10 Maret 2020

Take A Look At New Orleans Pelicans 19-20

Setelah Lakers dan Bucks yang sepertinya akan jadi pemuncak klasemen di Wilayah Barat dan Timur NBA musim ini, saya sangat tertarik mengamati tim yang sedang berjuang menuju zona playoff : New Orleans Pelicans.

(source : here)

Yang pertama adalah Anthony Davis effect. Kepergiannya menuju Lakers yang ditukar dengan Lonzo Ball dan Brandon Ingram membuat Pelicans menjadi tim yang benar-benar baru. Davis adalah superstar NBA yang telah menjadi franchise player Pelicans selama tujuh tahun. Sedangkan Ball dan Ingram adalah top picks hasil rekrutmen Lakers yang masih berstatus pemain muda masa depan, belum benar-benar memenuhi ekspektasi. Brandon Ingram awalnya dimirip-miripkan dengan Kevin Durant. Pemain tinggi ceking yang cepat, dengan kemampuan shoot yang bagus. Kita tahu bahwa Durant yang sehat adalah (arguably) the best finisher di NBA saat ini, yang bisa mengatasi segala jenis pemain bertahan yang menghadangnya. Pemain yang besar akan dilawan dengan kecepatan, pemain cepat akan dilawan dengan menggunakan kelebihan tinggi badannya. Durant juga memiliki shoot jarak dekat dan jauh yang luar biasa. Ingram belum sampai ke titik itu. Tiga musimnya bersama Lakers belum bisa disebut berhasil karena belum pernah membawa Lakers menuju Playoff. Sedangkan Lonzo Ball pada masa draftnya dianggap salah satu calon mega bintang, selain karena kelebihannya dalam visi bermain diharapkan akan membuat semua rekannya lebih berkembang, Ayahnya adalah outspoken person yang menjadi motivator sekaligus biang masalah di media. Di Lakers dia juga tidak berhasil memenuhi ekspektasi itu, salah satu yang menjadi sorotan adalah shooting form nya yang aneh.
Separuh musim berlalu, Ingram dan Ball seperti berubah menjadi orang baru. Ingram layak jadi nominator Most Improved Player yang akhirnya memperoleh status sebagai pemain All Star. Dia mencetak 24.25 Points Per Game, 47% Field Goals Percentage, 39% 3Point Percentage, 6.5 Rebound Per Game, dan 4.3 Assists Per Game. Lonzo Ball juga berkembang. Kelebihan Ball yang tetap menonjol adalah kemampuan defense nya, dan yang terlihat berubah adalah shooting form nya yang sekarang terlihat lebih "normal". Musim ini Ball mencetak 12.41 Points Per Game, 41% Field Goal Percentage, 6.2 Rebounds Per Game, 7 Assists Per Game, dan 1.4 Steals Per Game.

