15 Juni 2014

Akhirnya Aku Mencintaimu, Spurs


Saya tidak pernah ngefans berat ke satu tim tertentu di NBA, tapi saya tetap punya preferensi khusus tiap musimnya. Sialnya, tahun ini Final NBA mempertemukan dua tim yang saya kurang suka. Dulu, San Antonio Spurs selalu bermain dengan defense ketat dan sangat disiplin, yang mengakibatkan permainan menjadi kurang mengalir dan asik untuk ditonton. Bahkan permainan defensif Spurs ini dulu pernah menjadi catatan tersendiri oleh NBA karena ternyata ketika Spurs masuk ke Final NBA, penonton di seluruh dunia cenderung menurun dengan jumlah signifikan. Sejak saat itulah saya selalu mendukung lawan Spurs di Final. 

Tahun inipun begitu. Sejak Final wilayah, ketika Spurs bertemu Thunder, selain memang saya ga suka Spurs, saya juga cukup mengidolakan Thunder dengan Kevin Durant-nya, sebagaimana juga tahun ini saya suka LA Clippers dan Indiana Pacers. Lha kok ndilalah Thunder harus bertekuk lutut di hadapan tim pimpinan Tim Duncan itu.

Sementara itu, di wilayah sebelah, saya juga mendadak ga suka Heat sejak tim ini mengakuisisi LeBron James dari Cleveland Cavaliers. Saya merasa ini seperti tindakan pengecut. LeBron, yang dianggap ikon terbaru NBA yang paling mendekati Michael Jordan di masa jayanya, seharusnya lebih diperlukan Cavaliers untuk membangun tim, bukannya memilih hijrah ke tim lain yang lebih mapan dan memiliki bintang lebih banyak. Jordan setia di Bulls (well, dengan mengesampingkan The-All-New-Jordan yang pernah mampir di Washington Wizards), dan mengangkat rekan-rekan setimnya yang bukan superstar besar di masa itu, hingga akhirnya bisa menjadi pemain legendaris yang dikenang fans NBA di seluruh dunia. Sedangkan James, dia memilih untuk pergi untuk bergabung bersama Dwyane Wade, ikon Heat sebelumnya, dan Chris Bosh, ex superstar Raptors. Seharusnya, dengan label "The Next Jordan", yang juga saya agak akui kebenarannya, James mampu membangun tim di sekitarnya dengan dia menjadi porosnya. Just like Jordan. So, sebenarnya ketidaksukaan saya ini adalah pujian, karena saya hampir menyandingkan dia dengan icon No 1 NBA sepanjang masa. Karena itulah, terasa sangat menyenangkan ketika melihat Heat kalah secara dramatis di Final NBA, seperti yang terjadi di tahun 2011 ketika Dallas Mavericks sukses jadi juara.

Jadi, Final kali ini mempertemukan dua tim yang tidak saya suka.

Tapi apalah asiknya menonton NBA tanpa condong mendukung satu tim?

Saya harus memilih.

Salah satu.

Prabowo atau Jokowi.

Eh maaf, ini kan bukan tulisan politik.

Maksud saya Heat atau Spurs.

Setelah saya menanyakan pada lubuk hati saya yang paling dalam, saya menjatuhkan pilihan pada Spurs. Bukan karena menonton Spurs membuat saya lebih senang, tapi lebih karena melihat Heat juara tidak terlalu membuat saya puas. Heat, dengan James di dalamnya, harus kalah. Titik.

Dan ternyata, meskipun Spurs sempat kecolongan di game kedua di kandang sendiri berkat defense ketat Heat, Spurs akhirnya mampu menekan tombol ON terus menerus pada shooter-shooter jitunya yang membuat defense ketat Heat itu kedodoran dan kehilangan motivasi.

Heat yang unggul di dalam berkat peran James-Wade-Bosh ternyata kalah dari kepemimpinan trio veteran Parker-Duncan-Ginobili, yang kali ini didukung barisan shoote-shooter handal. Heat jelas kalah di posisi playmaker dan center, dan di Final ini James seperti berjuang sendirian, entah karena egois, atau minimnya determinasi dari rekan-rekan lainnya.

