17 September 2020

Take A Look At Denver Nuggets 19-20

Sebelum NBA musim ini dimulai, para ahli menempatkan LA Clippers sebagai unggulan terkuat meraih juara. Bukan hal yang mengherankan, karena musim lalu ketika Clippers terhitung minim bintang bisa cukup perkasa di wilayah barat, apalagi di musim ini Clippers kedatangan dua orang yang amat sangat jagoan. Yang pertama adalah pemegang 2 MVP finals, Kawhi Leonard, dan satu lagi adalah superstar yang terkenal sebagai salah satu two-way player terbaik di NBA, Paul George. Maka bergabungnya mereka dengan tim yang sudah solid diramalkan akan berpotensi membentuk dinasti baru.
Sayangnya sejauh ini ramalan tersebut bisa dibilang meleset, karena di babak reguler Clippers "hanya" menempati peringkat 3 di NBA, di bawah Bucks dan Lakers. Bukan hal yang cukup untuk bisa disebut membentuk dinasti, meskipun juga tidak bisa dibilang gagal. 
 
Tapi artikel ini bukan dibuat untuk membahas Clippers. Justru untuk mempelajari kulit-kulit dan sedikit kupasan di bawahnya tentang tim yang secara cukup mengejutkan mampu mengalahkan mereka di babak semifinal wilayah, dan (lagi-lagi) mengubur impian mereka untuk tembus ke final wilayah barat.

Tim kejutan itu adalah : Denver Nuggets.
 
(source : clutchpoints.com)
 
Yes, sebelumnya saya juga menulis tentang tim kejutan yang lain dari wilayah timur, yaitu Miami Heat, dan tampaknya kejutan serupa juga menular ke wilayah barat. Jika Miami Heat adalah tim peringkat ke 5 di timur, Denver Nuggets adalah tim peringkat 3 di barat. Memang terhitung dekat dengan Clippers yang ada di peringkat kedua, namun sejak awal Clippers dan Lakers dianggap berada di dimensi yang berbeda dengan tim lain di wilayah barat, maka ketatnya semifinal wilayah barat ini tetap menjadi mengejutkan, paling tidak buat saya.

Denver Nuggets tidaklah lolos dengan mudah. Di babak pertama Playoffs mereka menghadapai Utah Jazz yang juga diperkuat duo maut. Game ini berlangsung amat sangat seru, pertama karena mereka memiliki matchup yang serupa. Dipimpin oleh playmaker muda, yaitu Donovan Mitchell vs Jamal Murray, dan diperkuat oleh dua center terbaik NBA, Rudy Gobert dan Nikola Jokic. Nuggets yang memenangkan game 1 harus deg-degan karena di 3 game berikutnya mereka kalah. Baru di game 5 Nuggets mengambil alih secara tim, karena pemain cadangan mereka juga turut berperan besar dalam memutar balikkan keadaan sehingga berakhir 4-3 untuk Nuggets. Perjuangan yang ketat dan terlihat melelahkan.

Nuggets yang tampak lelah itu lalu harus berhadapan dengan Clippers yang konon kabarnya memiliki skuad yang dalam dan merata, tidak terlalu jauh beda kualitas antara starter dan pemain cadangan, padahal Kawhi Leonard dianggap top three NBA Player saat ini, maka cukup tergambar kedalaman skuad mereka. Nuggets makin tampak terlihat tak berdaya ketika di game 1 dibantai dengan selisih 23 poin. Mungkin beberapa cukup terkejut ketika di game kedua Nuggets ternyata bisa menyamakan skor menjadi 1-1 dengan kemenangan 110-101. Tapi kemudian Clippers menjawab keraguan publik dengan dua kali kemenangan, menjadi 3-1. Nuggets dianggap sudah habis, tidak punya jawaban, dan akan segera angkat koper keluar dari bubble.

Tapi bukan itu yang terjadi. Jokic dan Murray membuktikan bahwa mereka bukanlah pemain yang memiliki mental sembarangan. Secara bergantian mereka menjadi alpha dan memimpin Nuggets untuk memberikan perlawanan sengit pada Clippers. Silakan menganggap Jokic sebagai center kegendutan yang lambat, tapi kecerdasannya dalam memanfaatkan tubuh, ball handling, melihat garis passing dan mengeksekusinya, serta kemampuan shooting jarak jauh akan membuat kita memahami bahwa dia adalah salah satu center terbaik dunia saat ini. Dia bukan pemain paling atletis, tapi kelebihan utamanya ada di otak. Kecerdikannya dalam membaca permainan, meramalkan arah pergerakan kawan, dan mengantisipasi pola serangan Clippers membuat para pemain Clippers frustrasi. Duet maut sekelas Paul George dan Kawhi Leonard saja dibuat tak bisa bicara banyak, hanya mencetak 24 poin digabung. Jamal Murray juga tampak sama sekali tidak gentar ketika harus melawan defender elite sekelas mereka berdua, atau para "tukang pukul" Clippers seperti Patrick Beverley dan Montrezl Harrell. Dia akan meledak di saat yang tepat, ketika Nuggets membutuhkannya. Dua kali bangkit dan berbalik unggul dari ketinggalan 3-1 bukanlah hal yang sepele. Itu menggambarkan kekuatan mental dan semangat juang yang besar. 

