23 Januari 2012

MU Is Throttling

Night of Big Matches. Manchester City hosted Tottenham Hotspurs, Arsenal hosted Manchester United. City seems gonna lead 6 points comfortably. But, what just happened prove that it was not that easy.

(City vs Spurs, from Youtube)

(Arsenal vs United, from Youtube)




Tanggal 22 Januari 2012, Manchester City bertanding melawan peringkat tiga klasemen sementara BPL, Tottenham Hotspurs. Di saat yang hampir bersamaan, Manchester United bertandang ke markas Arsenal. Karena MU berstatus tandang, dan Arsenal mengusung misi balas dendam atas kekalahan telak 8-2 di pertemuan pertama, maka City diprediksikan akan mengakhiri akhir pekan ini dengan selisih 6 poin.

Ternyata kenyataannya berbeda. City harus susah payah mengalahkan Spurs, dan baru bisa memastikan kemenangan di detik2 terakhir perpanjangan waktu lewat penalti Balotelli. Sementara Arsenal yang diharapkan bermain habis-habisan justru tampil lesu. Babak pertama mutlak dikuasai MU. Babak kedua Arsenal baru sedikit panas, bersamaan dengan melempemnya MU. Beberapa peluang berhasil dibuat Arsenal, terutama lewat Chamberlain dan Van Persie. Dari beberapa peluang manis, hanya satu yang berhasil dikonversi menjadi gol. Skor berubah jadi 1-1. Keputusan Wenger untuk mengganti Chamberlain dengan Arshavin kemudian menjadi pertanyaan besar untuk para suporter dan beberapa pemain. Chamberlain dianggap pemain yang paling bersinar di pertandingan itu. Benar saja, setelah Arshavin salah mengantisipasi fake cross Valencia, Arshavin juga gagal mengawal penetrasi Valencia, sehingga sebuah assist cantik Valencia bisa disambar Wellbeck dengan cukup mudah untuk memastikan poin penuh dan menjaga persaingan MU dan City.

Ada dua hal yang menurut saya cukup menarik di weekend itu. Pertama adalah menurunnya kualitas permainan Manchester City. Ketika mengalahkan MU 1-6 di Old Trafford, City bermain sangat bagus dan menjanjikan. Namun ternyata konsistensinya masih dipertanyakan. Mental bermain para pemainnya harus diperkuat agar bisa terus menjaga performa ciamik hingga akhir musim. Melawan Spurs, City tidak segarang biasanya. Silva tidak lagi bebas untuk berekspresi, karena dijaga cukup ketat. Sementara lini belakang kurang bisa mengimbangi gerakan cepat Defoe dan Bale. Bahkan sebenarnya ada satu peluang emas di awal injury time babak kedua untuk Spurs berupa kiriman crossing Bale dari sayap kiri yang dijemput Defoe agak terlambat sehingga menyamping. Untung bagi City, pergerakan Balotelli memaksa Ledley King untuk menjatuhkannya di kotak penalti. City pun menang.

Selama ini, Manchester United bisa dibilang paling konsisten dan stabil, meskipun tidak selalu menyajikan sepakbola yang indah. Melawan Arsenal, sekali lagi pasukan Sir Alex Ferguson membuktikan hal itu. Meskipun bermain di kandang Arsenal, MU cukup bermain lepas. Terbantu oleh 'kesalahan' penggantian pemain oleh Arsene Wenger, 3 poin sukses diamankan. Dengan berbekal mental yang baik, persaingan juara BPL dipastikan masih ketat.

Manchester City memang sedang menjadi tim yang menakutkan. Dibekali uang melimpah, pemain berkualitas, dan pelatih juara, City sedang menguasai pucak klasemen sementara BPL. Hasil itu termasuk mengalahkan Manchester United dengan telak di kandang sendiri. Namun ujian sesungguhnya adalah tentang mental dan konsistensi. Tersingkirnya City dari Liga Champion dan Piala FA (oleh MU di kandang sendiri), meninggalkan keraguan akan kapasitas City sebagai tim besar. Jika dilihat dari pertandingan yang sudah terlewati, permainan City memang lebih baik. Namun jika dilihat dari kekuatan mental, MU sangat berpotensi untuk terus menginjak pedal gas, sambil menunggu City kehilangan kekuatan mental dan terpeleset. Menjadi juara di akhir musim 2011/2012 tentunya akan menjadi Sweet Revenge untuk Manchester United. Bisakah mereka melakukannya? Mari kita saksikan bersama.

0 komentar:

Posting Komentar