Yang kedua tentu saja karena masuknya one of the most hyped rookie of all time, Zion Williamson. Sejak draft prediction, nama Zion sering banget disebut karena bentuk badannya yang unik dan gaya mainnya yang dominan. Dia tidak terlalu tinggi untuk ukuran bigman, "hanya" 1,98 m, tapi berat badannya 129 kg. Sekilas dia tampak obesitas, tapi dari caranya bermain, body berat seperti truk tronton itu menjadi sebuah keuntungan dalam gaya menyerangnya, karena ternyata dia tetap lincah dan eksplosif. Awalnya keberhasilan Pelicans mendapatkan jatah 1st pick di draft tahun 2019 menjadi setitik kecil cahaya bagi Pelicans untuk mempertahankan Anthony Davis, tapi ternyata Davis lebih memilih untuk pergi bergabung bersama LeBron James. Sayang sekali duet Davis-Williamson tidak jadi terwujud.
Banyak kalangan menilai Zion ini rare breed, sekaligus banyak yang meragukan karirnya kelak di NBA akan berumur panjang ketika dia harus bermain melawan bigman lain yang tidak kalah kuat dan jauh lebih berpengalaman. Dikhawatirkan eksplosifitasnya membuat Zion rentan cidera dan tidak memiliki karir yang lama di NBA. Kekhawatiran itu langsung diperkuat ketika Zion mengalami cidera di pramusim. Beberapa expert kemudian menyarankan Zion untuk mengubah caranya berjalan dan berlari untuk mengubah titik tumpunya, sehingga tidak terlalu membebani bagian otot-otot tertentu.
Tapi ternyata performa setelah kembali dari cidera cukup memberi bukti. Di pertandingan pertamanya, Pelicans memang kalah dari Spurs, tapi Zion mencetak 22 poin, 7 rebound, 3 assist, hanya dalam waktu 18 menit, dipermanis dengan empat kali three point sukses dari empat kali percobaan. Setelah itu, performanya cukup menakjubkan. Dalam 19 pertandingan terakhir, dia mencetak 23.57 Points Per Game dengan hanya tiga kali dibawah 20 poin, 6.7 Rebounds Per Game, dan 2.1 Assists Per Game. Semua itu dihasilkan dengan dominasi di bawah ring yang sangat menonjol ketika berhadapan dengan siapapun. Kedatangannya juga membawa harapan besar untuk Pelicans, karena performa tim meningkat dari 17-27 pre-Zion, menjadi 11-9 post-Zion. Kombinasinya dengan Ingram membuat Pelicans memiliki variasi serangan yang lebih kaya. Duet rare breed ini menghasilkan ancaman cepat, kuat dan tajam sekaligus. Ingram menjadi ancaman dari luar dan perimeter, Zion menakutkan di dalam.

Yang ketiga adalah kombinasi para pemain mudanya. Rata-rata usia pemain Pelicans adalah 24.87, starternya bahkan hanya 24, yang tertua adalah Jrue Holiday yang berusia 29 tahun, plus eks starter Utah Jazz berusia 28 tahun, Derick Favors. Berikut adalah komposisi pemain Pelicans :


No Name Pos Height Weight Age Draft Pick Games Start Min Played
1 Jrue Holiday G 191 82 29 2009 17 55 55 1922
2 Brandon Ingram F 201 89 22 2016 2 56 56 1919
3 Lonzo Ball G 198 86 22 2017 2 56 47 1817
4 Josh Hart F 196 93 24 2017 30 57 14 1563
5 J.J. Redick G 191 86 35 2006 11 54 35 1425
6 Derrick Favors C 206 112 28 2010 3 45 43 1089
7 Jaxson Hayes F/C 211 100 19 2019 8 51 5 958
8 E'Twaun Moore G 191 87 30 2011 55 56 12 951
9 Nicolò Melli F 206 107 29 2019 Und 52 6 889
10 Kenrich Williams F 198 95 25 2018 Und 35 18 779
11 Frank Jackson G 191 93 21 2017 31 51 1 656
13 Zion Williamson F 198 129 19 2019 1 19 19 565
12 Nickeil Alexander-Walker G 196 93 21 2019 17 41 0 501
14 Jahlil Okafor C 208 122 24 2015 3 28 9 424
15 Zylan Cheatham F 196 100 24 2019 Und 3 0 31
16 Josh Gray G 183 82 26 2016 Und 2 0 23

Team Average


24.875





Hanya ada dua pemain yang berusia 30 tahun keatas. Dua veteran ini jadi pembimbing adik-adiknya yang penuh semangat menggelora. JJ Redick juga jadi role player tukang three point, dimana ketenangan khas pemain senior sangat diperlukan di saat-saat genting. Memiliki core player yang berusia muda, berarti masa depan Pelicans sangat bagus, dengan catatan para pemain muda ini belum mencapai titik permainan terbaiknya. Tim ini sekilas mengingatkan saya pada Oklahoma City Thunder ketika diperkuat Durant-Westbrook-Harden-Ibaka pada masa jayanya.

