11 Juni 2017

Cowok Juga Butuh Drama


Drama /dra·ma/n Sas1 komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan: dia gemar menonton --;2 cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3cak kejadian yang menyedihkan;
- (KBBI) -

-----------------------------------------------------------------

(sumber : Fear The Sword)

Diakui atau tidak, we all love drama. Bener ga?

Ketika saya sebut kata drama, apa yang ada di pikiran Anda? Tangisan lebay? Sejam lagi pesawat anda berangkat dan sekarang masih macet di tol? Atau kisah cewek baik hati dan tidak sombong dari keluarga miskin yang diperistri laki-laki kaya tampan dan jantan hingga membuat seorang wanita lain yang luar biasa cantik dan bohay menjadi iri dengki dan sering bicara sendiri dalam hati dengan mata melotot dan alis naik turun?

Bisa saja. Itu tidak salah.

Namun, dalam benak saya, drama adalah kejadian yang melibatkan emosi yang intens, apapun jenis emosinya, baik sedih, bahagia, kaget, was-was, ataupun jijik. Apapun.

Maka, berdasarkan yang saya rasakan, Laki-Laki juga butuh drama. 

Paling tidak, SAYA butuh drama. 
Dan saya laki-laki. 
Kesimpulannya : Laki-laki butuh drama. 
Generalisasi yang sangat cerdas bukan?

Enggak?

Oke.

Lama sekali saya nggak nonton sinetron. Atau malah lama sekali saya nggak benar-benar menonton acara yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron terakhir yang saya ikuti betul adalah Para Pencari Tuhan sekitar tiga tahun lalu. Dan acara televisi non-olahraga terakhir yang dengan penuh kesadaran dan keinginan kuat saya tonton adalah : lupa. Saya lupa terakhir nonton apa dan kapan.
Namun saya merasa cukup banyak drama yang saya rasakan dari televisi dan juga media lainnya. Tanpa musti nonton sinetron.

Drama itu saya dapatkan dari : aneka acara olahraga.

Valentino Rossi seharusnya bisa meraih gelar juara yang ke tujuh di balapan terakhir musim itu. Namun start dari posisi terakhir akibat sanksi dari balapan sebelumnya membuat misinya sedikit terhambat. Kemudian menjadi sangat sulit ketika Marquez yang biasanya ngotot dan ngeyel tiba-tiba jadi lembek dan terkesan mengalah pada Lorenzo. Lalu Lorenzo jadi juara. Padahal Rossi lah yang paling stabil selama musim itu. Dan Rossi adalah kesayangan banyak penggemar MotoGP. Media pun menuduh ada konspirasi. Bahwa Marquez membantu Lorenzo secara tidak sportif. Ada yang sedih, marah, kecewa, ada juga yang bahagia dan lega. Saya termasuk yang terakhir itu.

Tahun 2002, Final Piala Thomas, Indonesia melawan Malaysia.
Marlev Mainaky dan Taufik Hidayat yang jadi andalan Indonesia ternyata gagal memenuhi ekspektasi. Untungnya dua ganda putra kita menang. Tibalah partai terakhir, giliran Hendrawan melawan Roslin Hashim. Sepanjang waktu deg-degan, hingga akhirnya Hendrawan banyak memaksa lawan untuk membuat kesalahan, dan memenangkan pertandingan itu. Indonesia juara Piala Thomas untuk ketiga belas kalinya. Hendrawan diarak, dan menangis. Bangga, lega, bahagia. Mungkin sebaliknya untuk warga Malaysia waktu itu.

Mike Tyson pada masanya adalah ikon besar yang sangat terkenal. Tak lengkap ngobrol tinju tanpa menyebut namanya. Sedangkan Holyfield adalah petinju berpengalaman yang juga punya nama besar. Ketika dua orang itu dipertemukan, semua mata di seluruh dunia tertuju kesana. Semua orang memiliki ekspektasi yang tinggi. Lalu apa yang terjadi? Serukah pertandingan itu? Ya, sangat seru. Namun bukan itu yang bakal dikenang sepanjang masa. Masalahnya adalah, Tyson menggigit kuping Holyfield. MENGGIGIT. KUPING. Aneh ga? Kaget, heran, jijik, terhibur.

