24 Maret 2014

What A Reality Show!! (sebuah catatan tentang El Clasico)

Setelah sekian lama, akhirnya El Clasico mampu mengembalikan sepakbola pada fitrahnya, yaitu sebagai reality show terbaik yang pernah ada. Passion, intensitas, determinasi, teknik, strategi, harapan, dan drama. Semua lengkap. Sebagai fans Barca, tentunya saya sangat senang ketika melihat hasilnya, 4-3 untuk kemenangan Barcelona, di hadapan ribuan madridista di kandangnya. Tapi buat saya, sedikit lebih dari itu.
(Image : Javier Lizón)

------------

Real Madrid = 70 poin dan pimpinan klasemen.
Barcelona = tertinggal 4 poin meski pernah memimpin 8 poin.
Next match : El Clasico.
Venue : Santiago Bernabeu.
Real Madrid's last 5 matches : WWDWW. Tak terkalahkan dalam 31 pertandingan.
Barcelona's last 5 matches : LWLWW. Termasuk kalah dari Real Sociedad dan Real Valladolid.

Para netral akan condong menebak Real Madrid yang akan menang. Jika ada yang menebak Barcelona menang, kemungkinan besar atas nama keseruan Liga Spanyol semata.

Bahkan fans Barca sendiri ada yang meragukan Barcelona. Saya salah satunya.

Untuk bisa memenangi ball possession dan mengimbangi permainan, tentu saja Barcelona mampu. Tapi untuk menang? Saya ragu. Seri paling mungkin.

Ternyata, toh saya salah. Barcelona menang. Dengan cukup meyakinkan. Dengan passion yang menggelora. Dengan determinasi yang dulu pernah jadi identitas. Dan yang ga ketinggalan, dengan drama.

Man of the match menurut saya adalah : Andres Iniesta. Ya, Messi memang mencetak hattrick dan satu assist, sudah seharusnya begitu, tapi itu semua bisa saja tidak terjadi tanpa adanya imajinasi seorang Iniesta. Pergerakan dengan dan tanpa bolanya menakjubkan, dan semuanya dilakukan dengan ringan dan elegan. Big player for big games. Sebuah momen untuk mengingat kembali final piala dunia 2010. Hanya saja kali ini bukan dengan gol, tapi pergerakannya yang membuat Xabi Alonso gemes, sehingga terpaksa menjepit Iniesta yang sebelumnya sudah dijaga Carvajal. Ini adalah pelanggaran yang bisa didebatkan berhari-hari. Tapi kontak memang terjadi, dan ingat, Iniesta (and Messi) don't dive. Dan keputusan wasit telah dibuat. End of story.

Keputusan wasit bisa diperdebatkan. Pelanggaran pada Neymar, penalti Ronaldo, kartu merah Ramos, dua penalti Messi, dll, dll. Dua-duanya dirugikan. Kepemimpinan wasit kurang baik, itu saja. Pembahasan panjang tidak akan mengubah hasil pertandingan. Dan drama semacam ini adalah bumbu yang membuat sepakbola begitu sedap. Kadang berbuah manis karena menang, kadang juga sangat pahit. Itulah nikmatnya menonton sepakbola.

Kenyataannya, Barcelona memang tampil berbeda dibandingkan performa secara umum di tahun ini, dengan mengecualikan performa melawan Manchester City dan Osasuna. Barcelona yang kemarin, dengan menambah sistem pertahanan yang lebih baik, akan bersaing dengan Bayern Muenchen menjadi kandidat utama tim terbaik eropa. Sementara Real Madrid, menjadi sedikit "berbeda" dengan minimnya peran Bale dan Ronaldo. Man of the match dari Real Madrid tentu saja Angel Di Maria. Orang ini sejak dulu memang selalu menyulitkan. Lincah, ngotot, cepat. Tapi Ramos tetap Ramos, dan Pepe tetap Pepe. Plus Modric yang sukses diminimalisir perannya oleh Busquets, maka saya rasa Barcelona memang layak menang. Dengan hasil yang seperti ini. Dengan Real Madrid yang bertarung gagah berani seperti ini. Bukan seperti Real Madrid di era... ah, sudahlah....

Selanjutnya adalah : memenangkan semua sisa pertandingan La Liga, menunggu Real Madrid tercecer, memenangkan match terakhir melawan Atletico Madrid, menyingkirkan Real Madrid di Copa Del Rey, dan mengeliminir Atletico Madrid dari Liga Champion. Dan bersiap melawan Bayern Muenchen.

Semua seru.

Mengasyikkan.

What a reality show!!!

0 komentar:

Posting Komentar