08 Juli 2014

Masa Depan Timnas Spanyol Setelah "Gagal Total"

Meskipun tidak sepenuhnya ngefans, di antara Sepakbola negara-negara Eropa, pengetahuan saya yang sedikit ini paling banyak tahu tentang Spanyol. Pertama, karena tiap kali main Football Manager, saya selalu sempatkan melatih timnas Spanyol. Kedua, Spanyol merajai sepakbola dunia dalam 6 tahun terakhir. Ketiga, Spanyol juga merajai olahraga-olahraga lain selain sepakbola. Keempat, kesuksesan Guardiola di Barcelona membuat sepakbola Barcelona dibicarakan banyak orang, dan kesuksesan ini merembet juga ke pola permainan Spanyol. Kelima, artikel tentang analisa kekuatan timnas Spanyol ini beredar dimana-mana.

Dari situlah saya melihat, sepakbola (dan olahraga lainnya) Spanyol sebetulnya memiliki masa depan yang sangat cerah. Jika saja boleh, seharusnya Spanyol mengirim dua tim untuk menghadapi Piala Dunia kemarin. Satu tim yang berhasil ga lolos grup itu, plus satu tim lagi yang berisi para pemain muda. Saya yakin dua-duanya punya potensi yang sama besar, bahkan tim B nya bisa jadi lebih bersinar.

Baik dari hasil pengamatan di game FM maupun lihat-lihat di dunia nyata, banyak sekali pemain muda Spanyol yang sudah dan siap bersinar nantinya. Ini adalah beberapa di antaranya :



1. David De Gea (Kiper, 23)


De Gea bukan lagi pemain potensial. Di sudah jadi pemain papan atas. De Gea jauh lebih layak untuk jadi starter di Piala Dunia kemarin daripada Casillas dan Reina. Performa nya hanya kalah sedikit dari Victor Valdes sebelum cidera. Buktinya, dengan barisan bek yang meragukan, De Gea justru jadi pemain terbaik musim lalu di MU. Di usia 23, Spanyol (dan Manchester United) masih punya alasan untuk optimis dan merasa aman di bawah mistar.


2. Marc Bartra (Bek Tengah, 23)


Bartra sejatinya memiliki potensi yang disejajarkan dengan Varane. Hanya saja Varane di masa Mourinho memiliki jam terbang lebih banyak daripada Bartra. Bartra adalah pemimpin Barca B sebelum dipromosikan ke tim inti, sehingga kepemimpinannya telah terbukti menjadi sangat penting untuk melengkapi kemampuan bertahannya. Dengan asuhan Luis Enrique yang sangat mengenalnya di tim muda dulu, Bartra diyakini akan terus berkembang dan menjadi dynamic duo bersama Pique.


3. Daniel Carvajal (Full Back, 22)


Di usia muda, Carvajal sudah dipercayakan menempati posisi inti di Real Madrid, menggusur seniornya di timnas, Alvarao Arbeloa. Sejatinya, Carvajal adalah cadangan dari Martin Montoya di timnas U-21, tapi perbedaan jam terbang membuatnya justru jadi lebih bersinar daripada rival dari Barcelona nya itu.


4. Sergi Samper (Gelandang Bertahan, 19)


Nama ini belum terlalu banyak dikenal, kecuali oleh pemerhati La Masia-nya Barcelona. Pemain ini dibanding-bandingkan dengan seniornya, Sergio Busquets, karena kemampuannya membaca permainan dan ketepatan menyikapinya.


5. Koke (Pemain Tengah, 22)


Jika legenda hidup sekelas Xavi mengatakan bahwa Koke adalah orang yang paling pas untuk kelak menjadi roh permainan Spanyol, maka apa lagi yang bisa kita sangsikan? Kejayaan Atletico Madrid meraih gelar liga musim lalu tidak lepas dari peran si anak muda ini.


6. Thiago (Pemain Tengah, 23)


Thiago ini kapten Spanyol U-21 ketika jadi juara dunia. Jika Koke dianggap seperti penerus Xavi, maka Thiago adalah Iniesta-nya. Yak, memang tidak akan sama, itu adalah gambaran perbedaan peran dua orang ini. Sebagai pemain berdarah Brazil yang besar di Spanyol, Thiago memiliki pergerakan, dribble, ball-keep, dan passing yang sangat baik. Jika seorang Guardiola sangat ngebet untuk membawanya ke Bayern, kemudian "memaksakan" Thiago untuk menjadi sentral permainan Bayern, maka kita bisa ikut melihat potensinya, bukan?


7. Isco (Pemain Tengah, 22)




Musim 2012/2013, Isco adalah nyawa permainan bagus Malaga. Hal itu membuat Real Madrid tertarik untuk membawanya ke Bernabeu. Meskipun kemudian tidak terlalu banyak mendapat jatah sebagai starter, Isco tetap menunjukkan permainan berkelas ketika dipercayakan untuk bermain.