Selain peran besar duet Jokic-Murray itu, yang tidak kalah penting dan sering diremehkan adalah peran supporting cast nya. Mari kita lihat dulu bagaimana isi Denver Nuggets ini (urut berdasarkan minute play terbanyak) :

No Name Age G GS MP Pos. Ht (m) Wt (kg) Draft Pick FG% 3P% Reb Ast Pts
1 Nikola Jokić 24 73 73 2336 C      2.13        129 2014 41 52.80% 31.40% 711 512 1456
2 Will Barton 29 58 58 1916 G      1.96           82 2012 40 45.00% 37.50% 365 212 874
3 Jamal Murray 22 59 59 1904 G      1.93           98 2016 7 45.60% 34.60% 236 284 1091
4 Jerami Grant 25 71 24 1892 F      2.03           95 2014 39 47.80% 38.90% 248 88 851
5 Gary Harris 25 56 55 1780 G      1.93           95 2014 19 42.00% 33.30% 163 118 581
6 Monte Morris 24 73 12 1636 G      1.88           83 2017 51 45.90% 37.80% 137 255 660
7 Paul Millsap 34 51 48 1240 F      2.01        117 2006 47 48.20% 43.50% 293 83 591
8 Torrey Craig 29 58 27 1072 F      2.01        100 2014 Und 46.10% 32.60% 189 47 315
9 Mason Plumlee 29 61 1 1057 F/C      2.11        115 2013 22 61.50% 0.00% 317 154 437
10 Michael Porter 21 55 8 903 F      2.08           99 2018 14 50.90% 42.20% 259 46 512
11 PJ Dozier 23 29 0 412 G/F      1.98           93 2017 Und 41.40% 34.70% 55 63 168
12 Keita Bates-Diop 24 7 0 98 F      2.03        104 2018 48 46.40% 33.30% 17 0 37
13 Bol Bol 20 7 0 87 F/C      2.18        100 2019 44 50.00% 44.40% 19 6 40
14 Troy Daniels 28 6 0 76 G      1.93           91 2013 Und 35.70% 30.00% 6 3 26
15 Vlatko Čančar 22 14 0 45 F      2.03        107 2017 49 40.00% 16.70% 10 3 17
16 Noah Vonleh 24 7 0 30 F      2.08        117 2014 9 83.30% 100.00% 8 2 13
17 Tyler Cook 22 2 0 19 F      2.03        116 2019 Und 50.00%   4 0 4

Dari data diatas, terlihat bahwa kemampuan shoot di tim Nuggets sangat merata. Field Goals ada di range 45% an, dan 3pt percentage di sekitar 35%, menyebar di hampir seluruh personil. Dalam hal shooting percentage, tidak jauh beda antara starter dan cadangan. Dari total point yang dicetak, selain Jokic dan Murray, Will Barton dan Jerami Grant adalah penyumbang poin terbanyak di tim, dengan Monte Morris, Paul Millsap, Gary Harris, dan Michael Porter Jr ada di belakangnya.

Will Barton bisa dibilang cukup underrated, karena meskipun kurang dikenal, kontribusinya dalam defense, rebound, dan assist sangat signifikan. Begitu pula dengan Jerami Grant yang di Playoffs ini sering tiba2 muncul lewat shot pentingnya, dan defense yang begitu ketat.

Paul Millsap adalah veteran berpengalaman dan seorang pemain All Star di masanya dulu bersama Atlanta Hawks. Di umur 34, Millsap menghadirkan veteran presence yang biasanya menghadirkan ketenangan ketika yang lain sedang terburu-buru dan kurang hati-hati. Dia pun sukses menghadapi sekaligus mengcounter psywar para "preman" Clippers, sehingga meminimalisir gangguan faktor non teknis.

Jerami Grant memang lebih sering memulai dari bangku cadangan, tapi di usia matangnya ini sumbangan poin, energi dan kemampuan atletis nya sangat berguna dalam bertahan dan menyerang. Di Playoffs ini berkali-kali defense nya yang kuat dan shoot jarak jauhnya mampu menjaga ritme permainan ketika Murray dan Jokic menemui jalan buntu.

Monte Morris, Gary Harris, dan Torrey Craig juga tidak begitu menonjol dan jauh dari sorotan, tapi peran mereka sebenarnya setara dengan supporting cast yang lain baik dari peran defensif maupun akurasi tembakannya. Dengan Jokic yang sering di dalam dengan visi cemerlang, banyaknya rekan yang siap di berbagai sudut dengen kemampuan setara membuat pemain bertahan lawan sangat kesulitan antara memutuskan untuk double team Jokic atau menutup pemain lain yang siap di kejauhan. Belum lagi ada Murray yang siap menyerang menusuk masuk kapan saja.

