17 Juli 2014

Messi Dan Ribut-Ribut Golden Ball Nya

Ga nyangka Golden Ball nya Messi jadi begitu hebohnya karena saking banyaknya yang ga setuju. Yes, secara statistik banyak yang ada di atas Messi, tapi saya sendiri bisa memahami kenapa Messi yang dapet itu piala.

 
(Kalo diliat dari mukanya sih dia ga pengen-pengen amat)

Pertama, saya fans Barcelona, yang hampir otomatis jadi fans Messi. Sebenernya kemarin pingin banget Messi dapet Piala Dunia biar status Best Footballer Ever nya semakin sah. Tapi ya apa boleh buat, masih belum waktunya.

Kedua, Messi adalah korban. Berkorban sih lebih tepatnya. Messi bermain di posisi yang bukan favoritnya, demi mengangkat performa tim secara keseluruhan. Argentina sekarang kekurangan pemain tengah yang kreatif. Generasi playmaker ini sepertinya sudah habis ketika Veron dan Riquelme pensiun. Dan dari opsi yang ada saat ini, yang paling mumpuni tak lain dan tak bukan adalah Messi. Messi lah yang menjadi missing puzzle untuk meraih kemampuan tim secara optimal. Inilah yang membuat dia lebih baik daripada Schweni, Ronaldo, Rodriguez, dan Robben.

Ketiga, Messi adalah kapten. Well, banyak yang meragukan kepemimpinannya memang, termasuk juga saya. Dalam hal ngomel-ngomel dan membangkitkan semangat lewat kata-kata, Mascherano jauh lebih cocok menjalankannya. Tapi Messi berbicara dan menginspirasi dengan caranya sendiri. Dia menunjukkan kreatifitas, menciptakan peluang, dan menjadi distraksi untuk mencipta ruang bagi rekan-rekannya. Mengorbankan kemampuan utamanya, yaitu finishing, untuk harus rela dilakukan teman yang lain. Muller dan Kroos tidak menjalankan peran ini.

Keempat, Messi dapet 4 Man of The Match di 4 pertandingan awal berturut-turut. Benar memang lawan Argentina di fase grup tidak terlalu berat. Tapi untuk tampil konsisten seperti itu juga tetap tidak mudah. Argentina ada di pundaknya (arguably) sendirian. Tidak ada pemain lain yang menyamainya.

Kelima, peran dan efek Messi secara individu berpengaruh besar pada tim untuk keseluruhan. Jika jerman punya tim yang kompak dan nyaris semua pemainnya memiliki peran besar pada performa stabilnya, Argentina tidak. Jika perlu menyebut kunci, ada dua nama yang paling menonjol. Yang satu adalah Mascherano karena peran vitalnya dalam bertahan, yang kedua adalah Messi sebagai pemula setiap serangan, dan yang mencegah lawan untuk terus2an menyerang karena tetap harus waspada pada kemampuannya. Jika melihat angka, cukup sulit untuk mengukur peran Mascherano, sehingga Messi lebih banyak diapresiasi. Robben, Ronaldo, Neymar, Rooney, dan individu-individu kunci lainnya tidak mampu membawa timnya melangkah sejauh yang telah dilakukan oleh Messi.

Keenam, catatan statistiknya tidak jelek. Gol nya ada 4, dan 1 assist cantik, plus berlaga hingga babak Final. Ya, catatan ini tidak fenomenal, masih kalah dibanding Muller dan Rodriguez, namun jika diperhatikan kelebihan-kelebihan lainnya, Messi tetap layak disebut terdepan.

Saya ga bilang bahwa Muller atau yang lain lebih buruk dari Messi. Jika merujuk ke individu banyak juga yang memiliki berbagai catatan positif nya masing-masing. Tapi jika memang Messi yang dipilih, itu pun tidak terlalu dibuat-buat. Ibarat diving, ini adalah tipe yang memang benar ada kontak, meskipun bukan hantaman keras. Kita bisa menganggap tidak terjadi pelanggaran, tapi wasit pun punya dasar untuk meniup peluitnya.

10 Juli 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-4)

Nhah kan, doa saya terkabul. Beneran yang masuk final adalah Jerman dan Argentina.