Camp Nou, 1999. Menit ke 90.
Manchester United tanpa Roy Keane dan Paul Scholes dari awal, sedang ketinggalan 1-0 sejak menit ke enam. Tak banyak yang menduga, tiba-tiba bola itu masuk ke gawang Bayern Muenchen yang dijaga Oliver Kahn, melalui kaki Teddy Sheringham. Seri di injury time!!! Kemudian seluruh penjuru dunia yang menyaksikan pertandingan itu kembali tersentak, ketika dua menit setelah gol itu terjadi gol satu lagi dicetak oleh Ole Gunnar Solskjaer. MU membalikkan kondisi dan menang dengan skor 2-1 hanya dalam rentang waktu 3 menit. Shock, bahagia, kecewa, lega, deg-degan, euforia. Kemudian saya mulai menyukai sepakbola.

Final Liga Champion yang lain, 2014. Diego Costa yang jadi andalan Atletico Madrid harus keluar karena cidera, di awal-awal pertandingan, Dia memang dipaksa maen padahal sedang cidera. Menit 36, Cassillas yang salah posisi harus dihukum dengan gol yang tercipta akibat sundulan Diego Godin. Menang 1-0 dan kemudian bertahan total adalah keahlian Atletico Madrid kala itu. Maka menjadi tugas berat untuk Real Madrid untuk meraih gelar ke 10 yang sudah ditunggu sekian lama. Namun di menit 93, tiba-tiba muncul Sergio Ramos yang mencetal gol penyama kedudukan dan memaksa pertandingan lanjut ke babak tambahan. Kondisi fisik yang lelah, plus mental yang sedang down, melawan Real Madrid yang justru lagi semangat-semangatnya membuat partai itu tidak lagi berimbang. Skor akhir 4-1, Real Madrid akhirnya meraih La Decima. Tegang, bahagia, dan euforia. Tapi itu untuk fans Real Madrid. Saya fans Barcelona, dimana mendengki prestasi Real Madrid adalah menjadi bagiannya.

Liga Inggris adalah Liganya tim-tim kaya raya yang diisi pemain-pemain bintang berskill tinggi dan bergaji mahal. Tapi tengoklah klasemen akhir musim 2015/2016, yang juara adalah : Leicester City!!! Tepat setahun sebelumnya, tim ini adalah pejuang penghindar degradasi. Duit transfer yang tersedia ga ada apa-apanya dibanding yang disediakan Chelsea, City dan MU. Namun prestasi gemilang itu mampu membuat nama Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan Ngolo Kante naik daun, menjadi pemain top dunia, berasal dari tim semenjana dengan prestasi luar biasa. Skenario yang biasa kita mainkan di Football Manager untuk membawa sebuah tim semenjana jadi juara, terwujud di dunia nyata berkat tim yang dilatih Ranieri ini.

Final NBA 2016.
Golden State Warriors adalah tim hebat yang baru saja mencetak rekor reguler dengan 73 kemenangan sepanjang musim. Hampir semua pemain punya keahlian shoot 3 point yang jitu. Stephen Curry dan Klay Thompson adalah duo mantan juara three point yang bekerjasama dengan sangat manis. Lawannya adalah Cleveland Cavaliers yang tahun lalu kalah di final dari mereka juga, meski ada LeBron James yang dianggap pemain aktif terbaik sedunia. Saat itu adalah game ke 5, posisi 3-1 untuk Warriors. Sekali menang lagi, juaralah Warriors, tumbanglah Cavaliers. Tak dinyana, LeBron James kesurupan, memimpin timnya memenangi game ke 5 itu. Lalu terus memenangi 2 game selanjutnya. Cavaliers juara. Tidak ada yang menduga. Setelah kalah 3-1 duluan. Lawan tim sekuat Golden State Warriors. Heran, kaget, bahagia, dan ada yang kecewa.

Itulah drama. Betul-betul menguras emosi secara intens melalui kejadian asli yang sedang terjadi, meskipun ada saja yang berfikir bahwa mungkin ada setting tak terlihat disana sini. Whatever.

Drama seperti itu membuat acara olahraga sangat menarik untuk dinikmati.