Berbeda dengan Bucks yang berisi pemain-pemain yang awalnya tidak diunggulkan, Pelicans ini justru dipenuhi bibit-bibit unggul. Lima diantara roster mereka tadinya adalah top five draft pick. Hanya saja semuanya belum benar-benar bertransformasi menjadi superstar. Di tangan pelatih yang tepat dan didikan senior yang berpengalaman, para wonderkid ini berpotensi untuk menjadi satu tim yang solid dan menakutkan.

Saat ini Pelicans masih menempati posisi ke-9 di wilayah barat, 4 Game Behind untuk menyalip posisi 8. Saingan di atasnya adalah Memphis Grizzlies yang dipimpin oleh calon kuat Rookie Of The Year, Ja Morant. Dengan tren positif post-Zion ini, persaingan memperebutkan posisi ke-8 masih terbuka. Selain demi meraih tiket Playoff, finish di atas Grizzlies akan meningkatkan peluang Zion Williamson untuk menikung Ja Morant dari pole position ROY. Musim reguler masih akan bergulir hingga 15 April, banyak pertandingan seru yang akan terjadi. Pelicans sudah pernah menang melawan Celtics, Grizzlies, Heat, Pacers dan Blazers, maka kekuatannya sudah cukup teruji untuk bisa bersaing melawan tim kuat.

-maheinberg, 2020-

09 Maret 2020

Take A Look At Lazio 19-20

Sebuah musim yang aneh ketika nonton Lazio maen lebih menyenangkan daripada nonton Barcelona. Itulah yang terjadi di musim ini. Selain karena Barcelona nya memang sulit menemukan permainan cantiknya lagi, Lazio memang sedang bagus-bagusnya. Artikel ini saya tulis sebagai bentuk euforia karena Lazio untuk sementara berada di peringkat kedua klasemen Serie A, selisih satu poin dengan Juventus. Lazio yang beberapa musim terakhir berjuang untuk masuk zona eropa, saat ini cukup layak untuk membicarakan gelar juara.

(source : sslazio.it)

Sebenarnya apa yang terjadi?

Nggak tau juga, karena itulah saya agak kaget. Cukup lama bagi saya tidak mengikuti perkembangan Lazio, selain karena minimnya tayangan Serie A di televisi, sangat sedikit juga blog atau channel youtube yang membahas perkembangan Lazio. So, mari kita coba kupas sedikit-sedikit jeroan Lazio yang sekarang dilatih oleh Simone Inzaghi sejak 2016 ini.


Ini adalah daftar pemainnya :


No Nama Posisi Umur Tinggi Berat Warga Negara Maen Starter Gol Assist KK KM
17 Immobile, Ciro  F 29 6'1" 80 Italy 26 25 27 7 4 0
1 Strakosha, Thomas  G 23 6'4" 80 Albania 26 26 0 0 1 0
10 Luis Alberto  M 26 6'0" 70 Spain 25 25 4 11 4 0
21 Milinkovic-Savic, Sergej  M 24 6'3" 76 Serbia 25 24 4 4 6 0
33 Acerbi, Francesco  D 31 6'4" 89 Italy 24 24 2 2 4 0
11 Correa, Joaquin  M 24 6'2" 77 Argentina 22 17 7 1 0 0
6 Leiva, Lucas  M 32 5'10" 74 Brazil 22 21 0 1 7 0
26 Radu, Stefan  D 32 6'0" 79 Romania 22 22 1 0 6 0
20 Caicedo, Felipe  F 30 6'0" 81 Ecuador 21 11 8 2 4 0
29 Lazzari, Manuel  M 25 5'9" 67 Italy 21 18 0 2 4 0
19 Lulic, Senad  M 33 6'0" 75 Bosnia & Herzegovina 20 20 0 3 6 0
3 Luiz Felipe  D 21 6'2" 79 Brazil 19 18 1 1 5 0
16 Parolo, Marco  M 34 6'0" 82 Italy 17 6 0 0 5 0
22 Jony  M 27 5'10" 77 Spain 15 6 0 1 2 0
32 Cataldi, Danilo  M 24 5'11" 75 Italy 14 1 1 0 3 0
4 Patric  D 25 6'0" 74 Spain 12 10 0 0 1 0
77 Marusic, Adam  D 26 6'1" 81 Montenegro 10 8 2 0 2 0
15 Bastos  D 27 6'0" 77 Angola 8 3 1 0 2 0
93 Vavro, Denis  D 22 6'3" 0 Slovakia 5 1 0 0 0 0
34 Adekanye, Bobby  F 20 5'7" 0 Netherlands 3 0 1 0 1 0
28 Anderson, Andre  M 19 5'11" 0 Italy 2 0 0 0 0 0
5 Lukaku, Jordan  D 24 5'11" 83 Belgium 2 0 0 1 0 0
7 Berisha, Valon  M 26 5'9" 70 Kosovo 0 0 0 0 0 0
23 Guerrieri, Guido G 24 6'15" 0 Italy 0 0 0 0 0 0
24 Proto, Silvio G 36 6' 0 Belgium 0 0 0 0 0 0