Akhirnya kejutan kembali terjadi di semifinal, setelah babak 16 dan 8 besar relatif sepi dari hal-hal yang tidak terprediksi.

Kemenangan Jerman sebenarnya sesuai prediksi, tapi skornya lah yang mengejutkan. 1-7, men!!! Belum sampe menit 30 udah 0-5 aja. Saya yakin kalo intensitas Jerman tetap stabil, bisa aja skornya sampai 2 digit. Mungkin in the name of respect Jerman mulai ogah-ogahan. Itu aja masih nambah 2 gol lagi. Buat hiburan, Neuer ngasih lah satu gol buat Brazil. Duet Dante-Luiz kacau banget. Semacam sama-sama bingung mau kemana. Gampang banget diobrak abrik. Tanpa Neymar, di depan seperti juga ga paham mau ngapain. Mau ga mau saya jadi ngelirik Scolari nih. Sebenernya pemainnya disuruh ngapain sih kok ga kompak banget gitu? Cukup berat juga bagi Brazil untuk bisa mengalahkan Belanda di perebutan tempat ketiga. Goodluck deh.

Hasil yang sangat baik untuk Jerman, tapi sedikit bahaya kalo kondisi mental nya mulai terlena akibat kemenangan mudah ini. Jerman masih jadi tim yang paling balance, siap untuk memainkan bermacam-macam gaya sepakbola. Neuer lebih dari siap untuk memimpin pertahanan dari bawah mistar. Dan dari belakang. Dan dari tengah. Lha ini jatahnya kiper lho, tapi kalo lagi jadi sweeper sampe keluar kotak penalti segala. Bagus pula clearance nya. Lawan Argentina, jika high-line pressure ini meleset sedikit saja bisa jadi berbahaya, dan gap yang jauh bisa dimanfaatkan oleh striker-striker "licik" Argentina. Di tengah sih ga ada masalah. Masalahnya malah justru opsi yang melimpah. Jerman jelas akan memenangkan pertarungan lini tengah. Disokong Gotze dan Ozil di kanan/kiri/belakang dari striker/false9, Low bisa memainkan false 9 ala Muller atau pure 9 ala Klose. Dua-duanya berbahaya. Btw, do you smell some Pep's touch in this Germany national team? Let's talk about it later, then. Tim ini adalah unggulan saya. Have I said that before? How often?


Belanda versus Argentina juga sangat mengejutkan. Kejutannya adalah karena tidak ada kejutan!!! Sungguh, saya berharap ada kejutan lagi dari Van Gaal kali ini. Yang terlihat dari tivi, Van Gaal menyusun tembok yang kokoh di belakang untuk mengantisipasi dahsyatnya barisan depan Argentina, dan mengawal Messi begitu ketat. Ya, Argentina tidak cukup banyak membuat peluang berbahaya, tapi juga vice versa. Kelihatannya Van Gaal benar-benar mengandalkan kecepatan Robben untuk melakukan counter attack secepat kilat. Ketika di menit-menit akhir Van Persie diganti Huntelaar, Van Gaal mungkin ingin mengulang kejutan ala lawan Mexico. Tapi kejutan yang diulang tidak lagi mengejutkan. Ketika kemudian Van Gaal melakukan pergantian ketiga kalinya, maka dipastikan tidak ada lagi kejutan ganti kiper untuk penalti. Ketidakadaan kejutan ini lagi-lagi kembali mengejutkan. Dan benar saja, Cilessen terlihat seperti krisis percaya diri, mungkin karena di pertandingan sebelumnya merasa tidak dipercaya Van Gaal dalam urusan penalti. Cilessen gagal membendung seluruh tendangan penalti Argentina, dan secara tidak mengejutkan Belanda gagal ke final. Sungguh mengejutkan. Do it better against Brazil, Van Gaal. Tampaknya posisi ketiga cukup nyaman buat Belanda, meskipun Robben bilang ga terlalu antusias. Tapi kan hadiahnya lebih gede daripada juara ke-empat, Ben...

