adalah : Lega.

Lega karena musim aneh ini sudah berlalu, dan lega karena wake up call kali ini jauh lebih besar daripada sebelumnya. Dan dengan tidak adanya tropi di akhir musim ini, maka saya merasa dominasi Barca era Guardiola resmi berakhir, sehingga fans Barcelona tidak perlu lagi terjebak di masa itu, dan bisa merasa bahwa sudah waktunya Barcelona berbuat sesuatu yang lebih masif. Penunjukan Luis Enrique adalah langkah awalnya. Sebagai orang yang mengenal Barcelona luar dalam sejak lama, ditambah pengalaman dua tahun melatih tim lain, Lucho punya banyak bekal untuk memoles Barcelona menjadi tim yang kuat, tanpa meninggalkan filosofi mendasar, namun dengan sentuhan baru yang berbeda. Apa bedanya? Entahlah. Semoga saja memang ada yang berbeda. Barcelona effect sudah sangat viral, sehingga begitu dikenal dan dipelajari dengan baik di seluruh dunia, sehingga jadi pe er besar buat Enrique untuk tetap berada di track identitas itu tanpa harus menjadi mudah terbaca.

Lucho juga sangat familiar dengan para pemain muda Barcelona. Ini menjadi modal yang sangat kuat untuk kembali menjadikan La Masia salah satu pabrik pemain hebat yang dicetak dan digunakan oleh Barcelona. Paling tidak pemulangan Deulofeu dan Rafinha yang sangat diinginkan Luis Enrique cukup menjadi sinyal yang lebih baik daripada apa yang dilakukan Tata Martino yang kurang mengenal segudang (literally, maybe) potensi besar di sekolah bola di pelataran halaman Barcelona itu. Kenyataannya, jika sempat melirik ke bawah sebentar, tahun ini tim junior Barcelona mampu meraih 16 gelar yang sangat prestisius di berbagai level. The future is on their hands.

Dua nama yang hilang dari daftar pemain Barcelona musim depan, Puyol dan Valdes, pasti akan membawa pengaruh besar untuk bentuk permainan Barcelona. Kemudian board Barcelona mengatakan akan mendatangkan banyak pemain, terutama dua kiper, dua bek, satu pemain tengah, satu winger, dan satu striker. Bisakah ini disebut revolusi? Puyol adalah playmaker mental yang bisa saja adalah yang terbaik yang pernah dimiliki Barcelona. Valdes, indeed, adalah kiper terbaik sepanjang sejarah klub. Mungkinkah dicari penggantinya? Well, menarik untuk melihat pergerakan manajemen Barcelona bersama dengan Enrique untuk mengatasi hal ini. Berita terakhir mengatakan, club telah mengkonfirmasi mengangkat Puyol sebagai "Assistant to Sport Management". Satu lagi eks pemain sekaligus kapten Barcelona yang berada di jajaran manajemen Barcelona. Mes Que Un Club.

Dan setelah lega, yang mengiringi kemudian adalah : optimis.

For both Barcelona and Manchester United.

Makin excited menunggu musim depan.

Dan menunggu FM 2015.

Terakhir, ada pesan buat yang telah lama terlelap di Italia.
Bangkitlah nak, wahai tim ibukota. Lihatlah tetanggamu yang menguat. Aku ingin melihat kuartet lini tengahmu jadi yang terbaik lagi di Italia. Semoga board mu mulai terketuk hatinya untuk mengembalikanmu ke jalur yang sama dengan yang terjadi 15 tahun yang lalu. Aamiin.