02 November 2011

Jose Mourinho. Kagum Tanpa Mengidolakan.

The Special One

Saya rasa tidak berlebihan jika saya menyebut bahwa Manajer tim sepakbola paling happening saat ini adalah Jose Mourinho. Ada banyak alasan yang membuat manajer berkewarganegaraan Portugal yang lahir tanggal 26 Januari 1963 ini sangat menarik untuk disimak. Berikut adalah opini saya sebagai seorang fans Manchester United dan Barcelona tentang Mourinho.

1. Identik Dengan Prestasi
Karir kepelatihan Jose Mourinho menjadi sangat fenomenal ketika dia menangani klub langganan juara Liga Portugal, Porto. Di musim pertama, Porto dibawanya finish di peringkat tiga Liga Portugal dengan rekor menjanjikan, padahal Mourinho hanya menangani Porto sejak tengah musim, sehingga banyak yang menjagokan Porto akan menjadi juara tahun depannya. Prediksi tersebut ternyata tepat. Di bawah asuhan Mou Porto berhasil meraih juara di tahun 2003 dengan rekor 86 poin dan catatan M-S-K : 27-5-2. Hasil bagus ini dilanjutkan dengan kemenangan di Piala Portugal dan meraih juara Piala UEFA setelah menyingkirkan Celtic di final.

Musim berikutnya, meskipun kalah di final Piala Portugal dari Benfica, Porto yang kembali menjuarai Liga Portugal mendapat gelar yang lebih prestisius, yaitu juara Piala Champion Eropa setelah menyingkirkan lawan-lawan tangguh seperti Manchester United, Lyon, dan Deportivo La Coruna.
Keberhasilan ini membuat Roman Abhramovic sebagai pemilik Chelsea kesengsem. Jose Mourinho direkrut untuk menyusun kekuatan tim kaya baru ini. Hasilnya pun cespleng, karena Chelsea mengakhiri musim sebagai juara EPL hingga dua kali berturut-turut, dengan bonus catatan tak terkalahkan di kandang. Mourinho membuat Chelsea menjadi tim papan atas EPL dan Eropa. Namun karena tak kunjung menghadirkan tropi juara Liga Champion, Mourinho pun dipecat oleh Chelsea dan digantikan sementara dengan Avram Grant. Mourinho meninggalkan Chelsea dengan catatan sebagai pelatih tersukses sepanjang sejarah tim tersebut, mampu meraih 6 tropi dalam 3 tahun. Sekedar pembanding, sampai saat inipun Chelsea belum sukses meraih gelar Liga Champion.
Setelah Inggris, Italia menjadi destinasi Mourinho selanjutnya. Dia dikontrak oleh Inter Milan pada 2008 dengan durasi 3 tahun. Saat itu Inter Milan sedang mendominasi Liga Italia di tangan Roberto Mancini, namun tak kunjung mampu meraih gelar Piala Champion. Hasilnya pun juga sangat memuaskan. Di musim keduanya menangani Inter Milan, Mourinho menyapu bersih semua gelar juara yang bisa didapatkan. Inter Milan meraih gelar juara Serie A, Copa Italia, dan Liga Champion. Gelar Liga Champion ini terasa makin bergengsi karena mereka mampu menyingkirkan Barcelona, tim yang dianggap paling dominan di Eropa dalam dua tahun terakhir. Prestasi mengkilap ini membuat Real Madrid tertarik untuk merekrutnya, dan pada Mei 2010, Inter dan Real Madrid mencapai kesepakatan atas transfer Mourinho dengan kompensasi yang mencetak rekor.
Sebagai tim raksasa Spanyol, Real Madrid sedang terluka karena dominasi Barcelona yang terlalu hebat. Kedatangan Mourinho diharapkan mampu membangungkan sang raksasa ini dari tidur panjangnya. Sayangnya start Mourinho kurang mulus. Dalam sebuah partai prestisius bertajuk El Clasico di Nou Camp, markas Barcelona, Real Madrid dibantai 5-0. Skema menyerang yang coba dihadirkan Real Madrid tidak mampu mengimbangi permainan kolektif Barcelona, dan meninggalkan lubang besar di belakang. Bahkan Real Madrid tampak seperti sedang 'diajari' cara bermain sepakbola oleh Barcelona. Namun disinilah Mourinho membuktikan kapasitasnya. Hasil undian dari berbagai kompetisi menyebabkan El Clasico di musim 2010/2011 terjadi hingga lima kali. Dua di La Liga, dua di semifinal Liga Champion, dan satu di final Piala Spanyol. Hasilnya memang masih belum memuaskan, karena Real Madrid hanya mampu meraih satu kemenangan di Piala Spanyol, itupun harus melalui perpanjangan waktu. Namun pola permainan Real Madrid makin berkembang dari waktu ke waktu. Real Madrid tidak lagi menjadi 'murid kursus' Barcelona. Di musim 2011/2012 yang sedang berjalan ini, Real Madrid berubah menjadi tim kolektif yang sangat kuat dan cepat. Memperkuat trend Mourinho yang mampu membawa timnya menjadi lebih kuat dan meraih hasil lebih positif di tahun kedua. Sangat menarik untuk menanti El Clasico musim ini.

