02 Juni 2016

New Premier League's Era. Atau sebuah tulisan panjang dalam rangka menghibur diri.

Setelah saya sudah cukup bisa melupakan Patah Hati karena Pep, alias Pep-tah hati, saya juga harus menghadapi kenyataan bahwa gosip yang gencar sejak lama itu akhirnya terbukti. Manchester United benar-benar mengkontrak Mourinho sebagai manager. Sejak lama saya salut terhadap kemampuan dan prestasi Mou, tapi tidak pernah suka atas pendekatannya pada sepakbola. Dia adalah mbahnya (meskipun sekarang bukan satu-satunya) sepakbola reaktif di 2010-an ini. Benar-benar antidot atas sepakbola inisiatif ala junjungan saya, Pep Guardiola.

(sumber : manutd.com)

Namun ketika mencoba berpikir jernih dengan penuh penyangkalan atas nama kecintaan pada klub idola, maka sebenarnya ini adalah justru saat yang paling masuk akal bagi Mourinho untuk menangani MU. Sebuah alasan paling manis untuk kenyataan yang sangat pahit itu.

Begini.

Musim depan adalah musim yang membuktikan bahwa Liga Primer Inggris adalah Liga paling glamor sedunia. Saya tidak sedang membicarakan Liga terbaik ya, karena lebih baik dibahas pada tema tersendiri. Namun tidak bisa disangkal jika dilihat dari sisi kemewahan, maka sangat sulit untuk menandingi Liga Inggris. Sejak Chelsea tiba-tiba meraih banyak kesuksesan semenjak disuntik dana oleh papa-gula Abramovich, peta kekuatan Liga Inggris menjadi bergeser, dan menggoda investor lain untuk membeli tim pesaingnya, dan kemudian nongol-lah para syekh itu di belakang kebangkitan Manchester City. Kekuatan masif finansial mereka ternyata mampu mengundang beberapa piala ke rumah mereka, meskipun tidak lantas menjadi raja yang sangat dominan. Liga Inggris lah yang membuat harga para pemain di pasar menjadi sangat overprice, karena tim-tim ini mampu membeli pemain dengan harga mahal hanya karena mereka mampu membelinya. Selain PSG, Barcelona, dan Real Madrid, tim-tim di luar Liga Inggris akan sulit menyaingi kemampuan finansial ini, sehingga para pemain yang dianggap punya potensi besar dan sialnya tidak dilirik oleh tim dengan kejayaan historis macam Barcelona dan Real Madrid, akan memilih untuk bergabung dengan tim Liga Inggris yang menjanjikan persaingan ketat, panggung besar, dan uang yang berlimpah.

Setelah beberapa tahun para tim Liga Inggris dengan seenaknya membajak para pemain berlabel bintang ke tanah Britania Raya, maka musim depan adalah waktunya mereka menghadirkan para arsitek yang belakangan terkenal memiliki karir cemerlang dengan kemampuan teknis yang sangat mumpuni. Strategi teknis adalah salah satu hal yang dianggap kurang dari sepakbola Inggris sehingga belakangan kurang mampu bersaing di Eropa, karena itu dengan kedatangan para ahli strategi ini diramalkan akan mendongkrak nilai hiburan dari tontonan Liga Inggris, bukan hanya dari keglamoran para pemainnya, namun juga adu cerdas meramu taktik.

Kehadiran Klopp di Liverpool telah terbukti mampu mengubah aura tim ini secara keseluruhan. Dengan pemain yang relatif sama, Klopp mampu menginstall semangat juang yang setrong sehingga mampu melaju hingga final Piala UEFA meskipun kalah dari Sevilla. Bayangkan jika musim depan Liverpool telah mengkontrak pemain-pemain yang diinginkan Klopp sendiri. Maka terbayanglah wajah perkasa Borussia Dortmund ketika waktu itu menjadi kekuatan top Eropa.

Akan sangat panjang jika saya membahas Pep Guardiola. Tapi intinya adalah, Pep diyakini akan membawa atmosfir yang benar-benar baru baik di klub yang ditanganinya maupun negara tempat timnya berlaga. Ketika Pep melatih Barcelona, Spanyol menjadi juara dunia. Ketika Pep melatih Bayern Muenchen, Jerman juga menjadi juara dunia. Kebetulan kah? Mungkin saja iya. Namun tidak bisa dipungkiri, pemain kunci dua negara tersebut ketika menjadi juara dunia adalah pemain andalan Pep di timnya, dan kebetulan dua negara tersebut bermain dengan tipe permainan yang cukup banyak persamaan dengan gaya permainan Pep. Perlu diingat bahwa taktik dasar Pep di Barcelona dan Bayern Muenchen mungkin sama, tapi dalam perwujudannya, dua tim ini menjalankan cara yang berbeda. Mampukah Pep menularkan semangat itu ke Manchester City, menginstall sebuah sistem baru yang sesuai, membangun winning team, dan kemudian mampu mengangkat derajat timnas Inggris yang kutukupret itu?

