18 September 2012

Closer To The Dream, Mes Que Un Club


Gambar di atas saya ambil dari TotalBarca, dari artikel yang menginspirasi tulisan ini. Dari gambar itu baru saya sadari bahwa starter Barcelona pada pertandingan Getafe vs Barcelona weekend kemarin (15/9), 10 dari 11 nya adalah hasil lulusan akademinya sendiri, yaitu La Masia. Ya, Barcelona memainkan Victor Valdes, Martin Montoya, Gerard Pique, Carles Puyol, Thiago Alcantara, Sergio Busquets, Xavi Hernandez, Pedro Rodriguez, Francesc Fabregas, Cristian Tello, dan Adriano. Yang tidak pernah merasakan La Masia hanya nama yang saya sebut paling akhir. Seandainya Jordi Alba sedang fit, bisa saja 100% starter Barcelona adalah pemain binaan sendiri. Kecuali Fabregas, semua alumni La Masia itu selalu ada di Barcelona sejak awal karir profesionalnya. Hasilnya pun tidak mengecewakan, bahkan bisa dibilang sangat memuaskan, karena Barcelona berhasil mengalahkan Getafe dengan skor 4-1. Lebih memuaskan lagi, kemenangan itu terjadi di kandang Getafe, dimana musim lalu Barcelona menelan kekalahan, dan beberapa minggu lalu giliran Real Madrid gagal meraih poin.

Formasi starter ini memang tidak bertahan hingga akhir, pergantian pertama dilakukan Barcelona ketika kedudukan masih 1-0. Puyol yang cidera digantikan Mascherano, Messi masuk menggantikan Thiago, lalu Tello menggantikan posisi Villa di bangku cadangan. Tiga La Masia digantikan satu La Masia. Namun lepas dari itu, penampilan para teman-teman satu sekolah ini luar biasa. Bukan sekedar bagus, tapi brilian dan menjanjikan. Dari semua pemain itu, yang terbilang tua hanya Puyol dan Xavi. Valdes juga hampir tua, tapi untuk kiper, karirnya masih cukup panjang. Sementara sebagian dari mereka justru sedang bagus-bagusnya, dan masih bisa berkembang lagi. Sebut saja nama-nama seperti (must-write) Messi, Iniesta, Fabregas, Pedro, Busquets, dan Pique. Kombinasi tua-muda itu masih dilengkapi dengan para "anak kecil" berpotensi seperti Bartra, Montoya, Planas (B), Deulefou (B), Thiago, Cuenca dan Tello (B). Jika dilihat lagi ke Barcelona B, masih banyak juga yang terpaksa masih ada disana karena banyaknya pemain bintang di tim utama.

Louis Van Gaal pernah memimpikan sebuah tim yang berjaya di Eropa, dimana seluruh pemainnya adalah pemain hasil binaan tim sendiri. Musim ini Barcelona bisa saja mewujudkan itu dalam starting lineupnya, namun masih perlu waktu untuk membangun sebuah Real Dream Team yang berisi 100% alumni La Masia. Jika beberapa tim besar memilih untuk mempensiunkan nomor punggung tertentu untuk menghormati pemain istimewa yang menghabiskan seluruh karirnya di tim tersebut, bisa-bisa nantinya Barca perlu untuk mempensiunkan seluruh nomor starter dengan alasan yang sama. Sangat mungkin. Tapi tentu saja tidak akan terjadi.

Memang, Barcelona juga mengeluarkan banyak uang untuk membeli beberapa pemain yang masih ada hingga kini. Pada 2010, Barcelona membeli David Villa (40M EUR), Mascherano (24M EUR) dan Adriano (hampir 10M EUR). Fabregas diboyong kembali dengan bandrol hampir 30 juta Euro, bersamaan dengan pembelian Sanchez (26M EUR). Dan di awal musim ini, hadirlah Alex Song (15M GBP) dan Jordi Alba (14M EUR). Ini belum termasuk pembelian-pembelian yang kurang berhasil seperti Ibrahimovic. Bukan jumlah yang kecil, namun harus diingat bahwa dalam empat tahun terakhir, prestasi Barcelona sangat mengkilap. Artinya, pemasukan Barcelona sangat besar. Sebagai contoh, di musim 2011/2012, Barcelona meraih pendapatan sebesar 494,9M EUR, atau sekitar 6jutajuta, alias Enam Triliun Rupiah. Meningkat di banding musim sebelumnya yang meraih pendapatan sebesar 461M EUR, atau sekitar 5,5 Triliun Rupiah. Sedangkan untuk membeli 10 pemain non La Masia yang saat ini masih ada di Nou Camp, Barcelona menghabiskan dana "hanya" sekitar 200juta EURO dalam rentang waktu lima tahun, atau sejak tahun 2007.