2. Komentar Kontroversial
Selain faktor prestasi, yang membuat Jose Mourinho disukai media adalah komentar-komentar kontroversialnya. Sepanjang karir pelatihannya, Jose Mourinho sangat sering membuat komentar menarik, dan terkesan congkak, angkuh, sombong, dan agresif. Salah satu contohnya adalah ketika pertama kali dikontrak oleh Chelsea, dia mengatakan "Please don't call me arrogant, but I'm European champion and I think I'm a special one,". Sebuah komentar berani untuk pelatih baru di Inggris. Sejak itulah Mourinho sering disebut sebagai The Special One. Tidak jarang komentar-komentar nya ini membuat risih manajer lawan dan wasit, dan memancing perang komentar di media. Namun dibalik itu, hampir semua pemain yang pernah ditangani Mourinho menyatakan kekagumannya, menggambarkan sebuah hubungan pemain-pelatih yang dekat. Tampak pula bahwa meskipun sering berkomentar pedas, Mourinho selalu melindungi pemain-pemainnya.

3. Para Mentor
Jika melihat latar belakang Mourinho sebelum menjadi pelatih, tampaknya tidak heran jika dia bisa menjadi sehebat ini. Sebelumnya Mourinho adalah penterjemah Sir Bobby Robson ketika melatih Sporting dan kemudian Porto, sekaligus partner nya untuk bertukar pikiran. Bahkan ketika Robson menangani Barcelona, Mourinho mampu menjadi penyempurna strategi Robson. Jika Robson menyukai pola ofensif, Mourinho-lah yang meng-cover sisi pertahanan. Ketika Robson melakukan pendekatan personal pada pemain, Mourinho lah yang merencanakan pola latihan. Kemampuan Mou makin terasah ketika didaulat menjadi asisten manajer Louis Van Gaal. Dengan pengalaman mendampingi pelatih-pelatih besar dan dengan background sekolah kepelatihan, meskipun Mou pernah gagal menjadi pemain sepakbola karena kurangnya kecepatan dan powernya, Mou mampu menggabungkan kemampuan melatih dengan keahlian memotivasi dan pendekatan psikologis kepada pemain.