Ya intinya, Miami Heat ga jadi juara NBA 2014. End of story.
Jika seandainya musim depan James balik kucing ke Cavaliers, maka saya akan dengan senang hati melihat Cavaliers jaya kembali, dan akan puas mendukungnya hingga jadi juara. Tapi lebih senang lagi kalau Durant mampu membawa timnya meraih cincin. Kan James udah pernah...

Ya sebenarnya, kalau nonton NBA ini saya labil juga. Dulu, saya seneng banget ketika Kevin Garnett pindah dari Wolves menuju Celtics untuk bergabung dengan Paul Pierce dan Ray Allen. Saya merasa Garnett deserves a ring. Itu saja. Kemudian setelah Garnett jadi juara ya dukung Celtics nya udah ga ngebet-ngebet amat.

Begitu juga ketika Howard dan Nash bergabung ke Lakers. Waktu itu karena merasa Bryant perlu center yang dominan, dan seperti Garnett, Nash juga layak untuk dapet paling tidak satu cincin juara. He's a legend. Mumpung masih aktif, dan supaya nantinya tidak bergabung dengan ring-less legend macam Charles Barkley, Karl Malone, dan Jeff Hornacek.

Well, yang penting tahun ini James dan Heat nya lagi-lagi gagal juara. Dan yang menggagalkan itu adalah San Antonio Spurs. For this reason, I Finally Loves You, Spurs.

Tapi ya cuman sekarang ya. Not quite sure for another season.

Sekian.

12 Juni 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-1)

Waktunya main-main dengan prediksi. Lha namanya juga prediksi, bisa benar dan bisa salah. Kalo salah ya wis, kalo ndilalah bener yang senengnya minta ampun. Sejak mulai nulis di blog ini, Piala Dunia tahun ini adalah Piala Dunia pertama, jadi ya sepertinya kali ini bakal saya asik-asik kan sendiri lewat prediksi saya sendiri yang nantinya juga saya nilai dan koreksi sendiri. Kalau ada yang ikutan baca, trus manggut-manggut atau geleng-geleng, atau tertawa terbahak-bahak, atau jadi bahan bluffing pas nongkrong, atau malah jadi dasar pasang taruhan ya itu komplimen buat saya.

Jadi, mari asik-asikan dan lucu-lucuan dengan main prediksi-prediksian.



Grup A
Brazil, Kroasia, Kamerun, Meksiko.

Berdasarkan tulisan saya sebelumnya, jelas yang lolos pertama adalah Brazil. Berstatus juara grup. Tinggal bicara pendampingnya nih. Karena Kroasia, Kamerun, dan Meksiko relatif punya kekuatan yang tidak berbeda jauh. Jika materi tidak timpang, maka mentalitas, pengalaman, dan strategi pelatih akan memegang peranan penting. Kamerun cenderung punya banyak masalah, seperti berita "lucu" terakhir yang menceritakan bahwa para pemain sempat ngambek tidak jadi berangkat jika permasalahan bonus belum tuntas. Well, masalah sebenernya seperti apa saya tidak benar-benar tahu, tapi jelas nampak bahwa soliditas mereka sangat terganggu. Di Meksiko ada Chicarito dan Rafa Marquez yang cukup menularkan pengalaman kompetitif. Namun, saya memprediksikan Kroasia yang dipimpin duo juara eropa, Luka Modric dan Ivan Rakitic, akan melenggang tidak mulus menemani Brazil.

Grup B
Spanyol, Belanda, Chili, Australia

Juga berdasarkan tulisan sebelumnya, maka Spanyol akan lolos sebagai juara grup. Dan dari tiga yang tersisa, Australia saya rasa memiliki materi paling lemah, sehingga menyisakan Belanda dan Chili untuk bertarung memperebutkan posisi runner up. Untuk yang ini my vote (or hope?) goes to Chili. Yang sangat penting, Spanyol di Grup B dan Brazil di Grup A harus menempati peringkat yang tidak sama, misal : sama-sama juara grup atau sama-sama runner up, supaya tidak langsung bertemu di babak selanjutnya, dan menjaga posisi untuk adanya final ideal.