Argentina adalah Paradoks. Memiliki barisan penyerang yang dahsyat, Argentina justru terlihat sangat bagus ketika bertahan. Kompak, pressing ketat, cepat, dan taktis. Robben yang katanya cepat itupun berhasil dieliminir dengan sangat baik. Masih ingat tackling Mascherano? What a defender!!! Argentina tidak memiliki banyak peluang, tapi dari yang sedikit itu sebenarnya cukup menjanjikan. Hanya saja peluang terakhir tidak jatuh ke pemilik kaki yang seharusnya. Bukan ke Messi, bukan Higuain, bukan Aguero, apalagi Di Maria. Dan ketenangan Romero dalam menggagalkan penalti Vlaar dan Sneijder akhirnya berperan sangat krusial.

Messi adalah kapten, Messi adalah playmaker, Messi adalah inspirator, Messi adalah top skorer Argentina, Messi adalah katalis. Dia menunjukkan hal-hal yang sangat sedikit bisa dilakukan pemain-pemain top dunia. Pernah dapet Balon D'Or ketika lebih sering bermain di sayap, dan kemudian dapet gelar yang sama ketika sering bermain sebagai penyerang tengah, kini Messi sukses mengantarkan Argentina ke Final Piala Dunia ketika bermain sebagai playmaker. Sepertinya future Messi adalah yang seperti ini. Lebih ke otak daripada ke otot, tapi ketika ototnya diperlukan, dia akan melakukan itu dengan sangat baik. What a player He is. Gelar Piala Dunia sebenarnya sangat layak untuknya. Dan kemudian Balon D'Or kelima. 

Melawan Jerman nanti, Sabella pasti akan menginstruksikan pemainnya untuk lebih hati-hati bertahan. Pressing sangat ketat untuk memutus aliran bola, dan bersiap melakukan serangan balik. Mentalitas Argentina terbukti cukup siap untuk meladeni mentalitas Jerman yang sedang matang. Lebih baik lagi jika Di Maria dinyatakan fit untuk bermain di final. Koneksi Real Madrid-Barcelona inilah yang menjadi awal serangan bahaya Argentina. Komunikasi telepatik mereka lah yang paling nyambung.

Saya mendukung Jerman, tapi sebagian hati saya ikhlas jika Argentina juara. Pertama, Messi factor. Kedua, Argentina saat ini adalah underdog. Ketiga, terlalu banyak yang mendukung Jerman. Keempat, we want more drama, for sure.

Yang perlu diantisipasi adalah kelelahan Argentina, akibat pertandingan yang hingga extra time pun masih berakhir seri. Artinya, Argentina telah bermain dengan penuh konsentrasi 30 menit lebih lama daripada Jerman. Tentu saja ini sebuah kerugian dari sisi fisik, namun bisa jadi keuntungan dari sisi mental, jika awareness nya bisa tetap dijaga. Sementara Jerman justru memiliki satu hari lebih banyak untuk recovery, dan ditambah dengan keyakinan akan menang di pertandingan melawan Brazil yang sudah diraih di menit 30, sehingga selebihnya Jerman tidak lagi bermain ngotot. Secara kondisi, para pemain Jerman jauh lebih diuntungkan.

Piala Dunia yang cukup menyenangkan, saya rasa. Kini mari kita tunggu Final bersejarah ini. Bersejarah, karena tidak ada Final Piala Dunia yang tidak bersejarah. Hehehe.

Sampai jumpa di Main Prediksi-Prediksian Bagian terakhir setelah pemenang Piala Dunia ditentukan. Semoga semua stasiun televisi mengumumkan pemenang yang sama.

08 Juli 2014

Masa Depan Timnas Spanyol Setelah "Gagal Total"

Meskipun tidak sepenuhnya ngefans, di antara Sepakbola negara-negara Eropa, pengetahuan saya yang sedikit ini paling banyak tahu tentang Spanyol. Pertama, karena tiap kali main Football Manager, saya selalu sempatkan melatih timnas Spanyol. Kedua, Spanyol merajai sepakbola dunia dalam 6 tahun terakhir. Ketiga, Spanyol juga merajai olahraga-olahraga lain selain sepakbola. Keempat, kesuksesan Guardiola di Barcelona membuat sepakbola Barcelona dibicarakan banyak orang, dan kesuksesan ini merembet juga ke pola permainan Spanyol. Kelima, artikel tentang analisa kekuatan timnas Spanyol ini beredar dimana-mana.

