16 April 2015

United Will Be Back!!!

Saya ga sabar nunggu Liga Inggris tahun depan, karena MU mulai kembali berada di performa apik yang mencerminkan kapasitas sesungguhnya sebagai salah satu raksasa Eropa.

( Paling sering Juara EPL. 20 kali. Terakhir dua tahun lalu. Not so long ago. And smells not too far. )

Perlahan-lahan Van Gaal bisa mengolah permainan MU menjadi sangat menarik dan bisa diandalkan. Sebuah hal yang bahkan (IMHO, arguably) gagal dihadirkan Fergie di tahun-tahun terakhirnya, apalagi oleh Moyes. Pertandingan melawan Spurs dan Liverpool menjadi bukti nyatanya. Permainan MU sangat mengalir, kompak, penuh pengertian, dan tampak punya arah jelas. Gol-gol lahir dari open play yang keren. Pertandingan melawan Chelsea akan menjadi salah satu tes terbesar Van Gaal. Bukan untuk mengejar tahta juara, meskipun secara matematis masih mungkin, tapi sebagai bekal bagus untuk menyongsong sisa kompetisi dan persiapan musim depan. Setelah menangani dan mengenal tim selama satu tahun, tentu Van Gaal dan MU sudah sama-sama mengenal, dan kalopun perlu ada transfer tambahan musim depan, itu akan dilakukan dengan penuh pertimbangan, untuk menyusun kerangka tim yang lebih baik. Jika melihat track record Van Gaal dalam menyusun tim dan mempromosikan pemain muda, sangat layak jika para fans MU bersikap optimis.

Saya sendiri merasa sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa dengan Chelsea musim ini. Sebagai tim yang disiapkan oleh (yang ngakunya) The Special One sejak musim lalu, tidak heran jika sebagai tim Chelsea lebih padu. Namun kencangnya laju perolehan poin mereka juga didukung oleh tidak adanya saingan berarti. Para kompetitor yang musim lalu edan-edanan mendadak lemes satu persatu. Liverpool balik ke klasemen tengah. City terseok-seok meskipun sudah ada Yaya Toure. Arsenal ya begitulah, kadang super keren, kadang ngos-ngosan. Spurs ga kuat lagi. Southampton belum bisa mengisi lubang yang ditinggal para pemain hebat yang dijual. Dan MU, baru panas di belakang-belakang. Performa Chelsea malah turun sejak pergantian tahun. Yang tadinya dianggap kandidat kuat juara Liga Champion malah tereliminasi di Piala FA, dan gagal lanjut di Liga Champion, bahkan setelah menang meyakinkan di Leg pertama melawan PSG. Duet Fabregas-Costa tidak segarang paruh musim. Fabregas seperti kambuh penyakit lamanya ketika di Barcelona. Kuota langganan main bagusnya udah habis di Desember, ga bisa diisi ulang di Januari dan seterusnya.

Ini juga ujian sesungguhnya buat Mourinho. Tidak bisa disangkal, Mou jadi istimewa karena berhasil mengantarkan tim yang berisi pemain semenjana meraih prestasi sangat optimal. Porto, Chelsea, Inter, adalah buktinya. Dengan strategi bertahan yang luar biasa, Mou mampu membangkitkan hasrat terdalam di lubuk hati para pemainnya untuk memberikan lebih dari 100%. Para pemain Mou tidak takut untuk bertarung, tidak hanya dari sisi sepakbola, tapi juga benar-benar bertarung. Namun Mou kurang oke ketika menangani tim besar yang diisi banyak pemain bintang dengan image besar pula. Coba lihat Real Madrid. Oke, perannya dalam menghapus rasa inferior para pemain Madrid atas Barcelona memang berhasil, namun image yang dibangun Mou tidak cocok dengan brand klub seperti Real Madrid. Madrid menjadi tim antagonis yang tidak simpatik. Bertahan ketat, lalu counter attack cepat. Tidak salah memang, tapi coba lihat apa yang kemudian dilakukan Ancelotti. Tim yang dibangun Mou itu disusun menjadi tim yang elegan dengan memanfaatkan kemampuan teknik sepakbola yang brilian, dan seketika menjadi protagonis. Ya mungkin semi protagonis lah, karena image "villain" yang terlanjur melekat, apalagi di benak fans Barcelona.