Grup C
Kolombia, Yunani, Pantai Gading, Jepang

Saya rasa ini adalah tim neraka, karena terdiri dari empat tim yang memiliki kemampuan merata. Sama-sama menengah. Kolombia memang melemah dengan alpanya Falcao. Yunani terkenal punya pertahanan kuat. Pantai Gading adalah tim afrika yang diisi pemain-pemain elit macam Toure bersaudara dan Didier Drogba. Dan Jepang bisa jadi adalah tim terkuat di Asia. Agak berat saya memprediksikan ini, tapi ya sudahlah, secara asal-asalan saya mengajukan Pantai Gading dan Jepang untuk maju terus ke babak selanjutnya di posisi 1 dan 2.

Grup D
Uruguay, Kosta Rika, Inggris, Italia.

Pertama saya merasa perlu untuk (dengan penuh rasa hormat) mengesampingkan Kosta Rika dari persaingan tiga tim lainnya. Inggris sama sekali tidak pernah membuat saya percaya mereka bisa melakukan hal yang di luar ekspektasi. Meskipun memiliki Liga yang dianggap paling borjuis sedunia, timnasnya selalu melempem dalam beberapa turnamen penting terakhir, bahkan ketika Scholes, Beckham, Gerrard, dan Lampard yang waktu itu dianggap kuartet paling top sedunia masih bermain bersama. Entah karena terlanjur sok artis, infleksibilitas strategi, kecapekan setelah ber liga setahun penuh, atau kekurangcakapan pelatih, Inggris yang dihuni pemain berlabel harga tinggi tidak pernah tampil meyakinkan di turnamen Internasional. Tapi kalo untuk lolos grup ya, masih mungkin lah. Saya rasa Inggris bakal lolos sebagai juara grup, ditemani Uruguay. untuk Italia, ya gimana ya, Liga nya belum benar-benar pulih jadi Liga elit, pemain muda yang muncul tidak banyak, dan permasalahan internal organisasi nya sepertinya terlalu pelik untuk diuraikan. Yang mungkin menolong Italia adalah faktor tradisi. Juara dunia 4 kali, gitu loch. Tapi ya tetep, prediksi saya Italia ga lolos fase grup. Eh, tapi kemarin-kemarin biarpun Italia tidak meyakinkan di partai-partai ujicoba, akhirnya tetap berprestasi bagus ketika turnamen benar-benar berjalan. Jadi, gimana dong?
Btw, kalo sebelumnya saya males bahas Inggris, kenapa kali ini Inggris dapet jatah dibahas paling panjang ya?

Grup E
Swiss, Ekuador, Perancis, Honduras

Jika dilihat bahwa di musim ini banyak anomali, maka bukan tidak mungkin itu berarti Honduras akan menjadi juara dunia. Tapi itu lebay. Maaf. Saya memperkirakan Honduras akan tersisih tanpa meraih kemenangan. Perancis lah yang akan lolos sebagai juara grup, ditemani Swiss. Waktunya bagi Perancis untuk mengembalikan reputasi mereka, dan waktunya bagi Swiss untuk berbicara lantang di level dunia melalui kiprah Valon Behrami, Gokhan Inler, Xherdan Shaqiri, dan kawan-kawan. Valencia, maafkan aku yang menyepelekanmu ya, Bro...

Grup F
Argentina, Bosnia-Herzegovina, Iran, Nigeria

Yes, Argentina akan melaju tanpa terkendala banyak. Meskipun barisan bek nya ga hebat-hebat amat, performa Argentina sangat meyakinkan di babak kualifikasi. Jadi kalo melewati fase grup ya masih belum sulit lah. Tim yang paling berpeluang untuk menemani Argentina adalah Nigeria.