8. Gerard Deulofeu (Penyerang Sayap, 20)
 

Dulu, media sempat menyebutkan bahwa Barcelona memiliki Cristiano Ronaldo-nya sendiri yang sedang dicetak di akademinya. Orang itu adalah Gerard Deulofeu. Memang ketika melihat gaya Deulofeu, wajar saja ketika orang-orang menyamakan dia dengan Ronaldo. Cepat, skillful, dan sedikit individualistis.


9. Munir El-Haddadi (Penyerang Sayap, 18)


Namanya relatif belum dikenal banyak orang, namun di kalangan internal Barcelona pemain ini digadang-gadang akan menjadi pemain top di masa depan. Bisa bermain di kedua sisi sayap maupun gelandang serang tengah, pemain berdarah Maroko ini punya potensi besar untuk jadi bintang besar.

10. Adama Traore (Penyerang Sayap, 18)


Siapa dia? Seberapa hebat kemampuannya? Ilustrasinya begini : Traore promosi ke Barcelona B hanya setengah musim sejak Januari, lalu di akhir musim menjadi salah satu best XI di Liga Adelante. Menurut beberapa scout talent Barcelona, Traore memiliki potensi yang lebih besar daripada Deulofeu. Bertipe pemain sayap yang senang menyisir pinggir lapangan lalu mengirim crossing manis, Traore adalah tipe yang disukai striker oportunis. Dengan penanganan yang pas, maka barisan depan Spanyol akan dibanjiri pemain-pemain luar biasa.


11. Jese Rodriguez (Penyerang Sayap, 21)


Kata Ancelotti, Jese adalah pemain berbakat yang skilfull dan memiliki visi luar biasa. Di usia dini, Ancelotti sudah memberi kepercayaan cukup besar padanya. Mobilitas tinggi, kuat di kedua kaki, dan kemampuan passing oke membuat Jese bisa menempati semua posisi di depan, baik striker, sayap kanan-kiri, di belakang striker, ataupun false nine.


12. Alvaro Morata (Striker, 21)


Mungkin dia adalah the new Fernando Morientes. Morata merupakan produk asli akademi Real Madrid yang bagus di udara, memiliki pergerakan oke, dan finishing mematikan. Beberapa tahun lagi akan siap bersaing dengan deretan striker Spanyol lainnya.


Beberapa nama di atas masih belum termasuk pemain yang berada di usia emas (24-27) yang saat ini sudah berada di skuad inti Spanyol seperti Sergio Busquets, Pedro, Javi Martinez, Juan Mata, Jordi Alba, Cesar Azpilicueta, Cesc Fabregas, Gerard Pique, dan juga pemain hebat yang menunggu panggilan timnas seperti Asier Illaramendi, Inigo Martinez, Alvaro Negredo, Fernando Llorente, dan Roberto Soldado.

Jika kontrak Del Bosque masih lanjut hingga Euro 2016, layak disimak apa yang akan dia lakukan untuk regenerasi. Tidak lolos babak penyisihan Piala Dunia, padahal memiliki skuat yang hebat, sebenarnya cukup memalukan. Mampukah dia bangkit dari keterpurukan ini?

Saya sebenarnya curiga jangan-jangan sejak menggantikan Aragones, si Del Bosque ini magabut. Dia cuman dateng pas latihan, trus bilang ke pemainnya gini : "Hazlo como Barcelona!!!" alias "Do it like Barcelona!!!". Hasilnya, di 2010 dan 2012, ketika Barcelona lagi bagus-bagusnya, Spanyol juga main keren. Sekarang, ketika Barcelona tidak dalam kondisi terbaik, Spanyol juga kebaca banget strateginya. Sama seperti Barcelona, gaya Spanyol itu well read and well studied.

Sudah bukan lagi waktunya untuk menggantungkan kreatifitas ke pemain-pemain lama. Spanyol harus jadi baru. Eksplosif dan tak terduga. Bisa posession, bisa counter attack. Bisa vertikal, bisa horizontal, atau malah diagonal. Ah, biar Del Bosque aja deh yang mikirin. Saya nonton hasilnya aja.

Sementara itu, Sepakbola dunia kembali menarik lagi. Dulu, nongolnya Spanyol yang membawa identitas pada permainannya membuat sepakbola jadi segar, karena memang sedang minim identitas dan stabilitas. Kedigdayaan Spanyol membuat mereka jadi acuan sepakbola dunia. Kini, para pengacu itu sudah berkali-kali membuktikan bahwa filosofi itu tidak hanya punya kelemahan, tapi menyisakan celah lebar untuk dieksploitasi. Kini kembali lagi hadir dunia sepakbola tanpa identitas dominan yang "baru". Waktunya sepakbola menjadi dinamis tak terprediksi. Brazil pernah menjadi idola dengan aksi individu nya yang cantik. Italia adalah master pertahanan gerendel. Inggris meskipun tidak pernah sukses-sukses amat pernah dicap sebagai tim kick and rush yang sangat vertikal. Belanda konon pencipta total football. Dan kemudian Spanyol muncul dengan filosofi posession-based nya.

And now, what's next?

0 komentar:

Posting Komentar