Dari situlah saya melihat, sepakbola (dan olahraga lainnya) Spanyol sebetulnya memiliki masa depan yang sangat cerah. Jika saja boleh, seharusnya Spanyol mengirim dua tim untuk menghadapi Piala Dunia kemarin. Satu tim yang berhasil ga lolos grup itu, plus satu tim lagi yang berisi para pemain muda. Saya yakin dua-duanya punya potensi yang sama besar, bahkan tim B nya bisa jadi lebih bersinar.

Baik dari hasil pengamatan di game FM maupun lihat-lihat di dunia nyata, banyak sekali pemain muda Spanyol yang sudah dan siap bersinar nantinya. Ini adalah beberapa di antaranya :



1. David De Gea (Kiper, 23)


De Gea bukan lagi pemain potensial. Di sudah jadi pemain papan atas. De Gea jauh lebih layak untuk jadi starter di Piala Dunia kemarin daripada Casillas dan Reina. Performa nya hanya kalah sedikit dari Victor Valdes sebelum cidera. Buktinya, dengan barisan bek yang meragukan, De Gea justru jadi pemain terbaik musim lalu di MU. Di usia 23, Spanyol (dan Manchester United) masih punya alasan untuk optimis dan merasa aman di bawah mistar.


2. Marc Bartra (Bek Tengah, 23)


Bartra sejatinya memiliki potensi yang disejajarkan dengan Varane. Hanya saja Varane di masa Mourinho memiliki jam terbang lebih banyak daripada Bartra. Bartra adalah pemimpin Barca B sebelum dipromosikan ke tim inti, sehingga kepemimpinannya telah terbukti menjadi sangat penting untuk melengkapi kemampuan bertahannya. Dengan asuhan Luis Enrique yang sangat mengenalnya di tim muda dulu, Bartra diyakini akan terus berkembang dan menjadi dynamic duo bersama Pique.


3. Daniel Carvajal (Full Back, 22)


Di usia muda, Carvajal sudah dipercayakan menempati posisi inti di Real Madrid, menggusur seniornya di timnas, Alvarao Arbeloa. Sejatinya, Carvajal adalah cadangan dari Martin Montoya di timnas U-21, tapi perbedaan jam terbang membuatnya justru jadi lebih bersinar daripada rival dari Barcelona nya itu.


4. Sergi Samper (Gelandang Bertahan, 19)


Nama ini belum terlalu banyak dikenal, kecuali oleh pemerhati La Masia-nya Barcelona. Pemain ini dibanding-bandingkan dengan seniornya, Sergio Busquets, karena kemampuannya membaca permainan dan ketepatan menyikapinya.


5. Koke (Pemain Tengah, 22)


Jika legenda hidup sekelas Xavi mengatakan bahwa Koke adalah orang yang paling pas untuk kelak menjadi roh permainan Spanyol, maka apa lagi yang bisa kita sangsikan? Kejayaan Atletico Madrid meraih gelar liga musim lalu tidak lepas dari peran si anak muda ini.


6. Thiago (Pemain Tengah, 23)


Thiago ini kapten Spanyol U-21 ketika jadi juara dunia. Jika Koke dianggap seperti penerus Xavi, maka Thiago adalah Iniesta-nya. Yak, memang tidak akan sama, itu adalah gambaran perbedaan peran dua orang ini. Sebagai pemain berdarah Brazil yang besar di Spanyol, Thiago memiliki pergerakan, dribble, ball-keep, dan passing yang sangat baik. Jika seorang Guardiola sangat ngebet untuk membawanya ke Bayern, kemudian "memaksakan" Thiago untuk menjadi sentral permainan Bayern, maka kita bisa ikut melihat potensinya, bukan?


7. Isco (Pemain Tengah, 22)




Musim 2012/2013, Isco adalah nyawa permainan bagus Malaga. Hal itu membuat Real Madrid tertarik untuk membawanya ke Bernabeu. Meskipun kemudian tidak terlalu banyak mendapat jatah sebagai starter, Isco tetap menunjukkan permainan berkelas ketika dipercayakan untuk bermain.