Jika Jokic sedang butuh istirahat, Nuggets punya backup center yang sebenarnya lebih atletis dan punya kemampuan fisik lebih bagus, yaitu Mason Plumlee. Meskipun tidak secerdas Jokic, adanya Plumlee menghadirkan kekuatan fisik yang lebih baik, dan memberikan waktu istirahat yang cukup bagi Jokic tanpa mendatangkan rasa kuatir.

Dan ada satu lagi anak muda yang sebenarnya sangat potensial, dan konon dulu adalah calon 1st pick di masanya, namun sayangnya musti turun peringkat karena faktor cidera. Orang ini adalah Michael Porter Jr. Memang dia sering cidera, tapi kepercayaan yang diberikan Nuggets rupanya dibayar dengan perfora menjanjikan meskipun performanya kadang labil, sebuah kesalahan wajar di usia muda.

Salah satu faktor penting yang terlihat selama Playoff ini adalah chemistry yang kuat diantara pemain-pemain Nuggets. Mereka saling mepercayai satu sama lain, dan terlihat selalu saling mendukung. Hal yang tidak terlihat di Clippers, terutama di quarter 4 game ke 7 itu. Kawhi menjadi semakin down ketika dia tahu sedang off, tapi tidak bisa mempercayai teman-temannya yang lain. Sementara Jokic terlihat begitu yakin bisa membagi bola ketika dia sedang di double team di dalam, karena rekan-rekannya terus bergerak dan berada di posisi yang siap menerima passingnya untuk kemudian dieksekusi. Dan berhasil.

Denver Nuggets adalah tim yang relatif tidak sering berubah, sebagian besar mereka sudah bersama-sama dalam jangka waktu yang lama. Gary Harris, Will Barton, Nikola Jokic, Jamal Murray, Paul Millsap, dan Mason Plumlee sudah bermain bersama sejak tahun 2017. Tiga nama pertama bahkan sejak 2015. Maka tidak heran ketika mereka bisa menjalin komunikasi yang sangat baik, karena bagaimanapun juga chemistry di luar lapangan akan sangat berpengaruh pada tingkat kepercayaan diri yang akan tertuang pada permainan di lapangan. Tahun lalu Nuggets nyaris lolos ke Final Wilayah, tapi kalah di game ketujuh dari Blazers. Kepahitan itu sudah terbalas di tahun ini. Seberapa jauhpun mereka musim ini, tidak mengurangi kehebatan pencapaian mereka yang luar biasa.

Di Final Wilayah Barat, Nuggets akan menghadapi Lakers. Bukan lawan yang mudah, tapi Nuggets sudah terbukti punya kemampuan melewati hadangan yang berat. Jika Jokic pernah sukses menang lawan Gobert yang merupakan lawan sepadan, lalu kemudian begitu dominan melawan Clippers yang tidak punya bigman dominan, dia tampaknya harus berkeringat lebih banyak menghadapi Lakers yang punya banyak bigman berpengalaman. Anthony Davis adalah All-NBA first team tahun ini, punya offense yang dahsyat, dan juga runner up DPOY. Davis lebih komplit dibanding Gobert, sekaligus lebih dominan dibanding semua bigman Clippers. Tapi Davis tidak selalu bermain di posisi center, jadi tidak selalu match-up dengan Jokic. Jika Jokic tidak dipegang Davis, dia harus menghadapi salah satu dari McGee atau Howard. Mungkin mereka tidak secerdas Jokic, tapi duo bigman ini punya banyak pengalaman untuk meredam pemain-pemain hebat sebelumnya. Plus jika mereka yang dipasang, mereka bisa full konsentrasi mematikan Jokic, tanpa beban untuk menginisiasi penyerangan.
Jamal Murray pun juga harus berusaha lebih keras, karena Lakers sudah sukses dua kali meredam tim dengan playmaker dan guard kelas atas di NBA. Dame di Blazers dan Harden-Westbrook di Rockets dibuat tidak berdaya ketika Lakers sudah menemukan ritmenya. Well, "tidak berdaya" mungkin terasa berlebihan, terlebih Lakers juga kalah di game 1, tapi coba lihat kembali di game ke 5 Lakers melawan Blazers dan Rockets, mereka dibuat sedemikian frustrasi, terlihat dari ekspresi para pemainnya yang tampak seperti bingung mau berusaha dengan cara apa lagi.
Pengalaman Nuggets untuk comeback dari tepi jurang 3-1 sebanyak dua kali ini menunjukkan mental luar biasa, yang jadi bekal penting untuk menghadapi Lakers yang juga calon juara. Cukup berat sebenarnya, tapi saya menunggu banget kejutan yang mereka hadirkan melalui ledakan Murray, kecerdasan Jokic, dan chemistry para supporting cast lain untuk bersatu padu mengalahkan Lakers yang lebih diunggulkan.

-maheinberg, 2020-

0 komentar:

Posting Komentar