27 Desember 2011

The Super One, Sir Alex Ferguson

Jose Mourinho boleh disebut The Special One, Josep Guardiola boleh disebut salah satu yang paling jenius, namun mereka berdua belum pernah mengalami fase yang dialami oleh seorang Sir Alex Ferguson. Fergie yang telah menangani Manchester United sejak tahun 1985 sudah pernah melalui berbagai macam pasang surut prestasi tim ini. Hebatnya, dalam jangka waktu sekian lama itu, MU mampu meraih prestasi yang stabil baik di Inggris maupun di Eropa, dan menjadi salah satu tim terkaya di dunia. Generasi paling sukses tentunya angkatan class of 92 yang mampu merebut Treble, dimana saat itu Manchester United diisi oleh 11 orang (bahkan lebih) yang terdiri dari bintang-bintang besar. Mereka adalah Dream Team di masanya. Selain generasi emas tersebut, secara kontinyu dan konsisten Fergie selalu mampu menghasilkan tim yang kuat sekaligus mampu mengorbitkan pemain-pemain muda yang sebelumnya kurang dikenal menjadi seorang bintang. Ketika satu bintang pergi, bintang baru muncul dengan sebuah kisah yang baru dan prestasi baru pula.

Sir Alex Ferguson
(taken from http://en.wikipedia.org/wiki/Sir_Alex_Ferguson)



Kisah epic sang Fergie dimulai sejak tahun 1986, ketika Manchester United memutuskan untuk mengontraknya menggantikan Ron Atkinson. Pilihan MU cukup berasalan mengingat prestasi Alex Ferguson yang sukses membawa Aberdeen menjuarai Piala Winners dengan mengalahkan Bayern Munchen dan Real Madrid. Sebuah kisah sukses yang luar biasa, karena Aberdeen bukanlah tim besar Eropa. Fergie datang ke MU ketika MU sedang  dilanda banyak masalah termasuk para pemain yang kecanduan alkohol, dan posisi dua terbawah di liga. Musim pertama itu berhasil dilalui Fergie dengan finish di posisi 11.

Melalui banyak masalah dan relatif gagal di musim-musim awal, Fergie baru meraih prestasi sebagai juara Liga Inggris di musim 92/93 dengan pemain seperti : Eric Cantona, Bryan Robson, Paul Ince, Peter Schmeichel, Mark Hughes. Di musim itu pula mulai muncul nama-nama yang beberapa tahun kemudian menjadi besar seperti : Ryan Giggs, Roy Keane, David Beckham, Gary Neville, yang nantinya akrab dengan sebutan Class of 92. Sejak saat itu hingga berita ini ditulis, Fergie telah meraih 12 gelar juara Liga Inggris, dan secara resmi menjadikan Manchester United sebagai tim paling berjaya di Inggris dengan jumlah total 19 gelarnya, mengalahkan Liverpool yang dominan di masa lalu dan telah mengumpulkan 18 gelar juara.

Prestasi paling fenomenal Fergie adalah ketika meraih treble di musim 98/99, ketika tampil dominan di hampir semua ajang yang diikutinya. Memulai musim dengan kekalahan di Charity Shield, dan kemudian tersingkir di Piala Liga, MU berhasil merengkuh gelar Piala FA, juara Liga Inggris, dan juara Liga Champion melalui partai dramatis melawan Bayern Muenchen di final.

Starting Lineup MU musim 98/99

Sejak prestasi gemilang tersebut, MU mendapatkan ujian yang sesungguhnya, dengan keluar-masuk nya beberapa bintang yang berperan besar dalam meraih prestasi. Tahun 1999, Peter Schmeichel memutuskan untuk bergabung dengan Sporting Lisbon, membuat Fergie harus berusaha keras untuk mencari sosok kiper yang sepadan. Sayangnya Mark Bosnich, Massimo Taibi, Fabian Barthez dan Tim Howard gagal menampilkan performa terbaik mereka hingga akhirnya MU mendapatkan kiper legendaris, Edwin Van Der Sar. Kehilangan Van Der Sar di akhir musim 2009/2010 juga menjadi menarik, karena Fergie diharuskan mencari kiper dengan kualitas bintang, karena kiper berkualitas adalah salah satu syarat mutlak untuk bisa berprestasi di Liga Inggris. Saat ini, terjadi persaingan positif dari dua kiper muda berbakat, Andres Lindegaard dan David De Gea.