Pelatih hebat lainnya yang ikut join di Liga Inggris adalah Antonio Conte. Kesuksesan besarnya dalam dunia kepelatihan adalah membawa Juventus kembali dominan di Liga Italia, dan membangun kerangka tim yang kembali mampu bersaing di Eropa. Di tangan Conte, Juve tak tertandingi di Italia. Bergabungnya Conte di Chelsea adalah sebuah tantangan seru yang menarik, karena Chelsea sedang dalam posisi sebagai tim yang berisi banyak pemain bintang yang sempat ringsek, tapi kemudian diselamatkan oleh Guus Hiddink. Posisi terakhir memang tidak memuaskan, tapi trend nya sedang menanjak.

Meskipun bukan termasuk pendatang baru, Pochettino tidak boleh dilupakan istimewa-nya. Hotspurs yang tidak diisi pemain bintang dunia kelas satu mampu dibawanya finish di atas City, MU, dan Chelsea. Lebih istimewa lagi ketika prestasi itu sekaligus dibarengi dengan diorbitkannya banyak pemain muda yang sangat berkualitas, yang juga berimbas pada supply pemain bagus untuk timnas Inggris. Dengan persiapan yang matang, plus kesempatan bermain di Liga Champion akan menjadi pembuktian Pochettino untuk berbicara di kancah yang lebih besar.

Secara pribadi saya lebih senang jika Arsene Wenger tidak lagi melatih Arsenal, meskipun tidak harus mendepaknya dari manajemen. Mungkin bisa mengisi posisi seperti football director. Karena Arsenal tidak lagi mampu menjadi tim yang tampil meyakinkan dan garang di bawah asuhan Wenger. Liburan sebentar untuk merenung mungkin akan me refresh intuisi nya dalam mengatur taktik, dan membawa sudut pandang baru yang lebih segar dalam melatih. Runner up Liga Inggris memang tidak buruk, tapi lagi-lagi gagal setelah berkali-kali hampir juara ya masak dianggap memuaskan sih? Atau mungkin ya sudahlah, pensiun saja.

Dan tentunya jangan lupakan Ranieri dengan squad Leicester nya yang murah meriah manjur itu. Sempat dikenal dengan julukan Mr. Runner Up, Ranieri malah berhasil jadi juara ketika menangani tim yang sebelumnya berjuang di sekitar garis degradasi. Yang lebih spesial lagi, perlu diperhatikan bahwa pesaing-pesaing Leicester adalah tim-tim yang berisi pemain-pemain bergaji mahal dengan dukungan materi dan support teknik yang sangat canggih. Sebuah cinderella story yang akan selalu dikenang dalam sejarah sepakbola dunia. Namun apakah si cinderella ini akan tetap digdaya musim depan, ataukah hanya akan menjadi one hit wonder saja? Itulah tes yang sesungguhnya.

Nah, dengan adanya serentetan tim dibawah asuhan para pelatih hebat itulah, Man Utd seharusnya tidak tinggal diam. MU WAJIB mencari pelatih dengan kapasitas teruji yang diharapkan mengubah karakter tim secara keseluruhan. Diawal pengangkatannya, Van Gaal diharapkan mampu menginstall filosofi mendasar itu, namun dalam dua tahun kepelatihannya, belum tampak karakter dan keinginan menang yang meyakinkan, meskipun kadang-kadang tampak keinginannya untuk memainkan sepakbola yang menghibur. Tapi ya pemainnya lebih banyak terlihat bingung ga tau mau ngapain. Nyerang ga tajem, bertahan ga kuat. Untung saja masih ada De Gea disana.

