29 Mei 2018

Bisakah Cavaliers Mengalahkan Warriors?


Maka terjadilah sudah, empat tahun berturut-turut final NBA mempertemukan Cleveland Cavaliers dan Golden State Warriors. Saya sendiri cukup sebel, karena sebenarnya menginginkan atmosfir final yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Apa daya pertempuran kali ini masih merupakan pertarungan Superman versus Superteam itu.

Dibanding beberapa tahun terakhir, NBA tahun ini sebenarnya sangat menarik karena beberapa hal :

Pertama, banyak rookie yang menarik perhatian dengan menjadi orang penting di tim nya. Fultz kurang oke karena cidera, Lonzo Ball tampak bagus sebagai playmaker meskipun kalah mentereng dari Kyle Kuzma si rookie draft pick 27 yang mainnya lebih dahsyat, Jayson Tatum bisa menutupi ketiadaan Gordon Hayward, bahkan mungkin lebih bagus, hingga nyaris mengantar Celtis ke final sekaligus hampir menyamai rekor Kareem Abdul-Jabbar di total poin playoff oleh rookie. Ben Simmons memimpin Sixers menjadi stabil sepanjang tahun, Donovan Mitchell menjuarai dunk contest dan langsung menjadi superstar utama Utah Jazz, Lauri Markkanen jadi andalan Bulls, dan performa meyakinkan dari nama nama seperti Dennis Smith Jr, Bogdan Bogdanovic, dan Josh Jackson.

Kedua, Juara Wilayah yang baru. Timur dipimpin oleh Raptors, dan barat tidak lagi dijuarai Warriors, melainkan Rockets.

Ketiga, persaingan sangat merata. Pertarungan menuju playoff terus terjadi hingga mendekati akhir musim. Satu kali kekalahan saja bisa membuat peringkat melorot 3-4 tingkat. Setiap pertandingan jadi punya arti, dan seru untuk ditonton.

Keempat, Playoffs pun sangat kompetitif. Ya, mungkin pengecualian untuk Raptors-Cavs. Hampir semua pertandingan sangat menarik untuk ditonton, karena sama-sama punya peluang untuk saling mengalahkan. Bahkan final wilayah, baik barat maupun timur, sama-sama harus sampai game 7.


Namun hal-hal menarik itu menjadi kurang mengejutkan ketika akhirnya tim yang bertemu di Final ya itu-itu lagi. Tadinya saya membayangkan apa yang akan terjadi jika Brad Stevens bisa membawa Irving-less Celtics menghadapi Rockets yang dikomandoi CP3, atau paling tidak, penasaran bagaimana defense ketat Celtics dalam membendung badai three points Warriors, atau mampukah Capella atau Tucker menghadang LeBron James. Kini semua harapan itu musnahlah sudah. Saya harus menghadapi kenyataan bahwa LeBron Thanos James lagi-lagi harus berperang melawan Warriors' Avengers.

Diatas kertas, tidak sulit meramal hasil pertandingan final ini. Skuad inti Warriors tetap sama, dengan dukungan bench yang tidak kalah hebatnya dengan tahun lalu, meskipun kali ini Iguodala sedang cidera. Masalahnya ada di Cavaliers nih. Tahun lalu ketika masih ada Irving saja, Cavaliers tumbang 4-1. Itupun susah payah dalam meraih kemenangan yang satu itu. Nah tahun ini LeBron James tidak memiliki partner yang lebih meyakinkan daripada Irving, apalagi Kevin Love sedang cidera pula. Maka akan sangat sedikit yang meramalkan Cavaliers bisa menang. Bahkan bukan tidak mungkin tahun ini Warriors akan melakukan sweep.

Maka final ini terasa seperti anti klimaks atas serangkaian keseruan yang terjadi sepanjang musim, termasuk Playoffs nya.

Namun sebaiknya kita tidak meremehkan LeBron James begitu saja. Masih ada peluang yang akan membawa Cavs mengalahkan GSW, atau paling tidak menyajikan pertarungan seru.

Pertama, semangat balas dendam. Seperti yang dibilang Pak Guru di sekolah, mempertahankan lebih sulit daripada merebut. Ini bisa jadi pembakar semangat utama LeBron James dan pengikutnya.