8. Gerard Deulofeu (Penyerang Sayap, 20)
 

Dulu, media sempat menyebutkan bahwa Barcelona memiliki Cristiano Ronaldo-nya sendiri yang sedang dicetak di akademinya. Orang itu adalah Gerard Deulofeu. Memang ketika melihat gaya Deulofeu, wajar saja ketika orang-orang menyamakan dia dengan Ronaldo. Cepat, skillful, dan sedikit individualistis.


9. Munir El-Haddadi (Penyerang Sayap, 18)


Namanya relatif belum dikenal banyak orang, namun di kalangan internal Barcelona pemain ini digadang-gadang akan menjadi pemain top di masa depan. Bisa bermain di kedua sisi sayap maupun gelandang serang tengah, pemain berdarah Maroko ini punya potensi besar untuk jadi bintang besar.

10. Adama Traore (Penyerang Sayap, 18)


Siapa dia? Seberapa hebat kemampuannya? Ilustrasinya begini : Traore promosi ke Barcelona B hanya setengah musim sejak Januari, lalu di akhir musim menjadi salah satu best XI di Liga Adelante. Menurut beberapa scout talent Barcelona, Traore memiliki potensi yang lebih besar daripada Deulofeu. Bertipe pemain sayap yang senang menyisir pinggir lapangan lalu mengirim crossing manis, Traore adalah tipe yang disukai striker oportunis. Dengan penanganan yang pas, maka barisan depan Spanyol akan dibanjiri pemain-pemain luar biasa.


11. Jese Rodriguez (Penyerang Sayap, 21)


Kata Ancelotti, Jese adalah pemain berbakat yang skilfull dan memiliki visi luar biasa. Di usia dini, Ancelotti sudah memberi kepercayaan cukup besar padanya. Mobilitas tinggi, kuat di kedua kaki, dan kemampuan passing oke membuat Jese bisa menempati semua posisi di depan, baik striker, sayap kanan-kiri, di belakang striker, ataupun false nine.


12. Alvaro Morata (Striker, 21)


Mungkin dia adalah the new Fernando Morientes. Morata merupakan produk asli akademi Real Madrid yang bagus di udara, memiliki pergerakan oke, dan finishing mematikan. Beberapa tahun lagi akan siap bersaing dengan deretan striker Spanyol lainnya.


Beberapa nama di atas masih belum termasuk pemain yang berada di usia emas (24-27) yang saat ini sudah berada di skuad inti Spanyol seperti Sergio Busquets, Pedro, Javi Martinez, Juan Mata, Jordi Alba, Cesar Azpilicueta, Cesc Fabregas, Gerard Pique, dan juga pemain hebat yang menunggu panggilan timnas seperti Asier Illaramendi, Inigo Martinez, Alvaro Negredo, Fernando Llorente, dan Roberto Soldado.

Jika kontrak Del Bosque masih lanjut hingga Euro 2016, layak disimak apa yang akan dia lakukan untuk regenerasi. Tidak lolos babak penyisihan Piala Dunia, padahal memiliki skuat yang hebat, sebenarnya cukup memalukan. Mampukah dia bangkit dari keterpurukan ini?

Saya sebenarnya curiga jangan-jangan sejak menggantikan Aragones, si Del Bosque ini magabut. Dia cuman dateng pas latihan, trus bilang ke pemainnya gini : "Hazlo como Barcelona!!!" alias "Do it like Barcelona!!!". Hasilnya, di 2010 dan 2012, ketika Barcelona lagi bagus-bagusnya, Spanyol juga main keren. Sekarang, ketika Barcelona tidak dalam kondisi terbaik, Spanyol juga kebaca banget strateginya. Sama seperti Barcelona, gaya Spanyol itu well read and well studied.

Sudah bukan lagi waktunya untuk menggantungkan kreatifitas ke pemain-pemain lama. Spanyol harus jadi baru. Eksplosif dan tak terduga. Bisa posession, bisa counter attack. Bisa vertikal, bisa horizontal, atau malah diagonal. Ah, biar Del Bosque aja deh yang mikirin. Saya nonton hasilnya aja.

