09 September 2011

Lazio Will Be Back!!!

Sempat menjadi tim besar yang disegani di Italia di akhir 90an, prestasi Lazio perlahan-lahan menurun, terutama setelah terkena skandal Calciopoli. Setelah meraih gelar juara di Tahun 2000, Lazio kemudian mengalami krisis keuangan parah, konon awalnya disebabkan oleh pembelian Hernan Crespo yang terlalu mahal. Beberapa tahun terakhir bahkan Lazio tidak lagi diperhitungkan sebagai tim elit, dan hanya identik dengan gelar tim medioker. Namun Lazio membuktikan kebangkitannya sejak tahun 2010, dan setahun kemudian Lazio mengakhiri musim 2010/2011 dengan finish di peringkat ke lima. Memang belum membanggakan, tapi cukup menjanjikan. Asa tersebut semakin meninggi jika kita melihat transfer yang dilakukan Lazio pada awal musim 2011/2012.

Hernan Crespo kala masih berseragam Lazio

Meskipun kehilangan kiper utama yang juga kiper pertama Uruguay, Fernando Muslera, yang hijrah ke Galatasaray, serta dipinjamkannya striker Mauro Zarate ke Inter Milan, Lazio kedatangan beberapa pemain yang cukup bagus. Sebagai pengganti Muslera, Lazio berhasil mendatangkan kiper Internasional Italia, Federico Marchetti. Marchetti yang lahir tanggal 7 Februari 1983 ini adalah kiper kedua timnas Italia setelah Gianluigi Buffon. Kiper yang dibeli dari Cagliari ini sebelumnya lebih sering bermain di klub-klub kecil seperti Biellese dan Albinoleffe, namun mampu menyajikan performa memikat, hingga akhirnya dipanggil ke timnas.
Di belakang, Lazio menambahkan eks bek tengah Sampdoria, Marius Stankevicius. Bek jangkung ini sebelumnya dipinjamkan ke Valencia.

08 September 2011

Sudahkah Optimisme Muncul Dari PSSI Baru?

Beberapa saat lalu, ketika rezim kekuasaan PSSI era Nurdin Halid berhasil "digulingkan", muncul euforia luar biasa bagi penikmat sepakbola Indonesia. Rezim lama yang diduga dipenuhi mafia tersebut tidak menghasilkan prestasi berarti selama masa kepemimpinannya, bahkan diduga penuh korupsi. Ditambah lagi dengan kengototan sang pemimpin dalam mempertahankan posisinya, meskipun media menunjukkan bahwa dia ditentang mayoritas Rakyat Indonesia, membuat para pengamat makin curiga ada sesuatu sistematis yang ditutupi. Buruknya kualitas Liga di Indonesia, jeleknya mental pemain sepakbola, kurangnya jenjang pembinaan yang kontinyu, dugaan pengaturan skor, dugaan mafia wasit, makin menurunnya kualitas Timnas Indonesia yang bahkan tidak lagi jadi tim unggulan di Asia Tenggara semua dilimpahkan kesalahannya kepada para pengurus PSSI. Sehingga, ketika rezim tersebut resmi digantikan oleh orang-orang baru, semua orang bahagia.

Mari kita tidak membicarakan rezim PSSI era Nurdin Halid, karena sudah terlalu banyak dibicarakan. Mari kita membahas euforia era baru ini. Menurut saya ini menarik, karena harapan Rakyat Indonesia sangat besar dibebankan di pengurus PSSI yang baru. Yang ada di benak kita semua adalah munculnya perbaikan revolusioner di segala sisi elemen sepakbola Indonesia, seperti jenjang pembinaan pemain yang jelas dan kontinyu, pelaksanaan sebuah Liga yang Profesional, tanpa mafia wasit, pengaturan skor, dan rekayasa-reayasa lainnya, yang berujung pada prestasi Timnas Indonesia supaya bisa berbicara banyak di pentas Internasional. Mampukah PSSI baru mewujudkan hal tersebut?