Maka ketika Van Gaal dan MU sepakat untuk jalan sendiri-sendiri, itu adalah momentum untuk mengubah arah karakter tim, yang tidak banyak pelatih bisa melakukan itu. MU adalah tim raksasa dengan sejarah panjang dan prestasi menawan, tapi sedang terpuruk dalam mediokrisi. MU berisi pemain-pemain terkenal dengan gaji tinggi, tapi tidak pernah padu dan tanpa guideline yang jelas. MU memiliki reputasi pengusung pemain-pemain muda hasil didikan akademi sendiri, tapi sedang dalam posisi yang tidak terlalu menguntungkan untuk melakukan coba-coba. Harus ada pelatih ber karakter kuat yang siap untuk berkonfrontasi demi sebuah tujuan yang dia harapkan akan dituju. Pelatih yang mampu mengeluarkan potensi terbaik dari setiap pemainnya. Pelatih yang benar-benar dipercaya dengan penuh antusiasme oleh timnya.

Ada berapa pelatih yang sedang menganggur yang memiliki klasifikasi seperti itu? Saya rasa tidak banyak. Seharusnya memang tidak banyak, karena menjadi manajer Manchester United seharusnya memang tidak mudah. Dari sedikitnya pilihan itu, mau tidak mau harus diakui bahwa Mourinho memenuhi sebagian kriteria nya. Mou terbukti pernah meraih banyak piala di tim yang dia tangani, bahkan pernah head-to-head dengan tim yang dianggap terbaik di dunia (bahkan dalam sejarah) saat itu, yaitu Barcelona-nya Pep. Ketika Mou dipercaya timnya, maka Mou akan mampu membawa tim medioker sekalipun untuk berjuang dan menang melawan tim hebat manapun. Porto? Chelsea? Inter Milan? Real Madrid?

Mourinho memiliki beberapa nilai kurang yang membuat saya tidak menyukai caranya melatih, yaitu kecenderungannya untuk bertahan ketika menghadapi tim besar, dan kekurangannya dalam membentuk pondasi filosofi tim dalam jangka panjang. Serta kesukaan dia untuk berbicara banyak di media yang seringkali bernada arogan yang tidak sejalan dengan jiwa sportifitas. Tapi kalau dilihat dari sisi psikologis sebagai penyembuh jiwa-jiwa yang luka, Mourinho adalah salah satu yang terbaik.

Saat ini di MU nyaris tidak ada pemain bintang yang tak tergantikan. Disana tidak ada Ronaldo atau Messi. Rooney yang tadinya adalah maskot kebanggan MU, tidak lagi menjadi aktor paling penting di tim. Jika harus menyebut pemain paling krusial di tim, maka saya akan menyebut David De Gea. Dan sebagai kiper, tentu saja De Gea tidak bisa menjadi dirijen permainan yang menentukan karakter MU. Hal ini akan memudahkan Mourinho dalam menyusun kerangka tim nya nanti. Menjadi manajer MU adalah keinginan Mou sejak lama, sehingga tentu saja Mou sudah memiliki banyak informasi dan hasil pengamatan tentang tim ini. Perlu diingat bahwa Mourinho pernah membawa Real Madrid juara dengan rekor poin tertinggi dan mencetak banyak gol, maka harapan untuk Mourinho bermain menyerang tetap ada. Sejak dulu saya yakin Mourinho cocok untuk melatih tim medioker, dan tidak cocok menangani tim mapan yang elegan. Mou pasti tidak cocok menangani MU yang dulu, tapi sejak musim-musim terakhir Fergie melatih, MU sudah kehilangan ke-elegan-an itu, dan tidak asik lagi untuk ditonton. Di masa sekarang, ketika tidak jelas MU ini mau dibawa kemana dan mau dilabeli karakter macam apa, maka Mou sangat mungkin akan membawa mentalitas tertentu yang membuat MU kembali punya keinginan kuat untuk merangsek ke papan atas Liga Inggris lagi. Mou bekerja paling pas ketika tidak ada superstar di tim, dan seperti itulah kondisi MU sekarang.

Mungkin saya akan tidak merasa terhibur ketika melihat permainan MU nantinya, tapi Mou seringkali punya jawaban-jawaban atas racikan strategi yang dibuat oleh para pesaingnya yang hebat-hebat, maka saya rasa harapan untuk MU kembali menjadi tim kuat yang meyakinkan cukup bisa menghapus kekecewaan itu.

Atau mungkin tulisan sepanjang  ini adalah sekedar cara pribadi untuk menghibur diri sendiri yang terlanjur Pep-tah Hati.

1 komentar:

  1. Anda dapat membaca sepak bola terbaik, prediksi berita di situs saya
    Prediksi Bola
    Terima Kasih

    BalasHapus