Grup G
Jerman, Portugal, Ghana, USA

Ini juga cukup seru. Jerman masih tangguh, Portugal diberkahi CR7 factor, Ghana diisi pemain-pemain berotot yang besar di Eropa, dan USA mulai menata soccer-nya dengan lebih baik. Jerman masih terdepan, dan lawan terberatnya adalah Portugal, selama CR7 tidak menanggung beban berat itu sendirian. Ya, Ghana punya Michael Essien, tapi cukup berat untuk bisa meletakkan posisi klasemen diatas Jerman dan Portugal. Begitu pula USA.

Grup H
Belgia, Aljazair, Rusia, Korea Selatan

Belgia adalah calon raksasa baru eropa, meskipun tampak belum se stabil Rusia. Korsel mungkin baru akan berjaya lagi ketika jadi tuan rumah. Aljazair? Good luck, bro...


(bersambung)

10 Juni 2014

Piala Dunia Lebih Seru Daripada Black Campaign

Oke, mari kita lupakan sejenak pilpres, hayuk ngobrol tentang Piala Dunia.


Saya rasa, unggulan teratas Piala Dunia kali ini adalah Brazil. Selain faktor tuan rumah, keberhasilan mereka menjuarai Piala Konfederasi tahun lalu cukup membuat publik melek tentang kekuatan mereka yang sebenarnya. Skuat yang merata, minim superstar yang menonjol dominan sendirian, dan kekuatan tradisi membuat Brazil kembali berada di garis terdepan calon juara. Memang kali ini tidak lagi ada pemain yang benar-benar merajai eropa seperti dulu ada Ronaldo, Ronaldinho, atau Rivaldo, namun skuat yang muda ini memiliki potensi besar yang siap meledak. Andalan terdepannya adalah Neymar. Memang belum selevel tiga nama berawalan R yang baru saja saya sebut, tapi terbukti di Piala Konfederasi perannya sangat vital dalam mengkreasikan serangan. Lupakan sejenak tentang kiprahnya di Barcelona, yang sebenarnya juga tidak jelek, tapi Neymar dalam baju kuning akan menjadi orang yang berbeda. Yang terbilang paling mewah di timnas Brazil adalah barisan pertahanannya. Thiago Silva, Dante dan David Luiz termasuk dalam jajaran bek elit eropa. Belum lagi ditunjang dengan eksplosifitas Marcelo/Maxwell dan Maicon/Dani Alves di posisi fullback. Kekuatan pertahanan mereka ditunjang dengan kecepatan barisan penyerang sangat pas untuk kompetisi yang pendek dan padat seperti Piala Dunia ini. Apalagi dengan dukungan para pemain tengah seperti Oscar, Ramires, Paulinho, Fernandinho, Hernanes, dan Willian, Brazil saat ini sudah siap menghadapi tim manapun dengan gaya apapun.
Brazil, paling favorit.