Rata-Rata
26.56









Formasi default Lazio adalah 3-5-2, dengan starter di pertandingan terakhir melawan Bologna adalah sebagai berikut :

(source : livescore.com)

Entah kenapa, Lazio selalu bisa mendapatkan kiper yang bagus-bagus, meskipun tidak termasuk tim yang punya banyak duit. Setelah era Marchegiani dan Peruzzi di masa lalu, Lazio pernah diperkuat oleh Juan Pablo Carrizo, Fernando Muslera, Federico Marchetti, dan saat ini, Thomas Strakosha. Strakosha bahkan didatangkan dengan nyaris gratis, dibina sejak usia muda, dibeli dari Panionios tahun 2012. Sempat dipinjamkan ke Salenitana, Strakosha baru menjadi kiper utama Lazio sejak 2017. Masih berusia 23 dan nyaris tidak ada tekanan sebesar kiper muda lainnya, Donnaruma misalnya, gawang Lazio tampaknya masih aman hingga beberapa tahun ke depan. Kiper yang bagus adalah syarat utama sebuah tim menjadi tim besar.

Deretan pemain belakang relatif tidak memiliki nama besar, dan jarang yang menjadi incaran tim elit eropa. Starter di belakang yang paling sering dipercaya adalah Acerbi, Radu, dan Luiz Felipe. Francesco Acerbi adalah bek timnas Italia yang baru memulai debut di tahun 2014, dan saat ini baru memperoleh 6 caps. Stefan Radu sudah menjadi bek andalan Lazio sejak masih kecil, di tahun 2018, dan pernah jadi kapten di musim 2011-2012. Radu adalah pemain serba bisa, yang bahkan kadang berperan sebagai penyerang sayap. Luiz Felipe bergabung di Lazio sejak 2016, dan sempat dipanggil ke timnas junior Italia, tapi menolak karena bertekad untuk tetap membela negara kelahirannya, Brazil. Ada juga Patric yang adalah lulusan La Masia, berposisi asli bek kanan, tapi juga bisa menjadi pemain tengah atau gelandang bertahan. Sebenarnya Lazio masih punya Jordan Lukaku yang berposisi asli bek kiri, tapi dia sedang bermasalah dengan cidera. Meskipun nama-nama ini relatif kurang terkenal, tapi barisan belakang Lazio sangat kokoh, dengan tingkat kebobolan paling sedikit di Serie A.