Sementara itu, Sepakbola dunia kembali menarik lagi. Dulu, nongolnya Spanyol yang membawa identitas pada permainannya membuat sepakbola jadi segar, karena memang sedang minim identitas dan stabilitas. Kedigdayaan Spanyol membuat mereka jadi acuan sepakbola dunia. Kini, para pengacu itu sudah berkali-kali membuktikan bahwa filosofi itu tidak hanya punya kelemahan, tapi menyisakan celah lebar untuk dieksploitasi. Kini kembali lagi hadir dunia sepakbola tanpa identitas dominan yang "baru". Waktunya sepakbola menjadi dinamis tak terprediksi. Brazil pernah menjadi idola dengan aksi individu nya yang cantik. Italia adalah master pertahanan gerendel. Inggris meskipun tidak pernah sukses-sukses amat pernah dicap sebagai tim kick and rush yang sangat vertikal. Belanda konon pencipta total football. Dan kemudian Spanyol muncul dengan filosofi posession-based nya.

And now, what's next?

06 Juli 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-3)

Ah, enggak. Kali ini saya bukan bikin prediksi. Saya maunya berdoa.

Prediksi saya yang terakhir semua benar di hasil, tapi salah di skor. Dan akhirnya saya pun jadi kehilangan semangat untuk berpikir obyektif dalam bikin prediksi. Hasrat saya terlalu besar untuk mendoakan salah dua nya. Saya sangat bersemangat untuk bisa melihat :

JERMAN

dan

ARGENTINA

nanti di final.




Jadi begini...

1. Brazil
Brazil kehilangan Neymar dan Thiago Silva. Ya, memang masih ada Dante dan Ramires yang sangat bisa mengisi posisi keduanya, tapi saya rasa tidak ada pemain yang levelnya setara dengan dua pemain yang saya sebut di awal. Sebagai tim, Jerman lebih balance, sehingga cukup berat bagi Brazil untuk bisa melaju ke final.

Extra self-centered note : Di tulisan pertama, saya mengatakan Brazil adalah unggulan teratas. Jika Brazil juara, maka ramalan saya punya bukti pendukung. Seolah-olah prediksi saya ada benar-benarnya dikit.


2. Jerman
Balance, kreatif, determinan, spartan, punya kiper super. Nuff said.

Extra self-centered note : Ga perlu dijelaskan panjang. Unggulan saya. Titik.


3. Belanda
Belanda hanya meyakinkan lawan Spanyol. Di pertandingan lain, Belanda biasa saja, tapi Van Gaal selalu punya solusi untuk segala kondisi Belanda ketika menghadapi siapapun. Mengganti van Persie dengan Huntelaar? Mengganti kiper untuk persiapan penalti? Kata cerdik tidak cukup mewakili?

Extra self-centered note : Kalo Belanda juara, pujian terbesar layak diberikan pada pelatihnya. Dan pelatih ini juga baru saja diangkat jadi pelatih sebuah klub besar Inggris. Exciting.


4. Argentina
Nhah, di pertandingan lawan Belgia kemarin lah Argentina mulai menunjukkan permainan sebagai sebuah tim. Coba lihat waktu Argentina bertahan. Kompak dan determinan, bro. Kekurangannya adalah lini tengah yang tidak mampu mendominasi, apalagi di semifinal nanti kemungkinan besar tanpa Di Maria. Tapi Belanda juga lini tengahnya ga dominan amat kok. Gerombolan penyerang Argentina punya kans besar untuk meledak lebih kuat kali ini. Apalagi kabarnya Aguero sudah siap comeback.

Extra self-centerd note : Messi juara dunia? The best footballer ever. Affirmative.

01 Juli 2014

Main Prediksi-Prediksian (Bagian-2)

And here we go now, 2014 world cup's quarter final.

Jadi ceritanya, prediksi-prediksian yang saya buat ternyata belum bisa dibilang berhasil. Yah, seberapa gagalnya silakan dinilai masing-masing, yang jelas presentase kesalahan cukup besar. Perbandingannya silakan dilihat di gambar ini :



FYI, prediksi ini dibuat setelah partai pertama Piala Dunia antara Brazil lawan Kroasia, jadi satu pertandingan itu tidak dihitung, sehingga total ada 47 pertandingan yang saya bikin prediksi-prediksian nya.