Tapi tunggu dulu, jangan dulu remehkan Spanyol. Berstatus juara bertahan Piala Dunia yang sekaligus pemegang dua Piala Eropa terakhir berturut-turut tentu menggambarkan situasi timnas Spanyol saat ini. Lihat saja deretan pemain tengahnya. Mari kita sebut satu-satu. Iniesta, Xavi, Busquets dan Fabregas adalah pemain-pemain inti Barcelona yang bertahun-tahun menjadi tulang punggung permainan timnas Spanyol dalam meraih banyak gelar bergengsi. Memang saat ini pola permainan possession-based ala Barcelona tidak lagi berada di puncak kejayaan, sehingga dominasi lini tengah Barcelona di timnas Spanyol mungkin akan tergeser. Jadi mari kita lihat siapa saja kandidat penggantinya. Xabi Alonso adalah jenderal Real Madrid sekaligus pemegang posisi penting di depan bek-bek timnas Spanyol yang hingga saat ini sepertinya masih tak tergantikan. Javi Martinez adalah puzzle penyeimbang format tim Bayern Muenchen yang begitu digdaya musim lalu. Juan Mata sebelum pindah ke MU adalah pemain terbaik Chelsea. Koke adalah jantung permainan si juara liga spanyol, Atletico Madrid. David Silva adalah kunci kreatifitas si juara liga inggris, Manchester City. Santi Cazorla adalah aktor penting dibalik kebangkitan Arsenal. Untuk urusan lini tengah, Spanyol lah yang paling mewah. Dan jika kita sempat melihat ke pemain-pemain juniornya, maka kita akan masih melihat timnas Spanyol yang sangat kuat hingga bertahun-tahun ke depan.
Barisan penyerang Spanyol memang tak sementereng lini tengahnya, namun sekarang bisa dibilang adalah kombinasi terkuat dibanding 6 tahun terakhir. Sejak diberi kepercayaan lebih di Atletico Madrid, David Villa seperti meraih kembali energi nya sebagai salah satu striker terbaik Spanyol sepanjang sejarah. Fernando Torres bisa saja disebut flop di Chelsea, tapi Torres terbukti selalu moncer di sebuah turnamen. Pedro adalah penyerang versatile yang sangat militan dan bisa bergerak dari mana saja. Dan yang melengkapi tiga pemain ini adalah adanya Diego Costa, seorang striker petarung yang memiliki determinasi tinggi dan kemampuan finishing sangat bagus.
Awalnya saya menyayangkan timnas Spanyol yang hanya membawa enam orang untuk mengisi barisan pertahanan, namun rupanya justru ini bisa menggambarkan kecerdasan taktik Del Bosque. Dalam turnamen yang berlangsung tidak lama, barisan pertahanan menjadi daerah yang paling rigid karena tidak membutuhkan rotasi yang sering dan tidak memerlukan fleksibilitas taktis yang tinggi. Duet bek tengah tentu saja akan diisi Pique dan Ramos dengan di backup Raul Albiol. Fullback kiri hampir pasti jadi milik Jordi Alba yang di backup juga oleh Albiol. Fullback kanan akan menjadi rebutan untuk Juanfran dan Azpilicueta yang sama-sama tampil luar biasa setahun terakhir di tim masing-masing. Jika diperlukan, Busquets dan Javi Martinez juga siap turun ke belakang untuk mem backup bek tengah. Pemain belakang yang sedikit artinya banyak pemain tengah dan depan dengan berbagai variasi yang bisa dipilih Del Bosque.
Sektor kiper juga menarik. Seharusnya, tahun ini adalah tahun emas untuk Victor Valdes untuk menjadi pilihan utama di bawah mistar, mengingat kiprah emasnya di Barcelona musim ini dan seringnya Cassilas duduk di bangku cadangan. Sayangnya, cidera parah membuat Valdes kehilangan kesempatan emas ini. De Gea-lah kemudian yang dipanggil untuk menjadi kiper ketiga. Yang saya rasa sebenarnya justru cukup layak untuk menjadi pilihan pertama. Perlu diingat, De Gea adalah pemain terbaik Manchester United musim ini.
Spanyol, unggulan kedua dengan selisih sangat tipis dengan Brazil.

Jika Brazil memiliki barisan bek yang mewah, dan Spanyol diberkahi kemewahan itu di tengah, maka negara yang memiliki barisan penyerang paling mewah adalah : Argentina. Dianugerahi Lionel Messi, Sergio Aguero, Gonzalo Higuain, Rodrigo Palacio, dan Ezequiel Lavezzi, siapapun yang diturunkan akan menjadi ancaman serius bagi bek manapun. Mereka adalah sekelompok penyerang-penyerang terbaik dunia, bahkan sebenarnya masih ada Carlos Tevez yang entah mengapa selalu dikesampingkan oleh Sabella. Sayangnya Argentina tidak memiliki rombongan dirijen lini tengah yang istimewa. Dikendalikan utamanya oleh trio Mascherano-Gago-Di Maria, sebenarnya sudah cukup kreatif untuk menyuplai bola ke para striker gila itu, namun terasa timpang jika dikomparasi baik dengan kekuatan lini depan maupun dengan lini tengah tim negara lain. Yang paling timpang adalah mengenai barisan belakangnya. Argentina tidak memiliki "Messi" di belakang. Sebuah hal vital yang menjadi concern terbesar atas kekuatan Argentina secara keseluruhan. Piala Dunia adalah gelar yang paling sering menjadi bahan pembahasan mengenai kekurangan Messi dibanding Maradona. Seharusnya, di usia 26 sekarang ini, di usia ketika Maradona pertama kali meraih Piala Dunia, adalah momen terbaik bagi Messi untuk tidak saja sekedar menyudahi pembahasan tadi, tapi juga untuk melengkapi koleksi tropi mayor yang ada di lemari rumahnya. Sebuah alasan utama yang membuat Messi tidak akan pernah menerima tawaran negara manapun, termasuk Spanyol, untuk menjadi warga negara, kecuali tanah kelahirannya, Argentina.
Argentina, unggulan ketiga saya, semoga lini lain bisa sekuat lini depan.