4. Maestro Tembok Pertahanan
Sebelum menangani Real Madrid, Mourinho dikenal sebagai pelatih yang memiliki perhatian tinggi terhadap lini pertahanan. Bentuk itu sangat terlihat ketika dia menangani Chelsea dan Inter Milan. Tim sekaliber Manchester United dan Barcelona pun mampu diredam. Dalam melakukan formasi bertahan, Mou tidak segan meletakkan pemain pada posisi yang tidak semestinya, dan bahkan cukup ekstrim. Contoh nyata terlihat ketika Samuel Eto'o didaulat menjadi bek kanan ketika Inter Milan hanya bermain dengan 10 orang melawan Barcelona. Defense ketat tersebut dibarengi dengan strategi serangan balik yang sangat efektif. Biasanya Mou mengandalkan seorang target man yang besar dan kuat, seperti Drogba dan Ibrahimovic. Hal ini secara tidak langsung mengurangi faktor keindahan dalam permainan sepakbola. Mourinho tidak memainkan possesion atau mengandalkan skill individu seorang pemain. Bertahan kuat, spartan, disiplin, serangan balik, gol, dan menang. Karena itulah seringkali tim Mou hanya menang dengan skor tipis, tak peduli siapapun lawannya, baik tim elit maupun tim medioker. Meskipun bukan tergolong sebagai permainan indah, namun skema Mourinho sangat efektif, dan sejauh ini selalu berhasil mendatangkan bermacam-macam prestasi. Dan sebenarnya Mou tidak membutuhkan superstar dalam timnya. Yang dia perlukan adalah pemain yang bisa menjalankan instruksinya. You want some achievements? Mou is the one. Want some beautiful football? Try to think somebody else.
Karakter Mou ini menjadi sangat menarik ketika dia ditunjuk sebagai pelatih Real Madrid. Dalam sejarah, Real Madrid dikenal sebagai gudangnya pemain bintang dengan skill nomor satu. Julukan Los Galacticos yang berarti sekumpulan pemain dari galaksi lain cukup menggambarkan itu. Para superstar tentunya memiliki ego yang tinggi, dan ada kecenderungan berkreatifitas di lapangan, tidak mengikuti arahan pelatih sepenuhnya, karena memang cara itu seringkali berhasil. Lalu mereka akan bertemu dengan pelatih yang spartan, disiplin, dan ketat dalam bertahan. Benar-benar membuat penasaran. Bagaimana hasilnya?
Seperti yang ditulis di atas, Real Madrid sedikit rapuh di awal musim ditangani Mourinho. Paling fatal ya ketika lawan Barcelona. Karakter defense Mourinho beradu dengan kreatifitas penuh skill pemain-pemain bintangnya kadang terasa tidak menyatu. Namun semakin mendekati akhir musim, performa Real Madrid makin meningkat. Dan di musim ini perubahan itu sangat terasa. Mourinho telah mempu menyatukan beberapa faktor secara dinamis. Sederet pemain bintang, pergerakan pemain, aliran bola, dan pertahanan ketat membuat nama Los Galacticos kembali layak ditasbihkan pada mereka. Ditambah lagi dengan berkurangnya egoisme para pemain, terutama Cristiano Ronaldo, dan bersinarnya kembali mega bintang lama dalam diri Kaka dan Karim Benzema. Real Madrid menjadi tim yang memiliki gelombang serangan yang besar dan dahsyat, sekaligus mampu bertahan dengan baik. Jika melihat penampilan Real Madrid di awal musim ini yang begitu meyakinkan, maka bisa jadi Real Madrid saat ini telah kembali menjadi salah satu tim terbaik di Eropa dan dunia. Bahkan salah satu yang terbaik sepanjang sejarah. Persaingan dengan Barcelona semakin dan semakin menarik saja.

5. Faktor X
Selain kemampuan berstrategi, Mourinho adalah salah satu pelatih terbaik di dunia, bahkan sepanjang sejarah tentang penggunaan "Faktor X". Faktor X yang saya maksudkan adalah hal-hal yang bukan teknis permainan sepakbola. Lihatlah betapa Mourinho begitu pedas berkomentar di media, lihatlah (dugaan) perintah Mourinho pada Xabi Alonso dan Sergio Ramos pada fase grup Liga Champion untuk "mengkartumerahkan diri" supaya mereka berdua terbebas dari catatan kartu di fase knockout, lihatlah ganasnya provokasi dan hadangan pemain Real Madrid di El Clasico untuk merusak konsentrasi pemain Barcelona, lihatlah insiden colokan mata yang dilakukan Mou pada Tito Villanova, asisten manajer Barcelona, maka tergambar penggunaan Faktor X tersebut oleh Mourinho. Apakah ini salah? Saya rasa tidak, karena ada peraturan disana. Selama tidak dilarang, artinya boleh-boleh saja. Kalo misalkan Mourinho melewati batas dan melanggar peraturan, ya tinggal dihukum. That Simple. Mourinho menyindir tajam manajer lawan? Psywar adalah hal yang biasa dalam sepakbola, selama tidak melanggar batas-batas seperti rasisme, misalnya. Tackling brutal? Biar saja. Masih ada wasit disana, jika dianggap berbahaya wasit bisa mengeluarkan kartu merah, dan pertandingan berjalan kembali. Tindakan tidak terpuji di luar lapangan? Itu hak dia, dan pasti sudah tau konsekuensinya. Itu semua menggambarkan karakter seorang Mourinho. Kalo masalah suka atau tidak itu sangat obyektif.

Saya sendiri sangat mengagumi komitmen dan totalitas Mourinho dalam pekerjaannya, termasuk kemampuannya mendatangkan prestasi secara konsisten. Namun Mourinho bukan idola saya, karena sikap arogan dan penggunaan Faktor X-nya tersebut, serta filosofi sepakbolanya yang menurut saya kurang menghibur. Karena sebagai pengamat, saya pribadi menginginkan sebuah bentuk hiburan ketika menyaksikan pertandingan sepakbola, dan saya sangat menyukai permainan sepakbola yang indah. Sesuatu yang membuat saya mengagumi seorang Jose Mourinho tanpa mengidolakannya.

0 komentar:

Posting Komentar