31 Mei 2014

Ocehan Akhir Musim

Tidak banyak hal yang membuat saya termotivasi untuk menulis di musim ini. Opini saya untuk MU sudah mentok di tulisan terakhir saya. Tentang Lazio juga tidak banyak karena saya jarang nonton Lazio bermain akibat jarangnya ditayangkan di tivi. Yang sebenarnya cukup dramatis adalah tentang Barcelona. Sempat menyiapkan tulisan ketika Barcelona kalah 3 beruntun sekaligus di tiga kompetisi, namun kemudian niat saya kembali hilang dan lebih tenggelam dalam nuansa muram penuh kesedihan dan menyiapkan bendera setengah tiang. Harapan sempat muncul di partai terakhir La Liga, namun tidak disahkannya gol Messi akhirnya meresmikan kegelapan musim ini bagi Barcelona.

Yang paling cerah di musim ini adalah mengenai kiprah Arema. Bermaterikan pemain yang lebih seimbang dan dalam, Arema berhasil memuncaki klasemen, paling tidak hingga paruh musim. Belakangan, skema permainan Arema rupanya makin bisa dibaca para lawan, dan terlihat tidak lagi setaktis dan secerdas di awal musim. Hal seperti sangatlah wajar dan biasa dalam mengarungi satu musim penuh, sekaligus menghadirkan deg-deg-ser dan adrenalin setiap kali menonton pertandingan-pertandingan ISL, terutama Arema.

Sekarang, sangat menarik menunggu bergulirnya Piala Dunia yang kira-kira dua minggu lagi bakal dimulai, karena selain memang seru, Piala Dunia selalu menjadi etalase para pemain yang siap mempertontonkan keahliannya untuk membawa negaranya berprestasi, dan jika beruntung kapasitas individualnya bisa saja menggoda tim besar Eropa untuk dipinang. Sebuah pinangan yang juga berarti oportuniti popularitas dan kemewahan duniawi. Kelak, semoga saja saya tetap semangat, saya ingin menulis khusus tentang Piala Dunia kali ini ditambah tentang preferensi unggulan saya.

Di tulisan ini saya ingin sejenak ngoceh ngalor ngidul tentang musim yang baru berlalu sekaligus harapan buat musim depan.

Well, musim ini cukup jadi anomali. Messi ga dapet Ballon D'Or dan tidak ada di tim terbaik La Liga, Arsenal dapat gelar, MU ga lolos liga eropa, Real Madrid dapat gelar Liga Champion, tim yang mengalahkan Barcelona tidak juara Champion, juara La Liga bukan Barcelona atau Real Madrid, Liverpool bersaing jadi juara hingga partai terakhir, dan akankah serangkaian anomali ini nantinya diakhiri dengan kesuksesan Inggris menjadi juara dunia? Silakan tertawa sejenak jika memang pingin.

Ini adalah musim terbaik untuk para MU Haters, karena entah mengapa begitu susahnya bagi seseorang yang sebut saja namanya Moyes untuk mengajak para pemain MU rela berjuang untuk cari kemenangan. Skuad yang nyaris sama persis dengan musim lalu itu tampil melempem di sebagian besar pertandingan Liga. Padahal ini skuad juara bertahan. Moyes pun mencatat banyak sekali rekor. Rekor yang sebaiknya tidak perlu lagi diingat-ingat. Rekor yang saya yakin tidak akan lagi ada musim depan, karena MU telah menunjuk pelatih yang lebih teruji. Orang itu adalah Van Gaal. Lebih ada harapan yang bisa digantungkan, mengingat CV Van Gaal cukup tebal. Saya harus mengakui bahwa di musim ini pendapat saya mengenai Fellaini tidak tepat. Entah apa yang akan dilakukan Van Gaal pada si kribo ini, semoga saja di piala dunia dia bisa menemukan lagi semangat dan niat main bolanya yang kemarin-kemarin mungkin nyebur di kali deket merseyside. Jika melihat track record Van Gaal, harapan untuk melihat MU kembali bermain atraktif, kuat, dan mengorbitkan banyak pemain muda jadi kembali melambung tinggi. The old Manchester United is soon arriving.

Dan Barcelona.