Meskipun saya fans Barcelona, saya tidak menikmati apabila Barcelona sedang mendominasi dan keseringan menang disana-sini jauh meninggalkan rivalnya. Saya lebih suka musim ini, ketika Real Madrid yang tidak stabil itu tampak seperti ingin mengaspal jalan Barcelona untuk jadi juara Liga dengan beberapa kali seri di pertandingan yang seharusnya dimenangkan dengan mudah, namun Barcelona kemudian memilih untuk lewat jalan makadam, karena juga ikutan kehilangan poin penting di pertandingan-pertandingan yang juga seharusnya bisa dimenangkan. Barcelona tidak juara, tapi sepanjang musim ada hal menarik untuk diikuti. Kecewa, berharap, bahagia, dan kemudian kecewa lagi, itu serangkaian emosi yang mengaduk-aduk perasaan dan kadang terbawa hingga tidur malam, bahkan ketika bangun esok hari.

Hysteria ketika Lazio memastikan gelar juara Liga Italia di menit terakhir pertandingan terakhir, yang diwarnai merangseknya ribuan penonton ke tengah lapangan hingga membuat para pemain nyaris telanjang, ternyata melekat di kepala dalam jangka waktu lama. Kesenangan karena permainan cantik dan prestasi juaranya ya, bukan karena Veron yang nyaris telanjang.

Nikmat dan pedihnya perasaan yang diaduk-aduk karena drama-drama itu sangat adiktif. Membuat hidup terasa sepi ketika memasuki bulan-bulan Mei sampai Juli ketika liga sepakbola internasional, NBA, dan gelaran Motogp sedang libur.


Sabtu lalu, Cavaliers akhirnya memutus catatan selalu menang Golden State Warriors di Playoff musim ini. Meskipun tahun lalu Cavs sukses mencatat sejarah dengan membalikkan keadaan paska kalah 3-1 di final, tahun ini kondisi itu diramalkan bakal sangat berat diulang, mengingat karena bergabungnya satu orang super di tim yang udah super. Orang itu adalah Kevin Durant.
Bergabungnya Durant ke Warriors adalah drama besar pertama musim ini. Ketika musim lalu Thunder nyaris mengalahkan Warriors di final wilayah barat, sebenarnya musim ini adalah kesempatan besar buat Thunder untuk bisa melenggang ke final NBA dengan penyempurnaan sana sini. Di artikel sebelumnya bahkan saya cukup optimis ada tim lain yang akan mampu menggoyang hegemoni Warriors. Eh, lha kok tulang punggung Thunder malah bergabung di tim super yang tulangnya udah kebanyakan. Buat saya dan banyak fans NBA lainnya, ini nggak fair. Kesannya Durant ini penakut, kalo ga bisa kalahin Warriors ya join aja. Gitu.
Padahal jika menggunakan sudut pandang Durant sendiri, ga ada yang salah sebenernya. Ada tim yang berisi orang-orang yang memainkan basket secara keren, dia sendiri lagi free , dan ada kesempatan join karena masalah salary cap clear, so why not? Durant hepi, tim barunya hepi, ga ada kesepakatan yang diingkari, ga ada masalah sih sebenernya.

Tapi...

Durant itu world best three lah menurut saya. Dia punya kapasitas untuk membawa tim medioker menuju kejayaan dengan dia sebagai intinya. Sebuah hal yang dilakukan oleh pemain-pemain top NBA dalam sejarah. Sebagaimana Tim Duncan membawa Spurs, Michael Jordan membawa Bulls, Kobe Bryant membawa Lakers, dan LeBron James membawa Cavaliers. Dengan pindah ke warriors, Durant seperti merendahkan dirinya sendiri, menjadi pemain yang hebat, tapi nggak pake banget. Pemain hebat join ke tim hebat, lalu juara, ya wajar, apa hebatnya?
Lihat saja di 3 game awal final NBA. Cavaliers terlihat sangat meyakinkan. Meyakinkan untuk menjadi runner up NBA setelah dikalahkan 4-0.
Game 3 itu adalah drama pertama di final. Cavaliers untuk pertama kalinya tampak seperti mulai bisa mengimbangi Warriors. Jika di game 1 dan 2 Cavs susah banget untuk menyamakan skor, di game 3 mereka memimpin dalam jangka waktu yang lama. Sayang sekali menjelang akhir pertandingan, Korver yang dapat tugas memperlebar jarak keunggulan gagal mengeksekusi 3 point, yang kemudian dibalas dengan fastbreak yang diakhiri dengan 3 point Durant. Kurang ajar emang ini orang. Benar-benar faktor pembeda musim ini. Walhasil, Cavs gagal menang, dan skor jadi 3-0. Drama. Drama atas kisah perjuangan yang NYARIS menang. Tapi nggak jadi. Dramatis kan? 