Lini tengah adalah kekuatan utama Lazio, dimana Simone Inzaghi menumpuk banyak pemain dengan fungsinya masing-masing. Pemain paling penting, yang mungkin menjadi roh dan jantung permainan Lazio adalah Luis Alberto. Pemain Spanyol ini besar di Sevilla, sempat bermain di Barcelona B, dan pernah mencicipi permainan Premier League ketika dibeli Liverpool. Namun karirnya baru benar benar moncer di Lazio, sejak ditransfer tahun 2016 hanya dengan biaya 4juta euro saja. Dia adalah playmaker yang mengalirkan bola begitu lancarnya, karena memiliki visi yang tajam dan kemampuan memberikan passing yang manis. Luis Alberto menjadi pemuncak sementara pembuat assist di Serie A.
Yang banyak diincar tim besar eropa adalah Sergej Milinkovic-Savic. Pemain dari Serbia ini memiliki gaya permainan ala complete midfielder seperti hybrid antara Paul Pogba dan Yaya Toure. Dengan postur yang tinggi dan kuat, dia cukup baik dalam pergerakan offensive, positional sense, bagus dalam bertahan dan kadangkala membantu tim lewat finishing.
Lalu ada Lucas Leiva, pemain Brazil yang pernah 10 tahun membela Liverpool, pemain tengah yang tidak cepat dan juga tidak skillful, tapi memiliki stamina, workrate, dan antisipasi yang bagus, sehingga bisa ditempatkan sebagai gelandang bertahan dan kadang-kadang menjadi bek tengah dadakan dengan alasan taktis.
Kemudian ada dua pemain muda yang juga bisa diandalkan. Yang pertama adalah mantan pemain SPAL yang sudah punya satu cap timnas Italia, Manuel Lazzari, dan eks andalan Sevilla, Joaquin Correa. Dan tidak lupa kehadiran veteran yang ternyata adalah kapten dan wakil kapten, yaitu Senad Lulic dan Marco Parolo.

Dominasi lapangan tengah tentu tidak bisa menghasilkan output optimal tanpa adanya finisher tajam. Lazio harus berterima kasih banyak kepada top scorer Serie A sementara, yaitu Ciro Immobile. Dengan catatan 27 gol, Immobile unggul 6 gol dari peringkat kedua, Cristiano Ronaldo. Musim ini bisa jadi musim paling produktifnya, karena gol terbanyak sepanjang karirnya terjadi di musim 17/18 dengan 29 gol. Di usia ke 30 ini, Immobile sudah menjalani 39 partai bersama timnas Italia, dan mencetak 10 gol. Immobile bisa berperan sebagai target man ataupun penyerang sayap. Dia memiliki kecepatan dan kekuatan fisik, serta pekerja keras dengan insting finishing yang makin tajam di usia senja. Kelebihan lain Immobile adalah dominan di udara, pergerakan tanpa bola yang bagus, dan punya keunggulan dalam link up play yang membuatnya ada di top 5 daftar pemberi assist Serie A. Lengkap juga ya ternyata. Kok bisa ya masih bertahan di Lazio?
Tandem Immobile adalah Filipe Caicedo. Tidak banyak informasi yang ada tentang striker dengan catatan gol terbanyak kelima sepanjang sejarah timnas Ecuador ini, tapi perannya dalam membuka ruang dan ancaman kedua setelah Immobile rupanya berperan penting dalam skema permainan Lazio.

Mungkin saya musti sedikit kecewa karena entah kapan bisa nonton Lazio lagi mengingat Serie A yang sedang dihentikan karena efek Covid-19, tapi saat ini membicarakan kemungkinan Lazio menjadi juara tidaklah berlebihan, meskipun juga tidak perlu dibesar-besarkan, mengingat kompetisi yang masih menyisakan 12 pertandingan lagi. Ketika artikel ini ditulis, Lazio sedang menjalani unbeaten run terpanjang di lima liga terbaik eropa, dengan catatan 21 pertandingan, thanks to Watford yang menghentikan laju kemenangan Liverpool.

 
-maheinberg, 2020-

05 Maret 2020

Take A Look At Milwaukee Bucks 19-20

Tidaklah mengherankan ketika Milwaukee Bucks jadi tim yang kuat di musim ini, tapi tetap saja banyak yang kaget ketika dia jadi sangat dominan, dan untuk sementara menempati posisi teratas di seluruh NBA. Hingga artikel ini ditulis, rekor menang kalah Bucks adalah 53-9. Tadinya Bucks malah sempat diperkirakan bisa menyaingi rekor 73-9 GSW di musim 15/16, tapi menjadi agak sulit ketika Miami Heat memberikan kekalahan ke 9 untuk Bucks.