Kedua, tidak mengikuti tempo cepat Warriors. Houston Rockets bisa mengalahkan Warriors di game 4 dan 5 Final Barat salah satunya karena faktor Chris Paul yang mampu mengatur tempo permainan, thanks to kemampuan dribble dan playmaking nya yang super, plus ketenangannya dalam mencetak poin ketika rekan-rekannya yang lain sulit memasukkan bola ke keranjang. Cara ini bisa diadopsi Cavs supaya Warriors nggak seenaknya aja poan poin, shat shoot shat shoot sana sini. Lha tapi siapa yang pegang bola? Mau nggak mau ya LBJ. Siapa yang bakal berjuang cetak poin? Siapa lagi, ya LBJ juga.

Ketiga, LeBron James tetap sehat wal afiat. Most Point : LBJ. Most Assist : LBJ. Most rebound : LBJ top three lah. Most minutes : LBJ. Most block : ya mungkin LBJ juga. Kalo LBJ nggak fit, apalagi cidera, ya selesai.

Keempat, semoga para shooter Cavs bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Masak udah nggak bisa jaga possession, kalah rebound, nggak bisa nge lock musuh, disuruh shoot masih gagal juga? Mbok ya jadi teammates yang berguna. Lha wong sebenarnya Shooternya banyak. Korver, Smith, Green, Hill, Love, dan (lagi-lagi, meskipun nggak terlalu) LBJ. Rockets kalah di game 7 salah satu faktor terbesarnya adalah gagal masuk three point 27 kali berturut-turut. Masuk 4 saja sebenernya udah bisa bikin Rockets ke final. Dikawal roster yang sangat berpengalaman (baca : tua), seharusnya kendala mental pemain Cavs lebih bisa di manage dengan baik.

Kelima, hustle defense. Sepanjang musim, defense Cavs tidak cukup meyakinkan. Peringkat kedua dari bawah!! Rockets yang rating defense nya nomor 6 saja tetep kalah lawan GSW, gimana yang peringkat 29? Tapi tenang, di playoff rating defense Cavs naik ke peringkat 7, mengungguli Rockets, Bucks, dan Spurs. Jadi pada dasarnya Cavs tetap punya kapasitas untuk bertahan ketat yang bikin lawan frustrasi, apalagi Tristan Thompson yang udah balik bisa rebound lagi, dan Larry Nance yang nggak takut berduel dengan mengandalkan badannya yang atletis. Sayangnya Love masih meragukan untuk tampil di game 1. Remember, good offense can win you a game, good defense will win you a championship. Lalu, tim mana yang defense rating nya paling bagus selama playoff? Dia adalah, Warriors. Nah lo.....

Defensive Rating NBA 17/18, Reguler Season :


Defensive Rating NBA 17/18, Playoffs :


Keenam, konspirasi NBA dan bandar judi. Nggak seru kan kalo final NBA cuman 4 game. Ada potensi penghasilan yang hilang dong? Penghasilan bandar judi juga berkurang dong? Makanya jumlah game harus dipertahankan sebanyak mungkin demi makin bertambahnya pundi-pundi kekayaan mereka.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, yang paling saya inginkan dari game ke game di NBA ini adalah drama nya. Entah itu sedih, senang, kecewa, ataupun hyper-excited. Mengingat terlalu banyak kekecewaan yang muncul dari sepakbola, dengan gagalnya Barcelona di UCL, Lazio gagal masuk UCL tahun depan, MU nggak dapet piala apa-apa, dan Arema yang bikin tepok jidat, maka antusiasme mengikuti NBA makin membesar, dan berharap mendapatkan hiburan yang membuat hari-hariku menjadi cerah ceria.

Yah, kans Warriors memang tetap lebih besar untuk menang, dan mungkin itu akan menjadi bekal kuat buat tim lain untuk lebih serius mempersiapkan diri jelang musim depan demi meruntuhkan hegemoni The Avengers ini, karena tampaknya empat (plus satu) pemain terbaik mereka masih akan tetap bermain bersama musim depan. Saya sendiri memberikan respek yang sangat tinggi terhadap para superstar Warriors yang sepertinya meletakkan pencapaian pribadi dan tingginya gaji di tempat yang lebih rendah daripada pencapaian tim secara keseluruhan, untuk membentuk supertim yang hebat secara individu sekaligus padu secara tim. Namun atas nama kebutuhan drama dan kebosanan yang melanda, saya dukung siapapun untuk jadi juara, selama itu bukan Golden State Warriors.



Btw, disarankan untuk menanggapi poin keenam diatas dengan tidak serius.

-maheinberg, 2018-

1 komentar:

  1. Anda dapat membaca sepak bola terbaik, prediksi berita di situs saya
    Prediksi Bola
    Terima Kasih

    BalasHapus