Game 4 kemarin itu adalah drama kedua. Drama game 4 itu dimulai dengan performa ngotot Cavaliers dari sejak awal pertandingan, yang mengakibatkan skor nya sangat tinggi, rekor poin dalam satu kuarter di final NBA sepanjang masa, plus 3 pemain Warriors yang dapet 2 fouls. Ini penting.
Cavs sepertinya akan susah membendung offense Warriors, jadi daripada konsentrasi memperkuat defense, Cavs justru menaikkan intensitas dalam offense. Ndilalahnya, tangannya pada wangi. Akhirnya mereka mencetak rekor 3 point terbanyak di final NBA, dengan memasukkan 24 kali. Hebat. Intens. Dari kemarin kek....

Satu kemenangan ini buat saya cukup dramatis. Pertama karena mereka batal di sweep sama Warriors, sekaligus menggagalkan catatan 16-0 di playoff yang pertama kali dilakukan oleh tim di NBA. Kedua, karena Cavs menunjukkan potensi yang sesungguhnya mereka bisa, dengan berbagai cara, termasuk bermain keras dan sedikit pengaruh dari wasit yang bisa diperdebatkan untuk dikritisi.
Ketiga, potensi untuk drama selanjutnya tetap terbuka.
Musim lalu itu sangat dramatis. Cavs bisa menang dari tim hebat yang mencatat rekor 73 kemenangan di musim reguler, bahkan setelah ketinggalan 3-1, adalah drama besar yang layak untuk diceritakan selama bertahun-tahun. Lha tahun ini kondisinya makin ekstrim. Tim supernya ditambahin pemain super. Jadi super kuadrat dong seharusnya.
Jadi kalo Cavs bisa membalikkan keadaan, yang mana itu adalah hal yang tampaknya amat sangat sulit sekali, maka kadar intensitas dramatisasinya akan meningkat tajam dibanding tahun lalu.

Jadi, saya memprediksi Warriors akan tetep juara, mengingat luar biasanya tim ini. Ada 4 pemain all star, secara individu jelas hebat. Secara tim mereka juga kompak dan dinamis, dengan pergerakan tanpa henti dan salah satu tim dengan assist terbanyak. Defense juga ketat, dikomandoi Draymond Green yang berenergi. Ketika waktunya rotasi, pemain cadangannya juga kuat, terbaik di NBA musim ini, mungkin juga terbaik sepanjang masa. Ketika upaya-upaya itu macet, kasih aja ke Curry atau Durant. Benar-benar susah dihentikan.

Tapi, harapan saya adalah Cavs (lagi-lagi) menyajikan drama, dengan intensitas yang lebih besar. Dengan permainan ngeyel berintensitas tinggi dan adu fisik, terbukti mampu membuat Warriors goyah juga. Jadi, sesuper apapun timnya Steve Kerr itu, masih ada celah yang bisa diserang. Jika ada satu orang yang mampu memimpin timnya untuk melawan tim yang bisa jadi adalah tim terbaik NBA sepanjang masa, orang itu adalah LeBron James. Dengan sudut pandang berbeda, perlu ada sebuah tim hebat pemegang rekor kemenangan terbanyak yang sudah dihuni oleh lebih dari satu pemain all star, dua juara 3 point contest, kandidat defensive player of the year, dan masih ditambah dengan akuisisi satu orang lagi pemain super hebat, untuk mengalahkan seorang LeBron James yang sudah berusia 32 tahun. Begitulah kira-kira gambaran hebatnya orang ini, meskipun tak bisa dipungkiri pentingnya pemain yang ada di sekitarnya.

Lalu, untuk sekedar melanjutkan skenario harapan itu dan kehausan saya akan drama, akan menjadi menarik apabila musim depan Durant akan kembali ke Thunder, disusul James Harden dan Serge Ibaka, untuk bergabung kembali dengan Westbrook yang makin dewasa, membentuk tim baru (tapi lama) yang super, menuntaskan harapan publik yang beberapa tahun lalu optimis pada masa depan Thunder. Cavaliers, Warriors, bisa lewat semua.

Skenario drama yang mantap.

Well, Cowok juga butuh drama, kan?