(source : here)

Yang menarik bagi saya, berbeda dengan Lakers yang diisi para mega bintang dan eks pemain bintang, Bucks ini disusun dari pemain-pemain yang awalnya dianggap medioker saja, tapi bisa membentuk tim yang solid dalam bertahan, yang dibuktikan menjadi yang teratas di defensive rating (101.0) NBA saat ini, serta tetap ganas dalam menyerang, posisi ke empat dalam offensive rating (112.8) NBA. Selain itu, Bucks juga memimpin di kategori lain seperti : Rebound Percentage, Player Impact Percentage, dan Pace.


Benarkah para pemain Bucks ini awalnya medioker? Mari kita lihat statistik di bawah ini :


No Name Pos Height Weight Age Draft Pick Games Start Min Played
1 Giannis Antetokounmpo F 211 110 25 2013 15 56 56 1727
2 Khris Middleton F 201 101 28 2012 39 53 50 1582
3 Brook Lopez C 213 122 31 2008 10 59 58 1566
4 Eric Bledsoe G 195 97 30 2010 18 54 54 1460
5 Wesley Matthews G 193 100 33 2009 Und 59 59 1453
6 Donte DiVincenzo G 193 92 23 2018 17 57 22 1308
7 George Hill G 191 85 33 2008 26 51 0 1087
8 Pat Connaughton G 196 95 27 2015 41 58 0 1053
9 Ersan İlyasova F 206 107 32 2005 36 54 7 864
10 Robin Lopez C 213 127 31 2008 15 57 3 815
11 Kyle Korver G 201 96 38 2003 51 47 0 782
12 Sterling Brown G/F 196 99 24 2017 46 44 0 629
13 D.J. Wilson F 208 105 23 2017 17 30 0 259
14 Marvin Williams F 203 108 33 2005 2 9 0 157
15 Dragan Bender F/C 213 113 22 2016 4 7 0 91
16 Thanasis Antetokounmpo F 198 99 27 2014 51 17 1 73
17 Frank Mason G 180 86 25 2017 34 5 0 23

Team Average


28.53





Starter utama Bucks bukanlah top pick pada masanya dulu. Pick tertinggi adalah Brook Lopez, yaitu ke 10 yang waktu itu di pick oleh New Jersey Nets. BroLo kemudian sempat ke Lakers, dan kurang berkembang disana. Di Bucks, dia jadi bigman yang sangat berguna dalam skema serangan Bucks, bahkan hanya dengan berdiri menjauh dari ring. Posisinya sebagai center yang handal dalam menembak three point membuat bigman lawan harus memilih antara menjaganya keluar yang artinya menyisakan lubang di tengah yang bisa dieksploitasi Giannis, atau tetap bertahan under basket untuk mencegah drive masuk, tapi tentu akan meninggalkan BroLo terbuka di luar.
Berikutnya tentu saja adalah si MVP, Giannis "Greek Freak" Antetokounmpo. Mengeja namanya memang cukup susah, tapi tidak seberapa dibanding kesusahan dalam menjaga pergerakannya. Giannis yang dulunya tinggi cungkring berubah menjadi pemain yang sangat atletis dengan kemampuan komplit. Setelah sebelumnya terkenal karena langkahnya yang panjang dan loncatannya yang tinggi, kini Giannis melengkapi senjatanya dengan kemampuan three point dan perimeter shoot. Dan tampaknya dia belum mencapai potensi tertingginya. Pemain yang besar akan dilawannya dengan kecepatan, pemain cepat akan dilawan dengan kekuatan badannya, maka kemampuan shoot dari jarak jauh akan membuatnya unstoppable, karena double/triple team akan membuat rekannya bebas dari penjagaan.
Eric Bledsoe adalah pick ke 18 di tahun 2010. Dia adalah primary ball handler di Bucks yang memiliki kecepatan sekaligus kekuatan. Bersama Giannis, Bledsoe masuk All-Defensive First Team NBA tahun 2019.
Khris Middleton telah berubah dari pemain 2nd round draft pick menjadi pemain All Star. Musim ini dia sudah mengemas 128 three point sukses dari 43% success rate. Trio Giannis-Bledsoe-Middleton adalah trio yang sangat menakutkan.
Starter terakhir adalah Wesley Matthews. Lebih "parah" dari Middleton yang 2nd round pick player, Matthews malah Undrafted ketika diambil oleh Utah Jazz di 2009, dan kemudian nyaris selalu menjadi starter dimanapun dia bermain.