Ah, banyak sekali yang ingin saya ocehkan tentang Barcelona ini. Sempat bagus banget di paruh pertama kompetisi, eh kemudian mlempem dan sering banget bermain tanpa intensitas dan seolah tidak terlalu ingin menang. Memang ini adalah musim yang berat, mengingat banyak hal terjadi di dalam dan, lebih lagi, di luar lapangan. Pelatih baru, banyak cidera, Neymar si pemain baru, berkolaborasi dengan serangkaian kasus hukum, presiden mundur, transfer ban, hingga kematian Tito Villanova. Bisa saja ini menjadi alasan terdepan, namun tetap saja sebagai penonton saya tetap berharap lebih. Namun ya begitulah adanya, Barcelona hanya meraih Piala Super Spanyol di awal musim menyingkirkan Atletico Madrid, tim yang tidak pernah dikalahkan Barcelona di enam kali pertemuan musim ini. Perasaan paling mendominasi ketika musim ini berakhir adalah : Lega.

Lega karena musim aneh ini sudah berlalu, dan lega karena wake up call kali ini jauh lebih besar daripada sebelumnya. Dan dengan tidak adanya tropi di akhir musim ini, maka saya merasa dominasi Barca era Guardiola resmi berakhir, sehingga fans Barcelona tidak perlu lagi terjebak di masa itu, dan bisa merasa bahwa sudah waktunya Barcelona berbuat sesuatu yang lebih masif. Penunjukan Luis Enrique adalah langkah awalnya. Sebagai orang yang mengenal Barcelona luar dalam sejak lama, ditambah pengalaman dua tahun melatih tim lain, Lucho punya banyak bekal untuk memoles Barcelona menjadi tim yang kuat, tanpa meninggalkan filosofi mendasar, namun dengan sentuhan baru yang berbeda. Apa bedanya? Entahlah. Semoga saja memang ada yang berbeda. Barcelona effect sudah sangat viral, sehingga begitu dikenal dan dipelajari dengan baik di seluruh dunia, sehingga jadi pe er besar buat Enrique untuk tetap berada di track identitas itu tanpa harus menjadi mudah terbaca.

Lucho juga sangat familiar dengan para pemain muda Barcelona. Ini menjadi modal yang sangat kuat untuk kembali menjadikan La Masia salah satu pabrik pemain hebat yang dicetak dan digunakan oleh Barcelona. Paling tidak pemulangan Deulofeu dan Rafinha yang sangat diinginkan Luis Enrique cukup menjadi sinyal yang lebih baik daripada apa yang dilakukan Tata Martino yang kurang mengenal segudang (literally, maybe) potensi besar di sekolah bola di pelataran halaman Barcelona itu. Kenyataannya, jika sempat melirik ke bawah sebentar, tahun ini tim junior Barcelona mampu meraih 16 gelar yang sangat prestisius di berbagai level. The future is on their hands.

Dua nama yang hilang dari daftar pemain Barcelona musim depan, Puyol dan Valdes, pasti akan membawa pengaruh besar untuk bentuk permainan Barcelona. Kemudian board Barcelona mengatakan akan mendatangkan banyak pemain, terutama dua kiper, dua bek, satu pemain tengah, satu winger, dan satu striker. Bisakah ini disebut revolusi? Puyol adalah playmaker mental yang bisa saja adalah yang terbaik yang pernah dimiliki Barcelona. Valdes, indeed, adalah kiper terbaik sepanjang sejarah klub. Mungkinkah dicari penggantinya? Well, menarik untuk melihat pergerakan manajemen Barcelona bersama dengan Enrique untuk mengatasi hal ini. Berita terakhir mengatakan, club telah mengkonfirmasi mengangkat Puyol sebagai "Assistant to Sport Management". Satu lagi eks pemain sekaligus kapten Barcelona yang berada di jajaran manajemen Barcelona. Mes Que Un Club.

Dan setelah lega, yang mengiringi kemudian adalah : optimis.

For both Barcelona and Manchester United.

Makin excited menunggu musim depan.

Dan menunggu FM 2015.

Terakhir, ada pesan buat yang telah lama terlelap di Italia.
Bangkitlah nak, wahai tim ibukota. Lihatlah tetanggamu yang menguat. Aku ingin melihat kuartet lini tengahmu jadi yang terbaik lagi di Italia. Semoga board mu mulai terketuk hatinya untuk mengembalikanmu ke jalur yang sama dengan yang terjadi 15 tahun yang lalu. Aamiin.