Skuad Fresh Manchester United


Musim 2010/2011 diakhiri Manchester United dengan indah, karena berhasil menasbihkan diri sebagai tim terbaik di Inggris. Hal ini secara resmi dibuktikan lewat pencapaian Gelar Juara Liga Inggris yang kini mencapai 19 kali, melewati Liverpool yang dominan di era 80an dengan 18 titelnya. Namun cerita sedih juga tergambar pada gelaran Liga Champion, karena untuk kedua kalinya Manchester United dikalahkan Barcelona di final, kali ini dengan skor 3-1 melalui gol Pedro, Messi dan Villa, yang dibalas oleh Rooney. Selain cerita sedih kegagalan peraihan gelar, United juga mendapat kabar buruk di susunan pemain, karena beberapa pemain senior menyatakan pensiun. Yang pertama adalah Gary Neville. Neville pensiun bahkan sebelum musim berakhir, dikarenakan cidera yang cukup panjang. Sebagai bek kanan tak tergantikan di MU, Neville dikenal sangat lugas, memiliki throw-in yang kuat, umpan silang akurat, dan jiwa kepemimpinan yang tinggi. Yang kedua adalah Paul Scholes. Bersama Neville (dan David Beckham), Scholes adalah anggota class of 92 yang tersohor itu. Di masa jayanya Scholes adalah pemain tengah yang memiliki visi bermain hebat, umpan akurat, dan tendangan yang sangat keras. Yang terakhir adalah Edwin Van Der Sar. Ditransfer dari Fulham tahun 2005, Van der Sar kemudian menjadi salah satu faktor kembalinya kejayaan United. Sejak ditinggal Schmeichel di tahun 1999, United selalu kesulitan menemukan kiper hebat. Van der sar adalah jawaban dari pencarian itu. Bahkan ketika menyatakan pensiun di usia 40, Van der sar masih tampil sebagai kiper yang sangat tangguh, kuat dan cekatan. Hal ini membuat berbagai pihak menyayangkan keputusan pensiunnya.

Transfer Saga Barcelona

Musim ini Barcelona melakukan beberapa pembelian menarik. Salah satu yang paling menyedot perhatian tentu saja proses kepindahan eks kapten Arsenal :

Francesc (Cesc) Fabregas.


Sebagai pemain asli didikan Barcelona, Fabregas justru tumbuh berkembang dan menjadi superstar setelah dibeli oleh Arsenal, dan dididik oleh Arsene Wenger, sang Profesor. Sebenarnya Barcelona sudah berusaha untuk menarik kembali Fabregas sejak musim lalu, setelah kemenangan Spanyol di Piala Dunia, namun tidak terlaksana dan berakhir sebagai rumor saja. Hingga akhirnya melalui negosiasi yang panjang, Fabregas berlabuh di kampung halamannya kembali di bulan Agustus 2011 dengan nilai 34 juta euro.

07 September 2011

How I Love Football

Pertama kali tertarik pada sepakbola adalah ketika nonton piala dunia taun 98, pas prancis jadi juara. Waktu itu di piala dunia ada beberapa figur yang sangat karismatis, seperti Ronaldo, Roberto Carlos, Zinedine Zidane, Del Piero & Filippo Inzhagi, David Beckham, Diego Simeone, dan Juan Sebastian Veron. Sebagai orang yang sebelumnya tidak tahu menahu tentang sepakbola, orang-orang itu sangat memikat saya. Ya, mereka memang laki-laki, saya juga laki-laki, dan sebagian dari mereka tidak tampan, tapi terpikatnya saya jelas bukan dari sudut pandang asmara. Mereka memainkan sepakbola yang menghibur. Itu saja.

Selepas piala dunia, liga-liga reguler di eropa mulai bergulir, dan pelan-pelan saya tau di klub mana saja pemain-pemain karismatis piala dunia tadi bermain. Mulai tau bahwa Zidane-del piero-inzaghi ada di juventus, beckham ada di man utd, Ronaldo ada di inter, Veron ada di Lazio, dan hal-hal yang seperti itu. Setelah itu berkembang lagi menjadi pengetahuan tentang profil Liga elit Eropa. Waktu itu Liga Italia adalah Liga yang paling banyak menyita perhatian dunia. Persaingan seru terjadi terutama atas tujuh tim, yang sering disebut sebagai Magnificent Seven. Mereka adalah Lazio, Juventus, Inter Milan, AC Milan, Fiorentina, AS Roma, dan Parma. Ketenaran Liga Inggris ada sedikit di bawahnya. Saat itu Manchester United sedang bagus-bagusnya dan sangat dominan. Seingat saya waktu itu hanya kehilangan dua gelar Liga Inggris dalam delapan tahun terakhir.