Dari seluruh roster, pick tertinggi justru adalah Marvin Williams, yang meskipun di tahun 2005 adalah draft nomor 2 dan sempat membuat Atlanta Hawks kembali menjadi tim langganan playoff, di Bucks hanya mendapatkan menit sedikit. Lalu juga ada Dragan Bender yang bahkan sudah di trade ke GSW.

Sekedar sebagai pembanding, mari kita lihat statistik "Super Team" Golden State Warriors di musim 2015-2016 yang masih memegang rekor kemenangan terbanyak babak reguler NBA.


No Name Pos H W Age Draft Pick
1 Draymond Green F 198 104 25 2012 35
2 Stephen Curry G 191 84 27 2009 7
3 Klay Thompson G 198 98 25 2011 11
4 Harrison Barnes F 203 102 23 2012 7
5 Andre Iguodala F 198 98 32 2004 9
6 Shaun Livingston G 201 87 30 2004 4
7 Andrew Bogut C 213 118 31 2005 1
8 Leandro Barbosa G 191 91 33 2003 28
9 Brandon Rush G 198 100 30 2008 13
10 Marreese Speights C 206 116 28 2008 16
11 Festus Ezeli C 211 120 26 2012 30
12 Ian Clark G 191 79 24 2013 Und
13 James Michael McAdoo F 206 109 23 2014 Und
14 Anderson Varejão C 211 124 33 2004 30
15 Jason Thompson C 211 113 29 2008 12
16 Kevon Looney F 206 101 19 2015 30

Team Average


27.38


Tidak ada personil tim ini yang ada di top 5 draft pick, tapi di tangan Steve Kerr bisa diolah menjadi super team yang sangat dominan melawan tim manapun. Tim ini adalah tim bersejarah yang mampu mengubah cara bermain banyak tim di NBA, dan kembali mempopulerkan pola permainan small ball.

Lalu akan menjadi seberapa besarkah impact Milwaukee Bucks di musim ini di NBA? Tentunya kita harus menunggu hingga akhir musim, mengingat musim lalu ketika mereka sudah menjadi yang terbaik di Wilayah Timur, mereka akhirnya dikalahkan oleh Raptors yang dipimpin oleh Kawhi Leonard. Meskipun musim ini rekor mereka 2-0 ketika melawan Raptors yang sudah tidak lagi diperkuat Kawhi, namun mereka masih mencatat 1-1 melawan Celtics yang punya defense bagus, dan 0-2 ketika berhadapan dengan Miami Heat. Artinya di timur pun Bucks belum bisa santai.

Tetap kita patut angkat topi untuk Coach Mike Budenholzer yang mampu meramu tim ini menjadi solid dan memiliki masa depan cerah, paling tidak untuk satu dua tahun ke depan. Tim yang awalnya ada di posisi ketiga di prediksi awal musim, di bawah Clippers dan Lakers, kini jadi paling favorit untuk jadi juara.

So, prediksi Final NBA tahun ini, masih, Bucks vs Lakers. Duel tim minim star yang hustle, melawan pemain-pemain matang yang perlu pembuktian.
 
-maheinberg, 2020-