( sumber : http://www.brazil-wc-2014.com/ )

Unggulan kuat berikutnya adalah : Jerman. Ketika tahun lalu Bayern Muenchen meraih treble dengan Borussia Dortmund menjadi pesaing terberatnya, maka Jerman otomatis menjadi salah satu tim unggulan tertinggi di dunia. Para pemain kunci dua tim ini adalah para pemain timnas yang langganan berada di posisi starter. Di paling belakang ada kiper yang dianggap terbaik di dunia saat ini, Manuel Neuer. Cepat, kuat, berpengaruh, dan nyaman dengan bola menjadikan posisi ini sulit digeser siapapun. Philip Lahm adalah salah satu bek terbaik dunia yang tidak hanya matang secara taktik dan skill, namun juga dari sisi kepemimpinan. Jerman juga memiliki bek tengah yang cukup oke, yaitu Matt Hummels, Jerome Boateng, dan Per Mertesacker. Kemewahan lini tengah juga dimiliki oleh Jerman, meskipun belum semahal Spanyol. Sami Khedira, Bastian Schwensteiger, Mesut ozil, Toni Kroos, Thomas Muller, Julian Draxler, Mario Gotze dan Andre Schurlle menjanjikan kekuatan lini tengah yang tactillay flexible, spartan, technical, dan cerdas. Sayangnya Jerman hanya membawa satu striker murni pada diri Miroslav Klose, karena Mario Gomez yang lebih sering mengalami cidera di musim ini. Dan yang lebih sayang lagi, Bundesliga player of the year tahun ini, si dinamis Marco Reus, harus absen di detik-detik terakhir menjelang keberangkatan ke Brazil karena cidera ketika melakukan uji coba melawan Armenia.
Jerman, masih lawan yang kuat.

Tim yang tidak banyak diperhatikan namun cukup layak untuk disimak kiprahnya di Piala Dunia kali ini adalah : Belgia. Entah apa yang dilakukan federasi sepakbola Belgia sehingga tiba-tiba bisa memunculkan sedemikian banyak nama mentereng yang mendadak menjadi nama-nama top di sepakbola eropa. Thibaut Courtois adalah kiper impian semua tim sepakbola saat ini. Muda, cepat, kuat, berani, handal. Dua gelar Zamora berturut-turut adalah buktinya. Chelsea sangat beruntung memiliki pemain ini. Paling tidak jika Chelsea tidak mampu menahan pemain ini untuk stay di London, jika dijualpun harganya selangit. Toby Alderweireld, Thomas Vermaelen, Vincent Kompany, dan Jan Vertonghen? Barisan belakang yang cukup meyakinkan, bukan? Di tengah ada Kevin Mirallas yang jadi andalan Everton, ada Marouanne Fellaini yang juga jadi (mantan) andalan Everton, disokong oleh Kevin De Bruyne dan Axel Witsel, serta ditambah kedinamisan andalan Chelsea yang kini berharga sangat mahal, Eden Hazard, dan youngster MU, Adnan Januzaj. Di ujung depan sana, Romelu Lukaku siap meledak dan siap untuk membuktikan diri menjadi striker top eropa nantinya. Well, mungkin Piala Dunia kali ini belum jadi sarana mereka untuk benar-benar ke puncak, tapi menjadi kesempatan emas untuk mematangkan generasi emas ini, sehingga bisa berbicara lebih banyak nanti.
Belgia, mari kita tunggu Piala Eropa dua tahun lagi.