Jaap Stam juga dikenal sebagai bek tengah tertangguh di masanya, sehingga sulit juga untuk Fergie mencari penggantinya, sampai akhirnya mampu menggaet Rio Ferdinand dari Leeds United, dan Nemanja Vidic dari Spartak Moscow. Duet bek ini lantas menjadi duet bek yang sangat tangguh, bahkan lebih dari duet Jaap Stam - Ronny Johnsen. Pensiunnya Gary Neville sepertinya akan bisa teratasi dengan penampilan cemerlang Rafael Da Silva, Chris Smalling, maupun Phil Jones. Sementara Patrice Evra masih bermain di level tertinggi setelah menggantikan Gabriel Heinze sebagai pengganti Mikael Silvestre, sang suksesor Denis Irwin.

Kehilangan David Beckham juga pernah menjadi sebuah luka untuk fans MU, mengingat pentingnya peran Beckham di dalam dan luar lapangan. Namun Fergie mampu menjawab tantangan itu dengan mendatangkan seorang anak muda yang relatif tak dikenal, yang lantas disulap menjadi seorang superstar, hingga setelah hari pertama penampilannya ada fans MU yang membentangkan sebuah banner di Old Trafford yang bertuliskan : "David who?". Anak muda itu adalah Cristiano Ronaldo.

Fergie juga telah membuktikan ketajaman instingnya dalam merekrut para striker baru. Setelah berakhirnya era Andy Cole - Dwight Yorke (plus Ole Gunnar Solksjaer dan Teddy Sheringham), ada era Ruud van Nistelrooy dan era Wayne Rooney yang sama-sama gemilang.

Dari serangkaian kisah sukses itu, terdapat pula kisah kegagalan. Fergie pernah merekrut pemain-pemain yang akhirnya gagal bersinar. Bosnich dan Taibi bukanlah transfer brilian. Juan Sebastian Veron dan Diego Forlan adalah duo amerika latin yang mengkilap di tim lain, namun gagal di MU. Kleberson, Eric Djemba-Djemba dan David Bellion adalah tiga anggota baru yang ternyata semenjana. Namun dari semua kisah kegagalan tersebut ada satu yang hingga kini belum ditemukan solusinya, yaitu pengganti seorang Roy Keane sebagai gelandang tengah yang berperan ganda sebagai gelandang bertahan dan kapten tim yang berkarakter.

Selain faktor regenerasi pemain bintang, Fergie juga dikenal dengan sifatnya yang keras kepala dan sangat disiplin, hingga tak jarang justru menimbulkan konflik dengan pemainnya. Stam, Beckham, dan Keane adalah beberapa pemain bintang yang harus pindah karena konflik tersebut. Meskipun begitu, sikap disiplin tinggi ini juga mampu menghasilkan prestasi yang nyata.

Bisa dibilang rival paling ketat Fergie adalah Arsene Wenger yang juga telah memimpin Arsenal dalam jangka waktu yang lama, dan Jose Mourinho yang dalam waktu singkat mampu menggoyang dominasi Fergie di Liga Inggris. Fergie sendiri memuji dua kompatriotnya ini meskipun kadang kala beradu argumen di media.

Saat ini, Manshester United telah menjadi salah satu klub terbesar di Eropa dan dunia, dengan basis fans (dan haters) yang sangat besar. Tak bisa dipungkiri, Fergie berperan sangat besar disana, baik dalam membangun mentalitas tim, melakukan regenerasi, dan menyusun strategi dari tiap pertandingan. Maka jika Jose Mourinho menyebut dirinya The Special One, saya rasa Fergie layak untuk disebut sebagai The Super One.

0 komentar:

Posting Komentar