Dari hasil tersebut, prediksi menang kalah yang benar adalah 20 pertandingan, atau sebesar 42,55%, dan yang salah adalah sisanya, yaitu sebanyak 27 pertandingan atau 57,45%. Dari 20 prediksi benar itu, hanya ada 2 pertandingan yang skor nya tepat, yaitu Australia-Spanyol dan Italia Uruguay. Prediksi skor ini hanya 10% dari hasil prediksi menang-kalah yang benar, bahkan hanya 4,26% dari keseluruhan prediksi.

Alasan kecilnya kebenaran prediksi ini memiliki tiga kemungkinan. Satu, kemampuan prediksi saya abal-abal. Dua, banyak kejutan terjadi di Piala Dunia ini. Tiga, bisa jadi dua-duanya. Eh, maaf, ada juga kemungkinan keempat, yaitu : Empat, lain-lain .......... (isi sendiri)

Well, saya tidak akan menyangkal bahwa saya bukan pembuat prediksi yang handal. Pengetahuan dan analisa sepakbola saya levelnya sama sekali tidak tinggi. Tapi saya meyakini Piala Dunia kali ini memang banyak kejutan. Paling tidak, saya yang terkejut. Even the predictable matches are unpredictable.

Di grup A, lolosnya Mexico dan bukan Kroasia saya rasa tidak terlalu mengejutkan meskipun awalnya saya anggap Kroasia akan lebih beruntung.

Kejutan pertama ada di Grup B. Oke, mungkin Spanyol sudah diramalkan tidak akan hebat-hebat amat, tapi saya cukup terkejut ketika ternyata mereka payah amat. Tanpa semangat juang, tidak ada ide, pertahanan rapuh, dan regenerasi yang kurang oke membuat Spanyol dipermalukan Belanda dan Chili. Awalnya saya kira kekalahan lawan Belanda adalah wake up call, ternyata yang terjadi malah jadi pass out hit.

Meskipun salah, saya tidak terkejut sama sekali dengan apa yang terjadi di Grup C, karena bagi saya ini adalah grup neraka karena sama-sama medioker, namun kehebatan Kolombia patut diapresiasi, karena meskipun tanpa Falcao pun, mereka mampu lolos hingga paling tidak babak 8 besar, dengan menyingkirkan Uruguay yang tanpa Luis SUarez.

Kejutan terbesar saya rasa terjadi di Grup D. Prediksi-prediksian saya tepat ketika meramalkan Uruguay jadi runner up grup, tapi salah besar ketika meremehkan Kostarika. Kenyataannya negara dengan sejarah sepakbola yang panjang macam Uruguay, Italia, dan Inggris tidak ada yang sanggup mengalahkan Kostarika. Negara yang saya kesampingkan sejak awal ini justru jadi juara grup. Dan malah lolos ke 8 besar mengalahkan Yunani.

Grup E dan F harus saya skip, karena prediksi-prediksian saya benar.

Grup G menyelipkan USA yang lolos, menyingkirkan Ghana dan Portugal. Meskipun keliru, saya cukup puas. Portugal seperti one-man team, tidak layak lolos grup.

Grup H mirip seperti grup D. Aljazair yang sama sekali saya remehkan ternyata sukses menemani Belgia menembus babak 16 besar. Russia yang diasuh Capello justru tampak melempem.

Tentu saja kejutan-kejutan seperti ini sangat menyenangkan untuk penikmat hiburan reality show terbaik di dunia yang diberi nama Sepakbola ini. Drama-drama menegangkan menyisakan adrenalin yang membuat kita bisa tetap terjaga dan betah membicarakannya bahkan hingga berhari-hari. Jauh lebih menyenangkan daripada membicarakan dua kubu Calon Presiden yang pendukung fanatiknya makin lama makin memprihatinkan ngawurnya.