Negara yang sedang mengalami tren menanjak adalah Perancis. Paul Pogba, yang secara bodoh dibuang oleh MU, telah berubah menjadi pemain tengah komplit sejak menjadi kunci lini tengah Juventus. Yohan Cabaye, Blaise Matuidi, Moussa Sissoko, dan Remy Cabella adalah punggawa lini tengah yang memang di atas kertas tidak sekelas para dirijen Jerman dan Spanyol. Dengan Hugo Lloris sebagai kiper, rombongan bek Raphael Varane, Patrice Evra, Mamadou Sakho, Eliaquim Mangala, dan Laurent Konscielny, dan tombak depan sekaliber Karim Benzema, Olivier Giroud, dan Loic Remy, Perancis cukup seimbang dan dalam dari belakang hingga depan. Memang disayangkan batalnya kemunculan nama Franck Ribery di daftar nama squad akibat cidera, namun hadirnya Antoine Griezmann dianggap cukup layak untuk mengisi kekosongan itu.
Perancis, The Dark Horse.

Berdasarkan tren performa tim-tim di liga lokalnya, Italia tidaklah terlalu menyeramkan. Nama-nama yang mengisi lineup mereka pun tidak lagi sekaliber -sebut saja- Del Piero, Filpo Inzaghi, Christian Vieri, Paolo Maldini, dan Alessandro Nesta. Living Legend yang masih bermain adalah Gianluigi Buffon dan Andrea Pirlo, ditunjang dengan duo bengal Mario Balotelli dan Antonio Cassano, serta si debutan yang menjanjikan, Ciro Immobile. Namun, Italia tetaplah negara dengan tradisi sepakbola yang kuat dengan identitas permainan yang sangat terkenal. Meskipun bukan unggulan, kurang tepat rasanya jika Italia dipandang sebelah mata.
Italia, hormati tradisi mereka.

Dan, ada Belanda. Terus terang saya tidak banyak kenal dengan deretan nama di barisan belakang Belanda, namun Michel Vorm dan Tim Krul bukanlah kiper ecek-ecek, terutama jika mampu tampil konsisten. Meskipun begitu, trio Nigel De Jong-Wesley Sneijder-Arjen Robben punya segudang pengalaman untuk tampil di laga-laga penting kelas dunia. Tentu saja Robie Van Persie tetap menakutkan di lini depan, apalagi dengan konfidensi yang meningkat seiring dengan diangkatnya pelatih Belanda saat ini menjadi pelatih di timnya juga.
Belanda, harus berjuang keras melawan Chili untuk menemani Spanyol lolos dari grup B.

Tim-tim lain seperti Uruguay, Pantai Gading, dan Portugal mungkin juga cukup diunggulkan, tapi saya tidak terlalu tertarik untuk membahas mereka, mungkin karena selama ini saya kurang memperhatikan mereka. Maybe they will go far, but not too far.


Dan kita tidak perlu membahas Inggris, kan?

---------------------------------------------------------

Bonus :

1. Daftar panjang pemain hebat yang terpaksa absen di Piala Dunia 2014 baik karena tidak lolos, tidak terpilih, maupun cidera :

- Tidak lolos : Ibrahimovic (Swedia), Gareth Bale (Wales).
- Cidera : Victor Valdes, Thiago (Spanyol); Holger Badstuber, Ilkay Gundogan, Mario Gomez, Marco Reus (Jerman); Kevin Strootman (Belanda); Theo Wallcot (Inggris); Riccardo Montolivo (Italia); Franck Ribery (Perancis); Radamel Falcao (Kolombia); Christian Benteke (Belgia).
- Tidak terpilih : Carlos Tevez (Argentina), Samir Nasri (Perancis).

2. Jadwal Lengkap Piala Dunia


(sumber : nastopo.com)