Saat ini (ya, hanya mulai musim ini, tidak di musim-musim sebelumnya), Chelsea menjelma menjadi tim elit, tidak pantas lagi digelari underdog. Ketika timnya dipenuhi para pemain yang dilabeli favorit, Mou tidak bisa lagi dengan mudah memerintahkan mereka untuk melakukan apapun. Ada nilai-nilai tertentu yang ingin dijaga oleh pemain-pemain itu. Secara filosofi tim pun, ada gaya tertentu yang ingin diraih. Tidak bisa lagi winning at all cost. Tim elit tidak layak parkir bus. Tim elit harus memainkan sepakbola inisiatif, bukan sepakbola reaktif. Dan Mourinho adalah pelatih reaktif, bukan inisiatif. Mou menjadi sangat jenius ketika harus menghadapi lawan yang hebat, memiliki gaya permainan jelas dengan struktur tim yang kuat. Dia selalu bisa memberikan jawaban. Tapi kadang Mou juga tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika lawan tidak memberikan pertanyaan. Mou bukan penanya yang tajam. Saya ragu Mou akan kembali membawa Chelsea ke masa kejayaannya. Jadi tim hebat? iya. Tim raksasa? tidak.

Itulah kenapa sebagai fans MU saya jadi optimis menghadapi musim depan. Faktor Mourinho akan tetap membuat Chelsea menjadi top contender, tapi musim depan saya rasa ga bakal hebat-hebat amat. Begitu pula dengan Arsenal dan Liverpool. Kemungkinannya ada pada City, tergantung renovasi apa yang mereka lakukan untuk musim depan.

Kini di MU sudah ada Van Gaal.

Lihat bagaimana Ashley Muda dan Marwan Fellaini berubah dari flop tahun lalu menjadi pemain kunci musim ini. Begitu juga duo Spanyol, Juan Mata dan Ander Herrera yang jadi elemen penting dalam formasi 4-1-4-1 atau 4-3-3 ala Van Gaal. Mata adalah mantan pemain terbaik Chelsea yang dibuang Mou, dan Herrera adalah salah satu pemain muda harapan bangsa (spanyol). Jika di timnas Belanda Van Gaal sempat memaksa Dirk Kuyt bermain di posisi bek sayap, maka di MU pemaksaan itu dilakukan pada Antonio Valencia dan Ashley Young. Young akhirnya sering pindah juga ke sayap sih, mengingat di bek kiri ada Daley Blind dan Luke Shaw yang bermasa depan cerah, tapi Valencia tidak mendapat saingan berarti karena Rafael gagal tampil mengesankan. Dan Rooney, selalu jadi pemain kelas dunia yang taktis dan berdeterminasi tinggi. Plus cukup versatil. Disuruh jadi apa aja mau, apalagi sekarang jadi kapten, makin berapi-api lah dia. Jika ada sebuah squad yang membuat pemain bintang sekaliber Falcao, Di Maria, dan Van Persie tidak mendapatkan jaminan menjadi starter, dan berhasil bermain baik, maka tergambar cukup jelas ketajaman dan kedalaman squad tersebut. Ya, MU berhasil melakukannya.

De Gea tidak perlu dibahas banyak, karena tahun lalu pun ketika pertahanan MU sedang loyo, dia menjadi pemain terbaik di tim. Tahun ini tidak banyak berbeda, di usia semuda itu pundak De Gea telah menjadi sandaran harapan lini pertahanan MU. Jika barisan bek tengah bisa diperbaiki dan diperkuat, MU akan makin meyakinkan. Duo Phil Jones dan Chris Smalling so far oke-oke saja, tapi tidak spektakuler. Ingat, good offense will win you a game, good defense will win you a championship. Matt Hummels bisa jadi solusi yang masuk akal, mengingat banyaknya berita yang menceritakan ketertarikan MU padanya, diantaranya minimnya stok bek tengah berkualitas yang tersedia di pasar. Apalagi melihat posisi Dortmund di klasemen Bundesliga tahun ini, plus kepastian perginya Jurgen Klopp di akhir musim.

Saya setuju dengan Gary Neville, bahwa yang dibutuhkan MU adalah bek tengah, satu pemain sayap hebat, dan gelandang kelas dunia. Dengan karisma dan kekuatan karakter Van Gaal, maka bayang-bayang kesuksesan Fergie yang megah itu bisa pelan-pelan dikikis, dan membuat orang lain dan para pemain sadar bahwa yang mereka masuki adalah era baru. Secara historis MU memang tim besar, tapi tanpa usaha dan capaian mereka di masa kini, kebesaran itu hanya akan jadi cerita orang tua ke anak-anaknya.

MU tampak seperti bisa meraih kembali kejayaannya yang hilang musim lalu.

MU tidak akan jadi Arsenal atau Liverpool baru.

1 komentar:

  1. Anda dapat membaca sepak bola terbaik, prediksi berita di situs saya
    Prediksi Bola
    Terima Kasih

    BalasHapus