26 Januari 2015

Apa Yang Bisa Diharapkan Dari Sepakbola Indonesia?

Apa yang bisa diharapkan dari Sepakbola Indonesia?

Ya, pertanyaan itu yang paling sering muncul di benak saya belakangan ini. Terlebih ketika timnas U-19 kebanggan kita itu menjadi sangat Indonesia, pemain seperti Evan Dimas ternyata berlabuhnya di klub-klub lokal juga, dan pelaksanaan Liga yang tidak jelas.

Dulu, banyak suara menyerang Nurdin Halid untuk segera lengser. Sekarang, paska lengserpun tidak ada perubahan besar terjadi. Jika dulu ada harapan bahwa bobroknya sepakbola Indonesia karena ditangani orang yang salah, sekarang ketika pengurusnya (terlihat) bergantipun sama saja. Maka harapan itupun pudar. Sekedar berharap pun terasa seperti penyaluran energi yang tidak tepat.

Bagi saya yang lahir dan besar di Malang, tentu mengikuti kiprah Arema sangat menyenangkan. Meski begitu, agak mengganjal juga ketika misalnya melihat Suharno tidak tampak reaktif dan cerdik dalam meramu strategi, terutama ketika menghadapi partai penting seperti semifinal 8 besar melawan Persib lalu. Atau ketika justru Iwan Budianto lah yang begitu reaktifnya di pinggir lapangan. Atau ketika tahu ternyata permasalah dualisme belum sepenuhnya tuntas. Meski demikian, seberapapun ngganjel dan jengkelnya, ketika Arema main dan menang, semua itu untuk sementara terlupakan.


Sampai sekarang sama sekali tidak ada aroma-aroma sepakbola Indonesia bakal pergi menuju era profesional. Contohnya masih ada gaji yang tertukar, eh, tertunggak. Nuansa politis juga tidak terasa hilang, apalagi melihat bursa calon ketua umum PSSI. Itu-itu lagi.

Aremania pasti akan selalu semangat ketika mendukung Arema, begitu pula Jakmania, Bonek, Bobotoh, dan lain-lain, dalam mendukung timnya. Karena memang fanatisme klub di Indonesia luar biasa, tak peduli apapun yang terjadi pada PSSI nya. Tapi bara api semangat mendukung timnas sudah hilang. Timnas senior sudah sejak lama disepelekan. Mau berharap meningkatpun sudah putus asa. Pemain masih itu-itu lagi, pemilihan pelatih juga tidak pernah meyakinkan. Begitu muncul bibit-bibit baru yang terlihat seperti pembawa masa depan cerah bagi sepakbola Indonesia, eh kemudian diperlakukan begini begitu yang akhirnya kembali lagi jadi seperti pemain Indonesia pada umumnya. Tanpa arah dan mudah lelah.

Tidak tampak niatan untuk membangun Liga yang sehat, dengan dukungan sistem yang komprehensif sejak usia dini. PSSI dan pemerintah pun tidak akur. Tidak searah dalam memelihara sepakbola ini. Tidak heran jika kemudian banyak yang ingin agar PSSI ini diganti, dibekukan, dihapus, atau apalah istilahnya. Tidak sedikit juga yang rela jika Indonesia di-ban oleh FIFA selama dua tahun. Ga di-ban toh juga ga maju-maju. Mundur malah. Negara lain yang habis di-ban malah bisa maju pesat.

Seberapa senangpun Arema menang atau bahkan juara, euforia nya berhenti sampai disitu saja. Ini Liga yang ga benar-benar Liga. Liga yang asal jalan saja. Tidak ada perencanaan yang benar dan matang demi kehebatan sepakbola di masa depan. Tidak ada pembinaan pemain yang berkelanjutan. Tidak ada yang bisa dibanggakan. Terasa hanya seperti Liga guyonan. Mungkin sudah jadi guyonan sejak dari pengurusnya.

Tapi guyonan itu tampaknya seperti sesuatu yang sangat serius. Hingga berakar begitu kuat dan sampai saat ini masih tak tergoyahkan. Entah apa itu.

Jadi, kira-kira, apa yang bisa diharapkan dari sepakbola Indonesia?

0 komentar:

Posting Komentar