Saya penggemar berat musik.
Hampir segala jenis musik saya suka. Bagi saya, tidak ada jenis musik yang buruk. Mungkin ada beberapa musisi yang karyanya belum bisa saya nikmati, tapi saya tidak pernah membenci sebuah genre musik. Sejak kecil, saya yang lahir tahun 80an sangat menyukai musik rock klasik. Selain karena saat itu musik rock sedang mengalami kejayaan, rock juga beredar di sekeliling kehidupan saya. Kakak saya drummer sebuah band yang sering memainkan lagu Metallica. Ayah saya penggemar berat Scorpions. Om saya kolektor kaset, dan pernah memberi hadiah kaset album Adegan dan God Bless kepada keluarga saya. Debut pertama saya tampil di panggung pun identik dengan rock. Waktu TK kelas Nol Besar, di sebuah acara perpisahan sekolah ibu saya (yang guru sma), saya menyanyikan lagu Bianglala-nya Mel Shandy.
Pun begitu ketika mulai bermain band di smp, rujukan pertama saya sekitar rock klasik. Mr. Big, Van Halen, Firehouse, Extreme, dan Iron Maiden terasa sangat keren. Bagi saya kekuatan utama sebuah band rock klasik adalah gitarisnya. Semua band rock klasik wajib memiliki gitaris yang bisa bermain cepat dan skillful, penuh solo gitar di setiap lagunya, terutama di bagian tengah lagu. Gitaris tipe ini konon disebut sebagai shredder. Buat saya, para shredder adalah dewa musik.
Sejak SMA, saya mulai menyukai jazz, setelah seorang teman memperkenalkan saya kepada Incognito. Bassline Still a Friend Of Mine menjadi jembatan dari kegemaran saya pada shredding, dengan pola jazz yang lebih dinamis. Lama-lama saya temukan bahwa musik jazz tidak bisa dinimati dengan cara rock. Jika ingin mencari permainan solo gitar dan bass yang cepat, ruwet, dan njlimet, apalagi secara berpola di intro-tengah-&-akhir, maka cukup sulit untuk menemukannya di jazz. Jazz bukan tentang pamer skill individu. Jazz lebih dari itu. Band jazz memerlukan beberapa pemain yang memiliki skill oke, dan harus memiliki chemistry satu sama lain. Bisa saja ada tiga pemain musik berkualitas tinggi, namun tidak mampu menghadirkan nuansa jazz karena 'ga nyambung'. Sebaliknya, jika ada 4 player berkualitas sedang, tapi mampu membangun chemistry, maka garis jazz nya akan terbentuk. Kadang kala jazz menampilkan pola permainan sederhana, namun disajikan dengan cara yang tepat, sehingga dihasilkan musik yang canggih, mewah, dan dahsyat.