Bagaimana dengan prestasi?  Well, empat tahun terakhir bisa jadi menjadi era paling sukses dalam sejarah Barcelona. Sampai-sampai kehilangan gelar La Liga dan Liga Champion di musim lalu dianggap sebagai kegagalan besar. Padahal Barcelona masih meraih gelar Piala Raja, dan semua gelar yang mungkin diraih lainnya, seperti Piala Super Eropa, Piala Super Spanyol, dan Piala Dunia Antar Klub. Agak berbeda dengan tim lain yang mungkin menganggap raihan satu piala sebagai sebuah keberhasilan besar.

Mari kita bandingkan dengan tim besar eropa lainnya. Paling dekat adalah Real Madrid. Sejak 2009 saja, untuk membeli 12 pemain, Real Madrid telah menghabiskan dana tidak kurang dari 372juta EURO. Akan memakan waktu lebih lama untuk membicarakan transfer pemain, daripada untuk membincangkan kembali prestasi yang diraih sejak 2009 itu.

Menyeberang ke Inggris, ada City si tim kaya baru, dan Chelsea, tim sugardaddy yang lebih senior. Sejak 2009, Manchester City membeli banyak sekali pemain. Dari sekian banyak pemain belian itu, ada paling tidak 15 pemain yang masih berstatus pemain City, yang totalnya dibeli dengan harga 382juta EURO. Sedangkan Chelsea sejak 2009 telah menghabiskan sekitar 280juta EURO untuk mengisi skuad saat ini. Belum termasuk para pemain yang telah dibeli sebelum 2009.

Tak lengkap rasanya jika membahas tim kaya tanpa menyebut nama PSG. Sebagai tim sugardaddy anyaran, sejak 2010 saja PSG telah menambah paling tidak 16 pemain yang masih terdaftar dalam skuad musim ini, dengan jumlah total pembelian sebesar 203juta EURO. Ini pun belum termasuk Lucas Moura yang baru masuk Januari tahun 2014 nanti.

Prestasinya? Oke, City telah meraih gelar Liga Inggris. Oke, Chelsea telah menjadi juara Liga Champion dan Piala FA sekaligus. Oke, PSG sukses menjadi runner up Ligue 1. Namun tim-tim ini belum berhasil menancapkan dominasinya di Eropa.

Dari perbandingan itu, bisa dibilang skuad Barcelona termasuk tidak mahal, namun mampu menghadirkan prestasi mayor yang konsisten, bukan hanya untuk saat ini, tapi juga untuk beberapa tahun mendatang. Proses pendidikan di akademi milik sendiri tentu menjanjikan proses yang berkelanjutan dan menjamin masa depan Barcelona. Barcelona bergerak menuju arah dimana impian Van Gaal bisa menjadi kenyataan. Sebuah masa dimana pembelian pemain bukanlah pilihan utama, dan pemain bagus sangat melimpah justru dari halaman belakang markas mereka.

Penggunaan pemain binaan sendiri juga menghadirkan hal positif di ruang ganti, karena suasana kekeluargaan yang sangat kental akibat lamanya para personil hidup dan belajar bersama-sama. Kecintaan mereka pada Barca akan melebihi cinta para pemain tim lain pada timnya masing-masing. Bukan lagi hanya tentang menang dan kalah di pertandingan. Tentang rasa lapar akan kemenangan tanpa menghilangkan rasa hormat kepada siapapun yang dikalahkan. Tentang tetap berdiri penuh harga diri ketika telah dikalahkan melalui sebuah perjuangan bersama-sama, penuh salut kepada yang menang. Kompetisi yang ketat dan sehat, bahkan dimulai dari benih terlemah di sistem pembinaan tim. Akan terbangun sebuah rasa ikut memiliki yang sangat berbeda. Untuk sebuah tim yang juga sangat berbeda. Tim yang bukan sekedar klub biasa.
Mes Que Un Club...

0 komentar:

Posting Komentar