Dua hari lagi, babak perempat final akan dimulai. Ternyata, semua peserta babak 8 besar adalah juara grup di babak penyisihan. Sungguh hasil yang fair. Yang akan bertanding adalah :

1. Prancis vs Jerman, 4 Juli, 23.00 WIB
2. Brazil vs Kolombia, 5 Juli, 03.00 WIB
3. Argentina vs Belgia, 5 Juli, 23.00 WIB
4. Belanda vs Kostarika, 6 Juli, 03.00 WIB

Nhah sekarang, waktunya kita main prediksi-prediksian lagi.

Sejak awal, jagoan teratas saya adalah Jerman. Bukan karena faktor teknis segala macem, tapi karena saat ini adik saya sedang ada di Jerman. Silakan tertawa sebentar kalo perlu. Jadi, saya ingin Jerman lolos ke semifinal, menyingkirkan Perancis. Saya rasa dengan skuad yang sangat seimbang, Jerman akan bisa mengatasi permainan Perancis yang ternyata stabil nya lebih bagus daripada yang diperkirakan. Saya perkirakan, tepatnya. 2-0 untuk Jerman.

Brazil agak menurun belakangan ini. Dan jika bukan karena adanya tiang gawang, bisa jadi Brazil dieliminasi Chili yang bermain sangat bagus dengan semangat juang tinggi. Eh tapi, kalo tidak ada tiang gawang, pasti pertandingannya tidak jadi dilaksanakan ding. Oke, lanjut. Kolombia punya wonderkid yang mengaku pernah ditolak MU yang (secara idiot) lebih memilih Bebe. Namanya James Rodriguez. Kata pertama di nama itu konon dibacanya bukan Jems, tapi Hames. Saat ini dia adalah top skorer Piala Dunia dengan 5 gol, mengungguli nama-nama seperti Muller, Messi, dan Neymar. Apa? Kenapa? Ada yang nanya Ronaldo? Ronaldo siapa ya? Oke, lanjut lagi. Meskipun Kolombia tampil luar biasa, saya tetap meyakini mentalitas para pemain Brazil yang main di kandang sendiri dan memiliki para pemain yang memiliki jam terbang tinggi di Eropa akan berbicara banyak. Apalagi Brazil memiliki tradisi kuat dalam memenangkan adu penalti meskipun di babak normal kipernya biasa-biasa saja. Ini jadi modal sangat penting dalam menjalani turnamen knock out seperti Piala Dunia ini. Brazil akan menang, 3-1.

Belgia memiliki pemain yang sangat menjanjikan. Namun kali ini, belum waktunya untuk bisa menyingkirkan penyerang-penyerang dahsyat Argentina. Belgia lebih unggul di belakang, dan tidak beda jauh kekuatan di lini tengahnya dibanding Argentina. Namun Messi-factor, yang meraih 4 gelar Man of The Match di 4 pertandingan Argentina, akan membuat Belgia tidak leluasa mengembangkan permainan. Argentina menang, 2-1. Awas counter attack Belgia.

Jangan remehkan Kostarika. Itulah pelajaran penting minggu lalu. Tapi juga jangan lupakan apa yang bisa Belanda lakukan melawan juara bertahan. Jika Kostarika bisa tetap mempertahankan intensitasnya, saya yakin Belanda bisa tersingkir. Namun dengan adanya Van Gaal di bench, saya masih merasa Belanda akan unggul. 2-0.

Yap, saya punya prediksi hasil dari pengetahuan pas-pasan. Namanya juga prediksi-prediksian buat lucu-lucuan dan asik-asikan. Saya tetap berharap masih banyak kejutan dan drama yang muncul dari sini. Siapa tahu ternyata finalnya malah Kolombia lawan Kostarika. Menarik bukan? Tapi akan jauh lebih mengejutkan lagi jika ternyata final kali ini mempertemukan Brazil lawan Jerman...

Karena ga mungkin.
Kalaupun menang terus, keduanya bakal ketemu di semifinal.
Jerman vs Brazil, dan Argentina vs Belanda.

Jika ini kejadian, sepertinya saya tidak sanggup lagi membuat prediksi. Terlalu seimbang. Apapun bisa terjadi. Yang kita tunggu selanjutnya adalah kejutan, kejutan, dan kejutan. Drama, drama, dan drama.

Yak, di liga eropa, musim ini penuh dengan kejutan. So, kenapa di Piala Dunia tidak?